8. Rencana

14 1 0
                                    

"Biarkan aku mengagumimu, mencintaimu tanpa harus memiliki"
- K

***
Pagi sangat cerah dan burung-burung bernyanyi dengan riangnya. Membuat manusia memulai aktivitasnya dengan semangat. Berbeda dengan Fita, ia sepertinya sedang malas untuk melakukan apa pun hari ini.

Fita terpaksa bangun pagi-pagi. Dikarenakan papa nya yang udah pulang dari perjalanan bisnis ada meeting mendadak pagi ini juga. Sekarang ia terjebak di dalam kelas seorang diri. Merenungi nasibnya.

Matanya sedari tadi tidak bisa diajak kompromi. Tadi sekitar jam 3 an ia mendadak bangun dari tidurnya. Sehingga sangat sulit sekali untuk memejamkan mata kembali. Baru ketika jarum pendek jam ke arah 5 ia mulai kembali tidur.

"Kenapa dengan lo?" Fita yang awalnya meletakkan wajahnya di antara lipatan tangan mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang sedang bertanya padanya.

"Emang gue kenapa?" Fita balik bertanya ke orang tersebut.

Terdengar decakan kecil, "yaelah malah balik nanya. Eh, tumben lo datang pagi. Biasanya 5 menit mau bel baru juga sampai."

"Iya dong, gue 'kan udah tobat pengen rajin kayak lo, Kay." Fita cengengesan.

Kaysa yang dari tadi bertanya terus pada Fita menggelengkan kepalanya. Fita tahu bahwa Kaysa tidak percaya dengan ucapannya barusan, "gue terpaksa bangun pagi karena bokap gue ada meeting pagi ini."

Kay manggut-manggut mendengarnya. "Jadi Om Zen udah pulang?" tanya Kay. Fita menganggukkan kepalanya tiga kali.

Sempat terjadi keheningan beberapa saat sebelum Kaysa kembali bertanya pada Fita.

"Oh, ya. Tugas KTI lo udah sampai bab berapa?" Pertanyaan Kay membuat Fita menegakkan badannya tegap sambil membuka mata nya lebar sampai-sampai mau keluar dari tempatnya.

"Gila. Gue belum ada buat sama sekali." Fita berteriak panik sekali.

"Emangnya lo belum ada bahas sama Davin. Tugasnya tiga minggu lagi dikumpul loh Fit. Masa belum ada buat sih? Belum lagi kalau itu ada suatu penelitian yang harus diteliti."

Fita yang mendengar nama Davin baru ingat bahwa ia sekelompok dengan manusia super cuek tersebut. Bagaimana bisa ia sesantai itu dalam urusan begini. Sekarang Fita bingung mau ngapain. Dirinya dilanda kebingungan tingkat dewa. Ini masalah hidup dan matinya.

Sambil berpikir keras bagaimana caranya ia berhadapan dengan Davin mengenai tugas kelompok ini, tiba-tiba terbesit suatu ide di kepalanya. Ia pun tersenyum sumringah. Sampai-sampai Kay dibuat bergidik ngeri melihatnya. Fita pun mengabaikan reaksi Kay tersebut. Sambil menyusun berbagai rencana yang ada di otaknya.

***

Davin baru saja ingin keluar dari kelas menuju ke ruangan osis berhenti secara mendadak. Terdengar suara seseorang dari balik badannya menyeru namanya dengan kencang. Saking kencangnya membuat beberapa murid yang ada di dalam kelas tersebut menutup kedua telinganya.

Ia membalikkan badannya dengan malas. Awas saja kalau itu bukanlah hal yang penting. Davin menaikkan sebelah alis matanya menatap seorang cewek yang berjalan ke arahnya dengan buru-buru sambil bertekuk masam.

"Lo tuh ya, dari tadi gue panggilin nggak nyahut-nyahut." Fita menggerutu kesal pada Davin.

"So?" tanya Davin.

Fita mendecakkan lidahnya. "Lo tahu kalau kita satu kelompok tugas Bahasa Indonesia. Dan lo dengan seenaknya cuek dengan tugas itu. Seenggaknya lo harus ikut bantu nyelesainnnya. Jangan cuek bebek kayak gini dong," ucap Fita dengan cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Can Open My Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang