5. Pertemuan Ayah dan Anak

37.3K 5.1K 145
                                    

"Ya, Bu?" Vio merasa heran saat Bu Ratna tiba-tiba meneleponnya. Ini bahkan masih jam 9 pagi.

"Vio, Ola tiba-tiba demam dan muntah-muntah. Ibu sama Ayah ada di rumah sakit sekarang."

"Ya Allah, apa Ola baik-baik saja, Bu?" Tanya Vio dengan panik. Tadi pagi Ola masih baik-baik saja saat dia meninggalkannya.

"Ini masih diperiksa dokter, Nak."

"Vio ke sana sekarang, Bu." Vio menutup teleponnya saat Bu Ratna memberikan informasi di rumah sakit mana mereka berada. Dia membereskan mejanya dengan panik. Ola sangat jarang sakit karena itulah dia merasa begitu khawatir.

"Ros, gue mau ijin pulang ya. Anak gue di rumah sakit."

"Lho, kenapa Ola?"

Vio menggeleng. "Katanya muntah-muntah, tapi demam juga. Sekarang di rumah sakit."

"Sorry ya, gue nggak bisa anterin. Lagi banyak banget kerjaan gue. Ke kantor Madam dulu gih, ijin."

Vio mengangguk dan berlari ke ruangan Bu Wanda. Di sekolah ini, siapapun yang akan meninggalkan sekolah di saat jam kerja harus langsung meminta ijin pada Bu Wanda. Ia mengetuk pintu ruangan Bu Wanda dengan panik. Vio belum pernah ijin sebelumnya. Dan entah apakah wanita itu akan mengijinkannya atau tidak mengingat wanita itu belum memiliki anak. Bu Wanda tidak akan tahu bagaimana khawatirnya seorang ibu jika anaknya sakit.

Vio meremas ujung tasnya saat dia memasuki ruang kerja Bu Wanda itu. Matanya menangkap Erlangga yang juga sedang ada di sana sedang mempelajari sebuah berkas. Lelaki itu menatapnya tajam. Vio menghela napas. Sejak hari itu, dia belum bertemu atau berbicara dengan Erlangga lagi.

"Selamat pagi, Pak Erlangga, Bu Wanda," sapanya dengan pelan. Tangannya masih meremas tasnya dengan gugup.

"Kamu baru datang?" Bu Wanda menatapnya tajam dan melirik jam dinding.

Vio menggeleng. "Saya mau ijin, Bu. Anak saya sakit."

Vio melihat Erlangga duduk tegak begitu mendengar perkataannya. Dan Vio berusaha mengabaikannya sebisa mungkin.

"Tapi bagaimana bisa tiba-tiba seperti ini? Bagaimana..."

"Dia sakit apa?" Pertanyaan Erlangga menghentikan ucapan Bu Wanda.

"Saya kurang tahu, Pak. Tiba-tiba saja dia demam dan muntah."

"Masa sakit tiba-tiba. Cari alasan kamu ya?" Bu Wanda bertanya dengan kejam.

Ya Tuhan! Rasanya Vio ingin melempar wanita itu dengan sepatunya. Bagaimana bisa dia menjadikan anaknya untuk mencari alasan palsu?

"Bu..."

"Pergilah, Violet," ucap Erlangga dengan pelan. Tapi Vio tahu, Erlangga menahan dirinya. Lelaki itu gelisah. Vio tahu itu.

"Te...terima kasih, Pak," Vio membungkuk dan segera keluar dari ruangan itu sebelum Bu Wanda mulai mengeluarkan taringnya kembali. Dia tidak peduli wanita itu tidak mengijinkannya pergi. Yang penting Erlangga memberinya ijin.

Vio berlari-lari kecil di koridor saat tiba-tiba Darwin menghentikannya. "Vio, ada apa?"

"Darwin! Aku harus pergi, anakku masuk rumah sakit."

"Ya Tuhan! Aku antar! Tunggu di sini, aku akan ke Bu Wanda."

"Tapi..."

"Tunggu di sini, Vio!" Dia berlari ke ruangan Bu Wanda.

Vio berdiri dengan gelisah. Setiap detik waktu yang dia habiskan hanya membuatnya semakin khawatir. Dia butuh melihat Ola sekarang. Saat akhirnya Darwin berdiri di sisinya, dia hampir saja menarik lengan lelaki itu untuk bergegas.

VIOLET (SUDAH CETAK-TERSEDIA Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang