REPOST. Part Lengkap bisa dibaca di Playstore atau Karyakarsa ya ^.^
~~~
"Bunda, Om Elang mana?"
Sejak tadi, entah sudah berapa kali Ola merengek menanyakan Om Elangnya. Erlangga harus ke sekolah tadi pagi. Lelaki itu sebenarnya ingin disini menemani Ola, namun Vio melarangnya. Apa kata teman-temannya nanti jika mereka tahu? Kemarin saja, lelaki itu sudah bolos seharian. Untung tidak ada teman sekolahnya yang kemari.
"Om Elang kan kerja, Sayang." Vio mengusap rambut panjang Ola dengan sayang.
"Om Elang bilang nggak lama." Gadis kecil itu cemberut dan memeluk boneka barunya.
Vio menghela napas pelan. Ola mulai begitu bergantung pada Erlangga. Apa yang harus dikatakannya nanti pada Ola jika tiba-tiba Erlangga pergi seperti dulu?
"Bagaimana kalau Ola menggambar sambil menunggu Om Elang?" Kemarin Erlangga memberikan banyak sekali crayon dan buku gambar.
"Mau Bunda!! Mauu!!" Ola menjerit kegirangan.
Vio tertawa dan menyiapkan meja kecil yang juga dibeli Erlangga dan peralatan menggambarnya. Selain membaca, Ola suka sekali mewarnai dan menggambar. Tak lama, suasana kembali sunyi. Ola asyik menggambar sementara Vio membaca buku di sampingnya.
Hari ini mereka hanya berdua. Pak Cahya dan Bu Ratna harus terbang ke Samarinda karena Mbak Mutia melahirkan anak keduanya pagi ini.Suara pintu yang terbuka membuat mereka berdua menoleh. Senyum yang hampir terbit di bibir Ola kembali hilang saat melihat bahwa yang masuk ke kamar bukanlah Erlangga.
"Selamat siang, Dokter." Vio bangkit menyapa dokter muda itu.
"Siang, Bu. Saya membawa kabar baik. Semua hasil tes lab putri Anda negatif dari virus. Putri Anda bisa pulang sore ini."
"Alhamdulillah," bisik Vio penuh rasa syukur. Selain lega karena akhirnya Ola bisa pulang, dia juga lega tidak terlalu lama berada di kamar perawatan yang mahal ini.
"Yeeaay, Ola pulaang!!!"
Vio tertawa melihat anaknya berteriak kegirangan.
"Nah, Anak manis, lain kali jangan jajan sembarangan ya? Nggak mau disuntik lagi kan?" Dokter Yusuf menunduk saat berbicara dengan Ola.
Ola menggeleng. "Ola cuma mau makan masakan Bunda, Om Dokter!"
"Anak pintar. Ayo tos dulu sama Om Dokter." Dokter Yusuf menaikkan tangannya dan Ola menepuknya dengan tenaga kecilnya. Mereka tertawa bersamaan dengan akrab.
Ola meringis saat suster melepas jarum infusnya tapi anak itu tidak menangis. Dia hanya memeluk Vio dengan erat.
"Bunda, Ola mau ganti baju."
Vio mengacak rambut Ola dan mengambil tas pakaiannya. Ponselnya berbunyi. Nama Erlangga terpampang di layar. Jangan tanya kenapa nomor Erlangga bisa ada di ponselnya. Lelaki itu mencuri ponselnya dan memasukkan nomornya sendiri, lalu menelepon ponselnya dengan ponsel milik Vio.
"Ha..."
"Violet, kamu mau makan apa?"
Vio memutar bola matanya. "Aku sudah makan roti."
"Oh, c'mon! Apa kenyangnya makan roti! Aku beliin nasi padang pake ayam gulai ya? Kesukaanmu kan?"
Vio memejamkan matanya. Lelaki itu masih ingat makanan kesukaannya.
"Erlangga, tidak usah sungguh. Ola boleh pulang sore ini. Aku bisa memasak."
"Bundaaaa!! Ola mau bicara sama Om Elang!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (SUDAH CETAK-TERSEDIA Ebook)
ChickLitKisah Violet dengan putri kecilnya, Viola dan lelaki yang ingin kembali masuk ke hidupnya. Tersedia di PLAYSTORE, KARYAKARSA, ICANNOVEL, dan Cetak BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS