15. Flavour

84 14 4
                                    

Genre : Fantasi

Author : Aria_Hana

Flavour

--------------

Tok! Tok! Tok!

"Alice~ Alice~ buka pintunya~"

Suara panggilan dan ketukan pintu terus terdengar. Sudah tiga kali lebih si pemanggil mengetuk pintu dan meneriaki kata 'Alice', tapi hasilnya nihil. Si pemilik rumah tidak membukakan pintunya.

"Alice, aku membawa coklat untuk kita makan bersama! Alice, aku tahu kau di dalam, buka pintunya!"

"Apa yang kaumau, Violet? Sudah kubilang jangan ganggu aku!"

Suara seorang gadis terdengar dari balik pintu, tepatnya dari dalam rumah. Ya, itu adalah suara milik Alice.

"Alice, aku tahu kau masih sedih atas kematian kedua orang tuamu, tapi ayolah ada aku!"

Masih tidak menyerah, Violet melepas jepit yang ada di rambutnya. Ia memasukkan jepit itu ke lubang pintu.

Ckrek!

"Apa yang kaulakukan, Violet?!" pekik Alice setelah melihat sahabatnya membuka pintu rumahnya.

"Hehe, ayo makan cokelat!" ujar Violet menodongkan tas yang ia bawa.

Alice hanya mengangguk, ia menutup kembali pintunya. Saat ia berbalik, ia sudah menemukan Violet di ruang tamu sedang menata cokelat yang ia bawa.

"Alice, kaumau coklat apa white chocolate atau dark chocolate?"

"Campur, semua cokelat sama saja, manis."

"Setiap cokelat itu memiliki rasa masing-masing, lho. Kalau ingin mencoba keduanya, makan dulu salah satunya."

Alice menatap bingung sahabatnya. Seumur hidup Alice pertama kalinya  ia melihat Violet tersenyum seaneh itu. Alice mengambil dark chocolate dan memakannya.

Pahit.

Wuzz!

Alice's POV

Eh, apa ini? Kenapa ruang tamuku menjadi berputar dan menyusut. Apa aku sedang sakit?

"Violet--"

"Kau akan tahu kebenarannya."

Apa maksudnya? Kebenaran apa? Perlahan penglihatanku mengabur, semua terlihat tidak jelas dan akhirnya hitam.

"Sudah kubilang, jangan dekati anak itu lagi! Dia itu dipenuhi kutukan!"

Eh? Suara ini... suara milik ibunya Vioket

"Tidak apa Alice, kita masih bisa berteman, kita pasti akan bersama lagi aku janji. Teman selamanya."

Tunggu... ini masa laluku? Kalau tidak salah, ini kejadian satu bulan yang lalu. Kenapa aku kembali ke masa ini? Seingatku, setelah ini aku mengurung diri di kamar, orang tuaku sangat khawatir.

"Alice, ayo keluar,"

"Tidak mau! Kenapa semua temanku pergi?! Kenapa tidak ada yang mau berteman denganku?!"

Aku menatap diriku sendiri yang sedang memeluk boneka. Hari itu, aku benar-benar sedih dan bingung, kenapa semuanya pergi? Apa maksudnya kalau aku ini dipenuhi kutukan?
Saat kecil, aku punya banyak teman, tapi perlahan mereka menghilang. Pergi. Aku sendiri tidak tahu ke mana mereka pergi, yang kuingat hanya Violet yang selalu menemaniku.

"Teman selamanya."

Suara ini... Violet??

"Sampai di sini kau masih tidak paham Alice?"

Ternyata benar Violet!

"Kau di mana, Violet?"

"Padahal aku sudah mengulang sampai sini, tapi kaumasih tidak mengerti,"

Ruangan ini lagi-lagi menyusut seperti sebelumnya. Kini aku berada di tempat yang benar-benar gelap, Violet ada di hadapanku. Kenapa aku bisa melihat sosoknya di tempat segelap ini?

"Katakan, apa ini sebenarnya Violet?!"

Violet hanya tersenyum tipis.

"Sudah kubilang, kebenaran."

"Kebenaran apa?! Yang kulihat hanya kejadian satu bulan yang lalu!"

"Penyebab kutukanmu, seharusnya kaubisa mengungkapnya."

Kutukan? Apakah kutukan yang membuatku ditinggalkan teman-temanku? Apa Violet tahu penyebab kutukan itu?

"Kautahu penyebabnya? Apa kautahu ke mana teman-teman?"

Lagi-lagi Violet hanya tersenyum, tapi kali ini senyum sinis yang dilihatkannya.

"Mereka mati."

"Ap--mati?!"

Senyuman Violet makin melebar. Senyuman itu membuat bulu kudukku naik seketika. Mati? Yang benar saja! Kutukan itu... apakah kutukan itu yang membuat mereka mati?

"Kaulah yang menciptakan kutukan itu, kau yang membuat kutukan itu lahir di dunia,"

"Kutukan apa?! Aku-- ah!"

'Alice, aku tahu kau masih sedih atas kematian kedua orang tuamu, tapi ayolah ada aku!'

'Tidak apa Alice, kita masih bisa berteman, kita pasti akan bersama lagi aku janji. Teman selamanya.'

'Teman selamanya.'

Kematian orang tuaku, adanya Violet di sampingku, kematian teman-teman, makna kata teman selamanya. Penyebab lahirnya kutukan itu... kutukan yang sebenarnya adalah... Violet?!

"Lihat? Kebenarannya sangat pahit bukan? Seperti rasa dark chocolate yang kaumakan."

Violet menjambak rambutnya dengan kasar. Ia tertawa dan berteriak sepertinya ia sudah tidak waras.

"Kau sadar? Kau yang membuatku selalu ingin di sampingmu, kau yang pertama kali mau menerimaku, sahabat yang kuinginkan, sahabat sejati yang abadi, aku sampai termakan hasutan iblis dan menjadi seperti ini."

Dengan raut wajah mengerikan, Violet mendekat ke arahku, ia menyodorkan piring berisi white chocolate kepadaku. Ia tertawa, tapi juga menangis. Melihat Violet seperti ini, rasanya sangat asing.

"Tolong aku... Alice, aku sudah tidak mau membunuh lagi... kumohon, white chocolate ini akan membuatmu kembali ke masa di mana kita pertama kali bertemu..."

"Violet..."

"Kumohon! Hentikan aku! Buatlah akhir manis di hidupmu! Penuhi hidupmu dengan kehidupan manis penuh tawa! Lupakan aku!"

Aku meneguk ludah, perlahan tanganku mengambil potongan cokelat berbentuk hati itu, jika ini bisa membuat semua bahagia baiklah. Aku memasukkan cokelat itu ke mulutku.

Manis.

Perlahan, sekitarku menjadi berwarna baiklah ini yang harus kulakukan. Sebelum aku menelan cokelat yang ada di mulutku, cairan merah menetes keluar dari mulutku. Apa ini darah?

"Vio... let...?"

Rasa sakit dari perut kini menjalar ke seluruh tubuhku. Perlahan semua menghitam. Sebelum aku benar-benar pergi, suara Violet masih terdengar sangat jelas.

"Sayangnya, semua itu tipuan. Meski awalnya manis, rasa terakhir yang kaudapat tetaplah pahit. Nah, kauakan jadi sahabat abadiku, Alice."

Wonders of ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang