Prologue

4K 294 7
                                    

Jumat, 24 November 2017

Seulgi P.O.V

"Ibu... Lindungi aku... hahahhahaha..." aku berlindung di balik ibu sambil memeluk beliau. Jika tidak Ayah akan menggelitikiku.

"Seulgi-ya sini. Ayah berjanji tidak akan menggelitikimu lagi nak haha," ucap Ayah, masih mengincar untuk menangkapku.

"Ayah berbohong. Pasti Ayah berbohong kkkk," aku memeluk Ibu semakin erat.

Ibu hanya tersenyum dan tertawa melihat aku dan Ayah bercanda bersama.

*syutttt*

Padanganku mendadak menjadi gelap. Badanku terasa seperti jatuh ke lubang besar dan gelap. Tiba - tiba dari arah depan, sebuah cahaya kelap - kelip berwarna merah muncul. Wiu wiu wiu wiu... begitulah bunyinya. Apakah itu ambulan?

Aku membuka mataku lebar - lebar dan mendapati aku terjepit di mobil yang ringsek. Aku merasakan darah segar mengalir di kening, tangan dan kakiku.

Aku melihat kearah sebelah kanan dan kiri depanku. Ayah dan Ibu! Mereka juga sama sepertiku. Tapi mereka tidak sadarkan diri. Ada apa ini? Apakah aku kecelakaan?

Pandanganku kembali memudar. Cahaya putih memenuhi pandanganku. Silau. Itu yang aku rasakan. Dan lagi - lagi pandanganku kembali. Di sebuah pemakaman. Aku memakai baju hitam. Tapi mengapa aku disini? Mengapa disini begitu sepi?

Aku mendekati dua nisan yang tidak jauh dariku.

"Kang Gi Tae... Jung Seul Min..." aku membaca nama di nisan itu. Jelas sekali! Itu nama Ibu dan Ayah!

"I-i-ige mwoya??!" (Ini apa)

**********

"Hahhh..!!!" Aku terbangun dengan nafas tersengal. Mimpi itu lagi. Mimpi tentang masa laluku. Mimpi yang buruk. Mimpi yang selalu muncul di dalam tidurku.

Aku berjalan menuju kamar mandiku untuk mencuci mukaku. Wajahku penuh keringat dingin. Mataku juga sembab. Apakah aku menangis saat bermimpi? Mimpi ini memang menyedihkan. Aku menangis di bawah alam sadarku.

Aku berjalan ke dapur untuk membuat sarapan. Tidak mewah. Hanya kimchi lobak, telur goreng, dan sup. Dan air putih. Sesederhana itu.

Aku sudah tinggal sendiri sejak umur 12 tahun. Mau tidak mau aku mengurusi hidupku sendiri. Termasuk biaya hidup. Aku tinggal di sebuah apartemen kecil dengan satu kamar, satu kamar mandi, dapur dan ruang tv. Ah ada satu lagi yang aku suka. Ada balkon kecil disini. Tidak luas. Hanya berukuran 1 × 2 meter.

***********

"Selamat datang di Red Velvet Cafe. Promo minggu ini adalah jika anda membeli minimal 30.000 won maka akan mendapat voucher 20.000 won untuk pembelian cupcake dan berbagai cake lainnya. Anda mau memesan apa?" Itu yang selalu aku katakan jika menyambut pelanggan pada minggu ini.

Aku bekerja di Red Velvet Cafe di daerah Hongdae. Hongdae sangat ramai pembeli karena sangat terkenal di kalangan remaja maupun yang sudah berumur. Biasanya orang - orang menghabiskan waktu dan mengobrol dengan teman - teman mereka di cafe sekitaran Hongdae.

"Seulgi-ya, ini sudah waktunya ganti shift. Kau beristirahatlah," ucap Bae Joohyun. Dia yang menggantikan shiftku di pukul 13.00.

"Gomawo Joohyun-ah."

Angin berhembus lembut melewati kulitku. Membawa udara sejuk yang bisa mengangkat lelah dan stresku saat bekerja. Disinilah aku berada. Di atap Red Velvet Cafe. Setiap waktu istirahat aku selalu disini untuk menghabiskan waktu dan memakan bekalku. Sambil melihat ke bawah dan ke kafe seberang.

