Istana terlihat sibuk hari ini. Seluruh dayang dan juga pelayan tengah mempersiapkan untuk penobatan putra mahkota akan berlangsung. Dapur istana sibuk mempersiapkan hidangan-hidangan yang akan disuguhi untuk para tamu undangan. Para pelayan menghias halaman utama istana dengan segala macam hiasannya.
Dikediamannya, pangeran yang akan dinobatkan menjadi putra mahkota juga tengah bersiap. Dengan dibantu oleh seorang kasim dan juga beberapa pelayan, pangeran itu mengenakkan pakaian untuk acara penobatannya dan juga mengenakkan myeonrugwan dengan 8 manik. Setelah selesai mengenakkan pakaiannya dan juga myeonrugwannya, pangeran itu bersiap untuk menuju tempat dimana ia akan dinobatkan.
"Anda sudah siap mama?" Tanya kasim Song, kasim pribadi pangeran tersebut.
Pangeran itu menarik nafasnya lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban untuk pertanyaan sang kasim.
~”~
Dihalaman utama istana. Seluruh anggota kerajaan sudah berada dikursinya masing-masing. Raja Haejong duduk dikursi ditempat yang paling atas bersampingan dengan sang ratu. Disebelah kiri raja ibu suri Hong duduk disana. Sementara putri dan pangeran-pangeran yang lain duduk diundakan bawah dari tempat tetua istana.
Gerbang utama istana terbuka dengan lebar. Pangeran yang akan dinobatkan menjadi putra mahkota memasuki halaman utama istana. Pangeran itu melangkah sambil melihat pejabat-pejabat tinggi yang berdiri disamping kiri dan kanannya yang membungkukkan badannya memberikan hormat.
Namun para pejabat yang membungkukkan badannya itu memiliki ekspresi wajah yang berbeda-beda. Ada yang tersenyum ada juga yang tidak tersenyum padanya.
Ia tidak peduli dengan hal itu. Ia terus melangkah menaiki anak tangga satu persatu hingga akhirnya tiba ditempat dimana ia akan menerima penobatannya itu.
Raja turun dari singgasananya. Ia menuruni anak tangga menghampiri sang pangeran yang akan dinobatkan itu. Seulas senyuman tersungging pada wajah sang raja sambil menatap pangerannya itu.
Flashback...
"Jadi sudah aku putuskan, yang akan menjadi putra mahkota adalah...."
Para mentri dari kedua fraksi dibuat penasaran oleh sang raja. Para mentri itu berharap-harap cemas dengan keputusan yang akan diberikan sang raja. Mentri Yeom dan juga mentri-mentri yang berada timur berharap bahwa posisi itu akan tetap pada pangeran Kangjeon. Sementara perdana mentri Hong dan mentri-mentri dari fraksi barat berharap semoga sang raja merubah keputusannya itu.
"Aku sudah memutuskan untuk menjadikan pangeran Lee Joon menjadi putra mahkota negeri ini," jawab raja Haejong akhirnya.
Senyuman kemenangan tersungging diwajah perdana mentri Hong. Ia menatap sinis kearah mentri Yeom yang terlihat kesal dengan keputusan sang raja.
"Keputusanku ini sudah bulat! Jadi aku tidak akan menerima protes dari siapapun! Pangeran bungsungku, pangeran Lee Joon akan menjadi penerus kerajaan ini!"
8 tahun kemudian...
"Hyung-nim oper kemari bolanya!"
Seorang pemuda yang memakai pakaian berwarna kuning berteriak kepada pemuda lain yang memakai pakaian berwarna biru muda. Pemuda berpakaian berwarna biru itu mengoper bola kearah pemuda berpakaian berwarna kuning.
Setelah mendapatkan bolanya, pemuda itu menggiring bolanya menuju gawang. Setelah mendekati gawang tersebut pemuda itu menendang bolanya dan bolanya itu masuk kedalam gawang tersebut hal itu membuat sang pemuda bersorak kemenangan.
Begitu juga dengan para dayang yang tengah menonton pertandingan itu. Dayang-dayang itu berteriak histeris dan membicarakan pemuda itu yang ternyata adalah pangeran Lee Joon atau sekarang gelarnya adalah putra mahkota Hwanjung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne [END]
Historical FictionTahta, kekuasaan, jabatan adalah sesuatu hal yang sangat menyeramkan bagiku. Kenapa? Karena hal tersebut dapat membuat orang-orang yang menginginkannya menjadi gelap mata. Mereka yang sangat menginginkan sebuah tahta, mereka yang sangat mengingi...