Ini pertama kalinya aku menjejakkan kakiku di apartemen Dennis. Apartemen ini sangat luas dengan ruang tamu dan ruang tengah yang besar. Satu set sofa berwarna putih yang tampaknya nyaman di sempurnakan dengan meja kaca rendah yang modern di tengahnya. Aku menatap ke sebelah kanan, satu set kitchen set yang juga berwarna putih dengan segala perlengkapan dapur yang modern dan disudut lain meja bar hitam dengan beberapa kursi tinggi berhadapan dengan sebuah lemari kaca besar yang berisi berbagai macam minuman. Langit-langitnya tinggi menjulang, dihiasi gambar langit biru berawan putih yang sangat mengesankan.
Ini benar-benar hunian yang luar biasa. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana isi kamar dan kamar mandinya kalau yang terlihat mata saja sudah seluar biasa ini.
Dennis mempersilahkanku duduk di sofa besar putihnya yang seperti dugaanku nyaman luar biasa.
"Kau mau minum sesuatu?" Dennis berdiri menghadap lemari kaca penuh minuman keras di balik meja bar nya. "Wine?" Tawarnya sambil menatapku.
Aku menggeleng, anggur di pagi hari terdengar aneh di telingaku. "Air mineral saja," Pintaku.
Dennis mengerucutkan bibirnya, seperti tidak setuju dengan pilihanku. Tapi akhirnya dia menuju kulkas, mengambil dua botol air mineral ukuran sedang, membuka salah satunya untukku dan sebotol lagi untuk dirinya sendiri.
Dia mendudukkan dirinya di sampingku. Mengatur jarak duduknya se "aman" mungkin denganku.
"Kau merindukanku?" Tanyanya setelah meneguk air minumnya. Aku yang sedang meneguk minumku hampir tersedak mendengar pertanyaannya, "aku merindukanmu," Lanjutnya.
Aku terbatuk-batuk, aku benar-benar tersedak kali ini.
"Kau tidak apa?" Dennis nampak panik. Dia mendekat dan menepuk tengkukku pelan. Aku mengangkat telapak tanganku, memberi kode bahwa aku baik-baik saja. Dia menghentikan tepukan di tengkukku, menggantinya dengan sebuah pelukkan penuh kerinduan.
Aku menerima pelukkan itu dengan kaku untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya aku membenamkan kepalaku lebih dalam menyentuh dadanya. Aku merindukannya lebih dari apapun.
"Mengapa kau melakukan ini padaku?" Suaraku bergetar.
"Demi kebaikkanmu," Jawab Dennis getir.
Aku menarik tubuhku dari pelukkannya. Menatap matanya.
"Kau berutang sesuatu padaku," Aku mengingatkan. Dan dia mengangguk.
Dia menarikku semakin dekat dengannya. Lalu menarik napas panjang sebelum memulai kisahnya.
Dennis's speaking.
Apa kamu tau kalau di luar sana banyak sekali manusia dengan kemampuan tersembunyi seperti kita? Sejak lahir, aku bisa mendengar apa yang orang pikirkan ketika aku menginginkannya. Awalnya itu menakutkan bagiku, tidak ada seorangpun yang tau, bahkan kedua orang tuaku.
Hanya ada seseorang yang mengetahuinya, dia manusia normal. Dia adalah kakakmu, Josh. Mungkin karena aku menceritakan bahkan sisi terkelam dalam hidupku, maka dia bahkan menitipkan kesayangannya, yaitu kamu kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamer - The Untold Story of Us - (completed - Ngga Jadi Direvisi)
FantasíaNote : Ini cerita pertama aku, tadinya mau di revisi tapi males mendadak. Silahkan baca sampai akhir november ini, setelah itu mau aku unpublished, soalnya...malu. Maaf kalau kamu bakalan menemukan banyak typo, kesalahan tanda baca, plot hole juga n...