"Huft.. enak sekali ya kalau kita memiliki seseorant yang bisa di ajak mengobrol seperti itu," celetukku saat melihat sepasang kekasih di kafe seberang yang sedang asik bersenda gurau. Tiba -tiba aku meneteskan air mataku. Aku selalu kesepian semenjak orang tua ku meninggal. Kim Sooyoung, sahabatku saat SMA, dia melanjutkan kuliahnya di kanada. Lengkap sudah kesepianku.

"Ya tuhan jika kau ijinkan aku. Aku ingin memiliki seseorang yang bisa menemaniku. Perempuan atau laki - laki aku tidak mempermasalahkan itu. Aku hanya butuh teman. Aku mohon kabulkanlah permintaanku ini.." aku menggenggam kedua tanganku sambil berdoa. Tapi apakah tuhan akan mengabulkan permintaanku? Siapa yang tahu?

************
"Semuanya aku pulang dulu ya! Annyeong hi gaseyo," pamitku pada seluruh staf kafe.

Aku menunggu bus di halte Hongdae sambil membaca - baca poster yang di tempel disana.

"Find Your Real Friends! Temukan temanmu disini. Teman yang bisa menemanimu kapan saja dan bisa kau ajak bicara. Download lah aplikasi ini di playstore anda! Siapa tau? Teman anda akan menjadi kenyataan!" Aku bergumam dalam hati membaca iklan tersebut.

"Pfftt.." iklan bodoh. Terbuang sudah 2 menitku untuk membaca iklan ini. Disaat yang bersamaan bus ku sudah datang.

"Iklan itu terus terngiang di otakku. Apakah ini karma karena aku sudah meremehkan iklan itu? Tapi jika di pikir - pikir, apakah iklan itu asli?" Pikirku.

Aku membuka playstore dan mencari aplikasi itu. Dan..

"CHAJATTA!!" Aku tidak sengaja berteriak saat menemukan aplikasi itu. Aku kira bohongan.

"Joseonghamnida.. joseonghamnida.." aku membungkuk berkali - kali kepada penumpang bus. Mereka menatapku dengan risih.

Akhirnya aku turun dari halte. Apartemenku lumayan dekat dari sini. Tapi jalanannya yang gelap ini membuatku takut setiap pulang kerja. Tidak jarang aku di ganggu oleh segerombolan pemabuk.

"Tap.. tap.. tap.." jalanan ini hanya ada suara langkah kakiku. Andai suara detak jantungku keras, mungkin sudah terdengar juga. Karena aku sedang takut saat ini.

"Hei agasshi!" (Nona)

"Omo.." gumamku. Aku mempercepat langkahku. Aku tau pasti itu pemabuk yang kemarin menggangguku.

"Hei agasshi tunggu aku! Mari kita minum bersama cantik. Kita bisa sedikit bermain!" Dari langkah kakinya sepertinya tuan ini juga mempercepat langkahnya.

Aku memutuskan untuk berlari. Dan sialnya aku tersandung di tangga jalanan ini.

"Aww.." telapak tanganku berdarah dan lututku rasanya sakit sekali. Aku ingin menangis rasanya.

"Kan aku sudah bilang. Ayo ikut dan bermain denganku sayang," pria itu semakin dekat denganku. Bahkan aku bisa melihat seringainya yang ganas di jalanan gelap ini.

"Ya tuhan tolong aku.." ucapku dalam hati.

"Hei tuan apa yang kau lakukan.." terdengar suara pria dari sudut yang lain. Apakah dia teman dari tuan ini?

"Hei anak muda apa urusanmu hm? Aku hanya ingin bermain dengan nona cantik ini. Apa kau ingin ikut?" Ucap tuan pemabuk di depanku.

"Menjauhlah selagi aku masih berbaik hati tuan pemabuk.. " lelaki yang satunya berjalan mendekatiku dan tuan ini.

"Berani beraninya kau bocah!" Tuan pemabuk ini menyerang pemuda itu, namun berhasil di tangkis oleh pemuda itu.

"Tuhan.. apakah dia utusanmu? Apa dia malaikat?" Batinku. Aku memejamkan mataku.

"Tap.. tap.. tap.." suara langkah kaki itu mendekatiku. Apakah ini si tuan pemabuk? Apa si pemuda itu kalah? Tolong aku..

"Tolong jangan sakiti aku tuan.. aku hanya gadis 21 tahun yang hidup sendiri.. tolong bebaskan aku.. aku janji aku-"

-to be continued-

Jangan lupa like and share ya!♡
Follow juga biar tau kelanjutan ff nya 😗

DELUSION [ Seulgi × Jimin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang