Jangan lupa votes nya for this 2 last part...
Enjoy!🌛🌛🌛🌛🌛🌛🌛
Semua yang memiliki kemampuan aneh harus memiliki kemampuan itu dengan sempurna. Karena Dennis tidak dapat mendengar apa yang kupikirkan, maka aku menjadi cela baginya. Dan setelah kupikiri-pikir, karena aku tidak bisa melihat diriku sendiri dalam mimpi-mimpiku, dan ini kadang membuat mimpiku tidak akurat, maka aku juga menjadi cela bagi diriku sendiri? Dan ketika seseorang menjadi sesuatu yang tercela, maka hukumannya adalah disingkirkan. Peraturan macam apa ini?!
Aku merapatkan tubuhku dalam pelukkan Dennis. Jantungku berdegup kencang. Apakah disingkirkan artinya aku harus mati? Aku masih 27 tahun!
"Apa aku harus mati karena aku tercela?" Suaraku terdengar bergetar.
Dennis mengusap rambutku dengan sayang, "apa menurutmu aku akan membiarkannya?"
Pertanyaan yang menurutku tidak perlu di jawab. Pria ku ini, tidak mugkin akan membiarkanku mati. Kalau dia pikir aku harus mati, seharusnya sejak awal dia menyingkirkanku. Sejak dia menyadari kalau dia tidak bisa mendengar pikiranku di seven eleven itu, seharusnya dia membiarkanku di tusuk oleh orang jahat itu.
"Sudah, jangan kau pikirkan. Mulai sekarang, apapun yang terjadi kita akan hadapi bersama. Bukankah itu sebabnya aku diberi kemampuan hanya bisa memimpikanmu? Agar aku bisa melindungimu. Apa artinya semua manusia di dunia ini tercela hanya karena aku tidak mampu memimpikan mereka?"
Aku menarik wajahku, menatap Dennis yang ternyata sedang menatapku.
"Itu peraturan mereka," Katanya lagi, "tapi ini hidupku, dan aku memiliki aturanku sendiri."
Dia menarik daguku dengan satu tangan, membuat wajahku semakin mendekat dengan wajahnya. Wajah kami hampir tanpa jarak. Matanya menatapku tajam dari balik bulu-bulu matanya, senyumnya mengembang Menggoda. Merasakan napasnya dari jarak sedekat ini membuat jantungku berdetak semakin cepat, membuat napasku menjadi tidak beraturan.
"I love you..." Dia mendesis.
"I lov...hmpp"
Aku rasa dia tidak membutuhkan jawaban. Dia langsung menekan bibirnya ke bibirku, semakin dalam dan semakin dalam. Menarik tubuhku semakin rapat dengan tubuhnya, kami tak lagi berjarak.
"Rindu," Desisnya lagi.
🌛🌛🌛🌛🌛🌛🌛
Aku yakin kaka beradik Martin dan Grace tidak akan berhenti sampai aku selesai. Aku yakin karena aku memimpikannya malam ini.
Ketika aku terbangun malam ini, hal pertama yang aku lakukan adalah menelpon Dennis. Kami sudah berjanji untuk saling menghubungi ketika aku bermimpi buruk ataupun dia memimpikanku. Kami harus melihat apakah ada koneksi dari mimpi-mimpi kami sehingga kami bisa mendapatkan solusi dengan lebih akurat. Kami harus bekerja sama.
Malam itu aku mengobrol dengan Dennis mengenai hal mengerikan yang kulihat dalam mimpiku, dan dia pun ternyata juga bermimpi tentangku. Kami berdiskusi dan membuat rencana. Dan rencana ini harus berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamer - The Untold Story of Us - (completed - Ngga Jadi Direvisi)
FantasyNote : Ini cerita pertama aku, tadinya mau di revisi tapi males mendadak. Silahkan baca sampai akhir november ini, setelah itu mau aku unpublished, soalnya...malu. Maaf kalau kamu bakalan menemukan banyak typo, kesalahan tanda baca, plot hole juga n...