-edited-
Aku membuka pintu ruang kerjaku dan langsung berbalik masuk ketika aku melihat Dennis menunggu didepan pintu sambil memainkan handphone.
Sial!
Maya -rekan kerjaku- menatapku aneh dan melayangkan pandangan 'ada apa?', yang kujawab dengan mengangkat bahu 'bukan apa-apaku'.
Perlahan aku membuka pintu kembali dan berharap dia tidak lagi ada di sana, tapi ternyata Dennis justru berdiri tepat di sana, dan tersenyum sumringah ketika kepalaku muncul dengan cara yang konyol dari balik pintu.
Sial yang kedua!
Akhirnya kubuka pintu lebar-lebar, karena sepertinya akan terlihat aneh bila aku menutup pintu itu kembali.
"Hai!" sapanya sambil mengangkat telapak tangan kanannya. Aku tersenyum kecut.
"Siapa?" Maya bertanya sambil berdiri mencari wajah dibalik pintu. Dia langsung memasang sikap resmi yang aneh, begitu melihat Dennis ada disana.
"Pak Dennis?" sapanya kaku.
"Hai Maya " Dennis menyapa balik dengan ramah. "Belum pulang? Sudah jam 7 loh."
Basa-basi.
"Sebentar lagi, pak," jawab Maya salah tingkah sambil memberikan senyum termanisnya.
Aku hampir tersedak melihat kelakuan Maya yang menurutku berlebihan. Sejak Dennis bergabung diperusahaan ini -yang ternyata adalah perusahaan ayahnya-, semua karyawan perempuan jadi bersikap berlebihan. Memang sih, Dennis terlihat tampan dan super menarik. Seperti yang pernah aku bilang sebelumnya, nilainya 9 koma 5 dalam segi tampang dan fashion.
Tapi buatku, pria 9 koma 5 poin ini sedikit menyebalkan. Dia berlaku seperti seorang stalker pada saat-saat tertentu. Dan sudah beberapa hari ini selalu muncul pada jam minum kopi pagiku. Dan selalu menawarkan untuk mengantarku pulang, yang belum pernah aku iyakan satu kalipun.
Aku melangkah melewati Dennis yang langsung mengimbangi langkahku.
"Ada apa, pak?" tanyaku tanpa menghentikan langkahku.
"Dari kapan kamu bicara resmi begitu ke aku?" yanya Dennis heran.
"Sejak sekarang," jawabku asal.
Aku tau kalau saat ini Dennis sedang tersenyum geli melihat tingkahku.
Aku menggigit bibirku sebal, lalu menghentikan langkahku secara mendadak. Hampir saja Dennis menabrakku karena hal ini.
"Kamu mau mengantarku pulang, ya?" tanyaku yang disambut anggukan cepat Dennis.
Aku mengatup bibirku rapat sambil berpikir cepat. Apa kira-kira dia akan berhenti mengikuti kalau kuturuti maunya kali ini.
Akhirnya aku menarik napas panjang, dan menatapnya dengan pasrah
"Kamu parkir dimana?" tanyaku menyerah.
Dennis menyunggingkan senyum kemenangannya.
"Lewat sini nona Dreamer," katanya sambil sedikit membungkuk ala jaman kerajaan. Dia membimbingku ke tempat parkir.
🌛🌛🌛🌛🌛🌛🌛
"Nanti didepan belok kanan ya," pintaku.
"Loh, kan rumah kamu belok kiri, Dream." Dennis sedikit menoleh ke arahku.
"Aku ada janji dengan temanku dulu," sahutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamer - The Untold Story of Us - (completed - Ngga Jadi Direvisi)
FantasiaNote : Ini cerita pertama aku, tadinya mau di revisi tapi males mendadak. Silahkan baca sampai akhir november ini, setelah itu mau aku unpublished, soalnya...malu. Maaf kalau kamu bakalan menemukan banyak typo, kesalahan tanda baca, plot hole juga n...