"Mengapa melupakan dirinya dan semua kenangan tentangnya sangat sulit untuk dilupakan? Dan juga bayang-bayang akan dirinya selalu menghantui setiap langkahku."
***
Hari minggu adalah hari untuk bersantai bagi semua orang. Tapi, tidak bagi Zafita Aurellia Prawira. Fita menghabiskan hari minggu ini dengan membersihkan kamarnya yang berantakan. Mamanya selalu mengajarkan Fita untuk hidup mandiri. Termasuk membersihkan kamarnya. Walaupun di dalam keluarga mereka memiliki jasa pembantu.
Fita membersihkan lantai kamar, terutama yang berada bawah tempat tidurnya. Sepasang bola mata cokelatnya menangkap sesuatu yang aneh di sana. Sepertinya itu adalah sebuah benda yang berbentuk persegi berukuran besar.
Dengan segala kekuatan dan jerih payahnya, akhirnya benda misterius itu dapat diraihnya. Fita mengangkatnya, yang ternyata sebuah kotak berwarna cokelat berukuran besar. Lalu berjalan ke sisi pinggir tempat tidurnya untuk duduk.
Fita terdiam beberapa saat. Seingat Fita kotak tersebut telah dibuangnya ke tempat yang seharusnya. Kenapa masih disini? Ia memandang datar ke arah kotak tersebut. Berat rasanya membuka kotak itu kembali. Kalau ia membuka kotak besar berwarna coklat tersebut, goresan luka yang ada di hatinya akan terbuka kembali.
Dengan helaan napas yang begitu kuat. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka kotak tersebut. Dibukanya penutup atas kotak tersebut dengan pelan-pelan, langsung saja saja segala memori yang ada di kotak tersebut mencuat begitu saja di pikirannya saat ini.
Benda-benda yang berada di sana, membawanya kembali ke masa itu. Air mata mulai menetes di pipinya. Di kotak tersebut berisi benda dan foto-foto dirinya bersama dengan dia. Sulit untuk menyangkal bahwa Fita masih saja merindukan semua kenangan bersama orang tersebut.
Tapi bukannya hidup ini akan terus berjalan? Tidak mungkin kita memaksakan hal yang tidak mungkin terjadi. Melupakan dirinya adalah hal yang terbaik saat ini.
"Gue kayaknya harus move on dari dia." Dihapusnya dengan kasar air mata yang tanpa izin terjatuh begitu saja. Fita menutup kembali kotak tersebut. Ia berniat akan membuangnya atau mungkin membakarnya. Karena, apabila ia tetap menyimpannya, kenangan itu akan muncul lagi.
Hari telah menunjukkan pukul 11 siang. Kamarnya sekarang telah bersih dan rapi. Fita berniat untuk turun ke bawah, dikala tiba-tiba ponselnya yang berada di atas nakas berbunyi. Fita mengernyit melihat id si penelepon yang tidak ada namanya.
Setelah beberapa waktu bergelut dengan pikirannya, akhirnya Fita menggeser tombol hijau pada layar tersebut. "Halo," sapa Fita ramah ketika ia mengangkat telepon tersebut.
Terdengar suara yang begitu berisik di seberang sana. Fita mengeryit memandangi ponselnya. Sampai terdengar suara dari seberang, "Hallo, Selamat Pagi Fita." Menjawab sapaan Fita dengan begitu semangat.
"Ini siapa ya?" tanya Fita hati-hati. Orang yang di seberang mendecak kesal. "Lo lupa ya sama gue?" Fita merasa tidak asing dengan suara tersebut. Sepertinya ia mengenal suara wanita yang ada di ponselnya. Tapi siapa?
"Gue Gita. Masa lo lupa sih sama sepupu sendiri?" Wanita yang bernama Gita tersebut gemas melihat reaksi Fita begitu.
Fita langsung teringat dengan sepupunya itu yang lebih tua dua tahun darinya, "Ooh Kak Gita, ingat. Ngapain kakak nelpon? Kangen ya sama Fita?" Fita terkekeh diakhir pertanyaannya.
"Pd amat mbak. Gue mau ngajak lo jalan-jalan. Bosan gue di rumah mulu," ajak Gita.
Fita tertawa, "makanya cari pacar sana. Supaya lo nggak terus-terusan kesepian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Can Open My Heart?
Teen FictionFita memiliki masa lalu yang membuatnya takut untuk jatuh cinta. Membuatnya menutup rapat hatinya, sehingga tidak ada orang yang dapat menyentuhnya bahkan memasukinya. Tapi apa dayanya? Ketika pindah ke sekolah baru untuk melupakan masa lalunya, Fit...