Ruang Sendiri

56 4 0
                                    

Given Drew

Pukul 09.56
Aku terbangun. Karena pancaran sinar matahari semakin panasnya, bereaksi dengan tubuhku. Perlahan kubuka mataku dan kuangkat badanku sendiri menjadi posisi duduk. Membutuhkan waktu semenit agar aku sadar sepenuhnya.

Aku berjalan menuruni anak tangga menuju lantai pertama rumah ini. Mencari sesuatu yang sedikit mampu menyegarkan tenggorokanku. Hari ini, adalah saatnya bagiku untuk membereskan rumah ini. Menjadikannya tempat yang layak untuk dihuni. Dan membeli kebutuhan pangan juga sandang.

Pekerjaan pertama yang aku lakukan adalah membuang sampah. Saat membuang sampah menuju tong sampah utama di seberang jalan, aku bertemu dengan seorang ibu-ibu yang kesulitan mengeluarkan kendaraan mobilnya.
"Ada masalah apa ya bu?" , aku menghampiri ibu itu dan menawari bantuan.
"Ya? Oh,ini daritadi saya kebingungan dimana saya meletakkan kunci mobil saya"
Kehilangan kunci mobil? Oh, pantas saja mobil ibu ini tidak bergerak. Segera kugerakkan mataku untuk mencarinya. Dan, yap! Dapat! Kunci ibu itu terjatuh di bawah kolong roda depan mobilnya.
"Bu, ini kuncinya. Tadi terjatuh di kolong roda depan"
"Ya ampun, makasih ya nak. Maaf ibu merepotkan"
"Nope bu. Haha"
"Apa nak? No-nope maksudnya apa ya? Ibu ga mengerti"
"Ga kenapa-kenapa bu. Maaf saya tadi makek bahasa gaul." aku menggaruk tengkuk leherku, walau ku tau itu tak gatal sama sekali.
"Oh, iyaiya nak. Ibu berangkat dulu ya. Sekali lagi, terima kasih lo."
Lalu, ibu itu pun melaju ke jalan raya.

Hari pertama tinggal di kompleks ini, sudah mengenalkanku pada salah satu tetanggaku. Yang rumahnya tepat di seberang rumahku. Dan ya, ibu itu cukup ramah. Not bad la.

***

Cresya

"Hosh...hosh...hosh..." sudah hampir seluruh bagian dari bangunan sekolah ku kelilingi hanya untuk mencari Chacha. Namun, tetap saja aku tak menemukannya. Kemana dia bersembunyi? Aku masih heran apa yang sebenarnya ada pada buku diary itu, sehingga Chacha sebegitu cemasnya.

Karena usahaku untuk menemukan Chacha tak membuahkan hasil, aku pun kembali ke kelas. Mencari tahu dimana keberadaan diary itu. Untung saja waktu berpihak padaku. Hari ini,guru ada rapat, jadi kami seluruh siswa dan siswi diperkenankan untuk pulang lebih awal. Aku pun segera menuju ke ruang kelas. Tiba disana aku berjumpa dengan sosok itu,
"Eh. Lo, kok masih disini?" tanyakku menyelidik
Namun, lagi-lagi Ersten hanya diam tak menggubris pertanyaanku.
"Lo masih ga kenal aja sama gue? Ya ampun, memang susah banget ya ingat nama gue? Nama gue singkat aja kok, Cresya" aku berbicara panjang lebar sambil membereskan beberapa buku dan memasukkanya ke dalam tas.
"Dimana Chasya? Kamu menemukannya tidak?" akhirnya anak itu membuka suara
"Hmm, gue ga nemu dia. Gue udah keliling sekolah, tapi hasilnya sia-sia"
"Sepertinya, saya salah orang."
"Maksud lo apa salah orang? Gue ga ngerti"
"Chasya bukanlah malaikat saya selama ini. Faktanya dia hanya mengenal saya sebagai anak baru bukan sebagai anak masa lalu nya"
"Wait, wait. Jadi,lo sama Chacha waktu kecil itu temenan? Tapi, kenapa Chacha ga pernah cerita sama gue?"
"Hal itulah yang tadi sempat memenuhi pikiran saya. Saat bertabrakan dengan Chasya, dia menjatuhkan diarynya. Awalnya saya ingin mengembalikannya, namun saat itu Chasya sangat buru-buru. Saya pun membawa diary ini pulang ke rumah dan membaca semua isinya. Dan dari semua isi diary ini, menunjukkan bahwa kejadian yang Chasya alami sama dengan kejadian yang saya alami juga pada masa lampau" untuk pertama kalinya, Ersten berbicara banyak.
"Oh jadi gitu. Menurut gue kejadian seperti itu ga bakalan bisa Chacha lupain. Namun, melihat reaksi Chacha tadi, gue ga yakin kalau memang dia sosok yang ada di masa lampau lo" entah kenapa rasanya sakit sekali mendengar bahwa Chacha dan Ersten pernah punya peristiwa bersama
"Ya mungkin, memang saya salah orang. Oleh karena itu, saya minta tolong sama kamu. Tolong kembalikan diary ini kepada Chacha, besok saya akan mencoba minta maaf atas kejadian tadi kepada dia. Saya balik diluan" Ersten pun memberikan diary itu ketanganku dan segera membalikan badannya untuk pulang. Tampak jelas sekali, bahwa dia kecewa.

Uncontrollable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang