Be all you need
'Til the day that I die
I'll love you
Over and over again💓💓💓
Rasanya lelah sekali, tapi aku berhutang menceritakan ini pada kalian.
Kebahagiaanku bertambah saat aku dan Sasuke sudah memulai sebuah keluarga.
Dua tahun setelah pernikahan kami, kami mendapatkan kado termanis dalam sepanjang perjalanan cinta kami, yaitu Sarada.
🍃🍂🍃🍂🍃🍂
Sarada Uchiha. Bocah perempuan yang tumbuh seperti anak laki-laki akibat didikan Ayahnya.
"Sasuke, jangan membelikannya sepatu bola terus!" Aku memprotes Sasuke yang tengah melipat tangannya dengan bangga di teras rumah kecil kami, matanya fokus menatapi Sarada yang tengah mencoba sepatu sepak bola baru pemberian Papanya.
Sasuke berbalik dan merangkul bahuku. "Dia sendiri yang memintanya padaku," jawabnya dengan mencium pelipis kiriku.
"Harusnya kau memberi pengertian padanya bahwa anak perempuan tak seharusnya memakai barang-barang laki-laki."
"Biarkan saja Sakura. Biarkan dia bahagia dengan apa yang dia mau, bukankah senyumnya senyum kita juga?" Sasuke mengusap kepalaku dan terpaksa aku mengangguk setuju.
Semenjak menikah Sasuke ini jadi pandai sekali merayu.
"Pa, ayo kita coba main," Sarada berteriak memanggil Sasuke untuk turun ke halaman tapi aku menahan lengannya.
"Jangan! Dia bukan anak laki-laki Sasuke," peringatku padanya.
"Hanya sebentar Sayang. Sungguh," ucapnya dan melumat bibirku singkat sebelum akhirnya dia melompat ke halaman dan mulai bermain bola dengan Sarada.
Mau tak mau senyumku berkembang melihat interaksi mereka.
Mereka selalu punya cara mereka sendiri untuk meluapkan kebahagiaan dan rasa cinta mereka satu sama lain.
Sarada tumbuh jadi remaja yang baik, dia jarang membuat masalah di sekolah dan selalu membawa prestasi baik setiap semesternya.
Akhir semester nanti dia mau mengikuti pertandingan gulat antara sekolah, Sasuke mengizinkan tapi aku tidak. Oh ayolah anakku itu perempuan!!
Semenjak ada Sarada, aku dan Sasuke jadi lebih sering meributkan hal-hal kecil tapi aku rasa itu wajar karena dalam hidup berkeluarga tak mungkin segala keputusan bisa selalu diterima oleh orang lain dengan baik.
Kami bertengkar, kami bersitegang, kami ribut, bahkan tidur saling memunggungi tapi kami tahu bagaimana cara menangani itu semua.
Sederhana saja caranya, cukup dengan "Maafkan aku" dan "Aku cinta kau" maka semuanya selesai dan akan esok harinya kami akan bersiteng lagi dengan masalah baru dan akan kami selesaikan lagi dengan cara yang sama. Sederhana bukan?
Aku tertawa ketika Sarada melompat ke atas punggung Sasuke dan memerintahkan Sasuke berjalan masuk ke rumah.
"Ma, Papa ini curang sekali! Dia tidak mau kalah! Maunya menang terus, padahal jelas dia kalah," adu anak itu padaku.
Dia sudah 13 tahun tapi bagi kami dia tetap balita kami yang lucu.
"Masuk dan bersihkan dirimu." Aku mendorong punggung Sarada yang masih bertengger di atas punggung Sasuke.
"Tidak ada jus buah untukku Ma?"
"Sarada bersihkan tanganmu sebelum mengambil makanan!" Aku berteriak pada Sarada yang ketahuan mengambil makanan di meja dapur.
Anak itu berjingkat dan segera berlari masuk ke kamar mandi setelah mendengar teriakanku. Semenjak ada Sarada aku jadi makin galak, makin jadi suka berteriak dan mengomel karena hal-hal kecil yang dikacaukan oleh anak itu, tapi itu menyenangkan.
Mataku beralih ke bawah saat Sasuke meletakkan kepalanya di atas pangkuanku. "Jangan galak-galak nanti dia meniru."
Aku memutar bola mataku dan berdecak kesal. Selalu saja Sasuke menuduhku yang mengajari Sarada menjadi galak, padahal sebenarnya tidak begitu.
Sasuke meraih jariku dan menggigitnya. "Hey sakit kau tahu!"
"Kau menggemaskan." Aku terkekeh, membungkuk dan mencium keningnya kemudian turun mencium ujung hidungnya beralih pada kedua sisi pipinya dan yang terakhir berlama-lama di bibirnya.
"Kalian jangan bermesraan tanpa aku!" Tanpa aba-aba Sarada melompat ke atas perut Sasuke.
Hah, dia ini sungguh mengganggu! Semenjak kami punya Sarada waktu berdua kami jadi berkurang dan waktu bertiga kami jadi bertambah. Kadang aku kesal pada Sarada karena dia suka merebut perhatian suamiku dariku. Huh.
"Ma, aku ingin tanya." Kami fokuskan pandangan kami pada Sarada yang tidur tengkurap di atas Sasuke. "Kenapa kau mau menikah dengan Papa?"
Aku tersenyum dan wajahku memerah saat Sasuke yang masih tidur berbantalkan pahaku mendongak menatapku menanti jawaban. "Karena aku mencintainya," jawabku.
"Lalu kenapa kau bisa mencintainya?" Tuntut Sarada lagi.
Aku menggeleng. "Karena aku jatuh cinta padanya."
"Ck, Ma jawabnya yang benar!"
"Iya ini sudah benar-benar jawabanku Salad!"
"Lalu kenapa kau jatuh cinta padanya?"
Aku tersenyum menyibak rambut Sasuke yang jatuh di keningnya, menyingkap kening itu dan menciumnya. "Karena dia Sasuke Uchiha."
"Ah Mama jawaban macam apa itu!!!" Protes Sarada tak puas dengan jawabanku.
Sasuke meraih dagu Sarada dan menekan pipi anak itu sehingga bibirnya jadi mengerucut. "Mama mu tidak akan jatuh cinta dan tidak akan menikah jika tidak dengan Sasuke Uchiha! Kau paham tidak? Jawabannya memang sesederhana itu. Kalau kau inginkan jawaban yang aneh-aneh seperti karena Mama mu menyukai sikapku atau wajah tampanku atau yang lain ya tidak bisa, karena memang itu jawabannya, Salad," ucap Sasuke dengan menekan-nekan pipi Sarada gemas.
Jawabannya menyebalkan, tapi memang begitu adanya. Jika tidak dengan Sasuke Uchiha maka aku tidak akan berani jatuh cinta.
🍃🍂🍃🍂🍃🍂
Hey Sasuke, jika bukan karenamu aku tak akan tahu apa itu artinya rindu.
Bersambung...
YOU ARE READING
Over And Over Again
Fanfiction"Aku akan mencintaimu lagi dan lagi." Sasuke x Sakura --oOo-- Over and Over Again original song by Nathan Sykes Naruto © Masashi Kishimoto AvalerieAva 2017 present : "Over And Over Again" Song Story