I want to breathe, I hate this night
I want to wake up, I hate this dream
I'm trapped inside of myself and I'm dead
Don't wanna be lonely
Just wanna be yoursWhy is it so dark where you're not here
It's dangerous how wrecked I am
Save me because I can't get a grip on myself..........
Namaku Ahn Yebi, anak kedua dari tiga bersaudara. Secara finansial aku mencukupi, otak ku cukup pintar dan juga aku populer di kalangan para remaja. Sebut saja aku ini idaman banyak lelaki, ya kalau kalian tidak keberatan.
Secara keseluruhan hidupku biasa saja, meski banyak yang memuja kesempurnaan hidupku. Dasar tolol, mana ada hidup yang sempurna, aku hanya 'terlihat' sempurna, ya walau tidak kupungkiri akupun merasakan kasih sayang Tuhan yang lebih padaku dan keluargaku. Banyak yang menyebutku Dewi Fortune karena aku membawa keberuntungan dimana saja. Yah sebenarnya tidak begitu, kukira mereka saja yang berlebihan, aku hanya manusia biasa, tidak ada yang patut diistimewakan dariku, kuulangi, aku hanya manusia biasa
Aku baru saja memulai kehidupanku sebagai salah seorang mahasiswi di universitas terkemuka. Ya tentu kalian bisa tebak, banyak lelaki yang langsung 'mengerubungiku' bagai anjing kelaparan. Rata-rata mereka sama, berpenampilan sama, berwajah sama dan cara berbicara mereka pun sama, khas remaja metropolitan. Aku sadar, aku tak cantik, tak begitu menarik pula, maka aku tak pernah sekali-sekali bergabung dengan gadis-gadis penggoda yang punya martabat selangit, namun justru aneh ya? Mereka memusuhiku seakan aku akan mengambil seluruh lelaki di dunia ini
Apa yang salah denganku.
Ini tahun pertama aku berada di Seoul. Awalnya sulit menyesuaikan kehidupan disini karena aku sudah terbiasa dengan kehidupan sederhanaku di Busan. Gila, disini apa-apa harus beli, ke toilet bayar, apapun dilakukan dengan uang, belum lagi penduduknya yang padat, aku masih harus menyesuaikan diri.
Aku menatap bayang-bayang langit yang kosong, menghalangi berkas cahaya yang silau dengan tanganku. Cahaya itu menelusup di sela-sela awan mendung dan memberikan terang bagi kami penduduk bumi. Lalu aku termenung, indah kalau saja aku bisa menjadi seberkas cahaya itu, aku tak tau apa yang aku maksud, namun entah mengapa aku sangat ingin menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Aku menilik pada diriku sendiri, apakah yang sudah aku perbuat pada ayah dan ibuku, adikku Yerim, dan oppaku Yesung. Hasilnya adalah gelengan tak berarti, aku belum berbuat apapun pada mereka. Yang kuingat hanya aku yang menghabiskan uang ayahku selama 19 tahun ini, merepotkan ibuku tak terhingga jumlah, menyusahkan oppaku karena aku selalu minta antar saat pergi ke sekolah dan menjahili adikku walau hanya sekedar merebut lolipop kesukaannya.
Tiba-tiba aku sangat rindu pada Busan, tanah kelahiranku dan juga tempat dimana keluargaku tinggal. Aku rindu senyuman ayahku, masakan ibuku, bermain games dengan Yesung oppa dan melihat bagaimana Yerim tumbuh semakin cantik setiap harinya. Refleks saja aku merogoh tasku dan mengeluarkan benda berwarna golden rose lalu menekan beberapa digit nomor, namun sebelum aku menekan 'panggil' ponselku sudah berdering dan menampilkan nama kakak laki-lakiku disana
"ne oppa?"
"Yebi-ya, kau dimana?"
"aku ada di kampus, waeyo?"
"bisakah kau pulang sekarang?"
"ke busan?"
"ne.."