18. Last Chocolate for Appa

97 12 2
                                    

Genre: drama family, sad
Author : Ichi_D

Last Chocolate for Appa

   "A.. appa¹" ucap Eun Woo terbata, ia begitu shock. Dengan memegang pipinya yang terasa ngilu dan memerah akibat tamparan yang mendarat di pipi kirinya beberapa detik yang lalu. Obsidian kelamnya dipenuhi kristal bening yang perlahan mulai meluncur membasahi pipi tirusnya.
"Lee Eun Woo berapa kali harus apa katakan huh??? Hormati Nam Joon sebagai hyeong² mu. Tapi kau selalu saja menyakitinya, apa kau tak punya rasa kasihan huh??? Jawab appa JAWAB" suara bariton yang derdengar lirih namun tajam keluar dari bibir tebal Lee Woo Hyuk.

   "Menyakitinya??? Nuga??? Naega??? Cih (meludah dan menatap Namjoon sinis) disini siapa yang menyakiti siapa??? Appa, neon arra?? Na ddoyo cheoneun tto neomu appeo³... mereka... mereka selalu saja menyakitiku, disekolah Nam Joon selalu saja membullyku appa " tangis Eun Woo semakin menjadi tatkala mengingat bagaimana ia di perlakukan sangat kasar oleh Nam Joon. Ia bahkan disekap digudang hanya karna ia tak memberi Nam Joon Jawaban saat ulangan.
"Aniyo appa, itu tak benar, yang benar Eun Woo lah yang selalu membullyku, bahkan tdi dia hampir memukulku karena menyentuh biolanya itu" ucap Nam Joon dengan wajah yang disedih - sedihkan, membuat darah Eun Woo mendidih.

   "Mwo?? Mworaguyo?? Nam Joonssi sadarlah kau yang selalu membullyku... NEO... NEO TAEMUNE URI EOMMAGA JUGO" bentak Eun Woo dan mencengkram kerah Nam Joon. Dan memberi deathglarenya pada Nam Joon yang diam - diam tersenyum sinis pada Eun Woo.

   "Lee Eun Woo!!!" Bentak Woo Hyuk dan hendak memukul Eun Woo lagi namu di hentikan oleh Nam Joon.
"Appa andwaeyo, hajimarayo." Nam joon menarik tangan sang ayah dan menggiringnya keluar kamar. Namun baru sampai diambang pintu Nam Joon berbalik.
" Eun Woo ahh mianhae, geundae jika kau ingin memukulku jangan dihadapan orang tua arra??" Eun Woo tersenyum sinis, darahnya benar - benar dibuat mendidih oleh Nam Joon brengsek itu. Jika tdi ayahnya tak menghentikannya dapat dipastikan ia akan menghabisi si brengsek itu.

   Eun Woo hanya dapat memandangi punggung sang ayah dengan sendu, air matanya kembali mengalir hingga menganak sungai. Dadanya sesak seakan di tusuk pedang. Sosok itu telah menghilang dibalik pintu kamarnya.

   Eun Woo hanya dapat menangis. Tubuhnya meluruh dan terduduk dilantai yang dingin, lututnya menekuk, ia menenggelamkan wajahnya diantara keduan lututnya dan menumpahkan segala kesedihannya. Ini adalah malam yang paling menyakitkan baginya, malam yang ingin ia lupanakan untuk selamanya.

                    ***

   Mentari mulai menampakan sinarnya dari balik awan. Di bawah cahaya lampu jalanan Eun Woo berjalan dengan gontai menatap sebuah undangan ditangannya dengan sendu. 'Ulang tahun ke 75th Lee corporation, kau harus datang... appa yang meminta' itulah isi undangan dan note yang tertempel diatasnya.
"Huh... pria tua itu, kemarin malam ia menamparku sekarang ia ingin aku datang keacara ini ? Cih... dasar tukang pencari pencitraan" Eun Woo mulai ngedumel tak jelas. Ia menghela nafas dan memasukan surat dan undangan itu. Kemuadian ia melanjutkan jalannya, menatap kesekitarnya dan ia menyadari suatu hal. Yak hal yang sedari tadi mengganjal hatinya, ia memperhatikan jalanan. Tak biasanya jalanan di seoul di penuhi dengan segala pernak - pernik berwarna pink dan berbentuk hati. Entah itu balon, lampu, bahkan banyak penjual coklat yang menjajakan dagangannya, ditambah banyaknya para sejoli menebar kemesraan didepannya membuat matanya sakit.

   Hatinya yang memang dari semalam hancur kini menjadi remuk. 'Aaahh~ aku baru ingat ini kan hari valentine, huh hari kasih sayang konon cih... aku tak yakin kasih sayang itu benar - benar ada' Batin Eun Woo. Ia mempercepat langkahnya.

              ***
   Ketika ia melewati koridor sekolah banyak siswi yang menyapanya.
"Annyeong oppa"sapa siswa - siswa yang di balas dengan senyum manis oleh Eun Woo.

Wonders of ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang