Part 4

1.1K 91 16
                                    

"Yang harus kita lakukan adalah." Mentri Yeom meminta mentri-mentri yang lain mendekat padanya. Setelah mentri-mentri itu mendekat ia menjelaskan apa yang menjadi rencananya itu.

Para mentri itu mengangguk-anggukkan kepalanya menandakkan kalau mereka setuju dengan apa yang menjadi rencana mentri Yeom itu.

"Aku setuju, tunggu apa lagi, mari kita mulai," kata Joo bersemangat.

Mentri Yeom berdeham menandakan bahwa rencana mereka akan segera dimulai. "Sudah delapan tahun lamanya kita tidak melihat pangeran Kangjeon. Kira-kira bagaimana kondisinya saat ini?"

"Ya kau benar, setelah pangeran Kangjeon memutuskan untuk keluar dari istana, ia sama sekali tidak pernah mengunjungi istana dan ketika kita berada diluar istana kita tidak pernah bertemu dengannya. Pangeran tertua yang malang," kali ini mentri Ahn yang mengangkat bicara.

"Seandainya delapan tahun lalu pangeran Kangjeon yang menjadi putra mahkota, mungkin kondisi istana tidak akan seperti ini," jelas mentri Joo.

"Pangeran Kangjeon sebenarnya pantas untuk menjadi putra mahkota, dia memiliki kepintaran yang sama seperti adiknya, pangeran Taesun. Selain itu ia juga memiliki jiwa kepemimpinan yang hebat seperti pangeran Jeong-ah." Mentri Han memuji pangeran Kangjeon.

"Tapi menurutku dia itu bodoh," kata mentri Yeom.

"Bodoh? Apa maksudmu mentri Yeom?" Tanya mentri Joo.

"Ya dia bodoh, jika dia memang menginginkan posisi itu seharusnya ia memperjuangkannya untuk mendapatkan posisi itu, tetapi dia malah memilih untuk keluar istana dan membiarkan posisi itu diambil oleh putra mahkota Hwanjung," jelas mentri Yeom.

Pintu ruangan para mentri itu dibuka dengan kasar. Seorang pemuda masuk kedalam ruangan itu dengan pakaian yang berantakan. "Beraninya kalian membicarakan hal buruk mengenai diriku!"

"Maaf, tapi siapa anda?" Tanya mentri Yeom.

"Aku siapa? Tentu saja aku ini adalah orang yang sedang kalian bicarakan! Pangeran Kangjeon!" Jawab pangeran Kangjeon kesal.

Para mentri itu menunjukkan ekspresi terkejutnya, walaupun mereka sudah tahu bahwa pemuda itu adalah pangeran Kangjeon. Mereka membungkukkan badannya meminta maaf pada pangeran itu.

Seulas senyuman tersungging diwajah mentri Yeom, karena rencana yang ia rencanakan itu berhasil.

****

"Yang harus kita lakukan adalah membuat pangeran Kangjeon datang ke ruangan ini," jelas mentri Yeom.

"Bagaimana caranya kita membuat pangeran Kangjeon kemari?" Tanya mentri Joo.

"Pangeran Kangjeon itu ada tipe yang terlalu mudah terpancing emosinya, jadi-"

"Jadi maksudmu kita memancing emosi pangeran Kangjeon dengan begitu ia akan datang kemari?" Potong mentri Ahn.

"Ya kau benar! Bagaimana kalian setuju?"

"Ya aku setuju. Tapi setelah itu apa yang harus kita lakukan?"

"Apa yang harus kita lakukan? Tentu saja kita buat pangeran Kangjeon kembali lagi ke istana dan jadikan ia putra mahkota, dengan begitu posisi fraksi timur akan kembali aman," jelas mentri Yeom.

Para mentri itu mengangguk-anggukkan kepalanya menandakkan kalau mereka setuju dengan apa yang menjadi rencana mentri Yeom itu.

****

"Pangeran Kangjeon tolong maafkan atas kelancangan kami. Kami tidak tahu jika anda berada disini," kata mentri Yeom meminta maaf.

Pangeran Kangjeon yang sudah duduk diantara para mentri itu meneguk minumannya lalu meletakkan cawan keatas meja dengan kasar. "Mana bisa aku maafkan kalian yang sudah mengatakan hal buruk pada seorang pangeran!"

The Throne [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang