5. The Old Friend

91 48 32
                                    

Jangan pernah kamu masuk ke dalam hatiku. Apabila kamu hanya numpang singgah lalu pergi setelah kamu bosan berada di dalam sana.
-Zafita Aurellia Prawira

***

Sudah seminggu Fita resmi menjadi murid di SMA Nusa Bakti, dan selama itu pula Fita mengisi harinya dengan tugas yang diberikan di tempatnya bersekolah. Sebisa mungkin ia mencari kesibukan. Apa pun itu. Bukannya apa, tapi ia memang menginginkannya. Untuk melupakan seseorang di masa lalu. Orang yang telah membuat hari-harinya berwarna tapi kini orang itu telah pergi. Meninggalkan Fita dengan sejuta goresan di hatinya.

Fita berjalan ke depan pagar sekolah, menyusuri jalanan raya untuk mencari angkutan umum atau taksi. Tadi Kak Zio mengabari bahwa ia tidak bisa mengantarnya pulang, karena ia ada tambahan materi pelajaran di sekolah. Mengingat ia sekarang sudah duduk di kelas dua belas. Otomatis akan menghadapi Ujian Akhir Sekolah atau pun Ujian Nasional nantinya.

Di bawah teriknya sinar matahari yang menyengat kulit, Fita jadi menyesal kenapa ia tolak tawaran Hana untuk pulang bersama. Sedari tadi ia menunggu angkutan umum yang kosong tapi hasilnya nihil. Seolah dewi fortuna tidak memihaknya saat ini. Yang ia lakukan hanyalah duduk di bangku kayu, yang diatasnya tampak pohon yang menjulang tinggi. Sehingga panas matahari tidak menyentuh kulitnya secara langsung.

"Sendirian aja neng." Fita yang sedari tadi sedang memikirkan bagaimana caranya untuk sampai ke rumah menemui kasurnya yang empuk dan tenggelam ke alam mimpi, terlonjak kaget ketika mendengar suara berat di sekitarnya.

Disana, lebih tepatnya di depan Fita, ada sesosok manusia yang sedang duduk di atas motor berwarna merah. Nampak ia sedang berjalan menghampiri Fita dan diduk di sebelah gadis itu. Sesosok itu adalah Raymond Kenward. Sang kapten basket disekolahnya. Banyak anak perempuan di sekolah menyukainya termasuk juga anak lelaki yang agak gimana gitu. You know lah seperti apa.

"Eh lo Ray, ngapain disini?" Fita heran sendiri, kenapa Raymond berada di dekat sini. Bukannya semua siswa di sekolah udah pulang semua. Mungkin dia ada urusan yang harus diurusi. Tapi tetap saja, kenapa dia harus di dekat Fita. Disebelah Fita duduk sambil tersenyum manis. Yang bisa membuat siapa saja meleleh ditempatnya.

Mendengar pertanyaan Fita, Ray mengerutkan dahinya, "yang ada gue nanya sama lo. Ngapain disini sendirian. Emangnya lo nggak takut apa?" Ray balas bertanya kepada Fita sambil menoleh ke kiri kanan melihat keadaan sekitarnya.

"Sebenarnya sih iya. Tapi gimana ya? dari tadi nggak ada angkutan umum yang lewat. Sekali pun ada, itu pun penuh semua. Mau jalan kaki, rumah gue jauh dari sini." Fita dengan tenangnya bercerita segala permasalahan yang sedang dialami olehnya layaknya sebagai seorang teman dekat.

Raymond hanya tersenyum mendengar Fita bercerita seperti itu. Fita yang menyadari pun kembali berbicara, "sorry, kok gue jadi curhat gini ya?" Menggaruk atas kepalanya yang tidak merasa gatal.

Raymond tertawa melihat Fita salah tingkah. "Nggak pa-pa kali santai aja. Kayak sama siapa aja coba." Ray mengibaskan sebelah tangannya ke udara. "Bukannya lo biasanya pulang sama abang lo ya?" tanya Ray kemudian.

"Dia ada tambahan materi pelajaran untuk UN," jawab Fita. Seakan ingat dengan sesuatu dia kembali bertanya, "kok lo tahu kalau biasanya gue pulang sama abang gue?"

"Ya tahulah. Abang lo Ziovi 'kan?" dengan entengnya Ray menjawab.

Fita hanya menganggukkan kepalanya tiga kali dalam keadaan terkejut, setahunya orang yang mengetahui abangnya itu hanya sahabat-sahabatnya dan Varo serta tiga sahabat dari Zio.

Bagaimana Ray bisa tahu? dari mana juga dia bisa tahu? Pertanyaan itu masih berputar-putar di kepalanya.

"Kayaknya lo lupa sama gue deh?" Seakan bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Fita, Ray menjawab semua itu. Tapi masih belum begitu jelas. Masih samar-samar.

Who Can Open My Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang