10. Merajuk

39.9K 4.9K 377
                                    

REPOST

Versi lengkapnya sudah tersedia di Google Playbook, Karyakarsa, dan Kubaca

......


"Jadi dia nyuruh Mbak ke rumah nemuin aku?" Vio mengulang lagi pertanyaannya. Jika memang Erlangga yang menyuruh Hannah menemuinya, Vio akan membawakan rok milik Ola agar dipakai Erlangga nantinya.

Hannah menggeleng. "Dia tidak keluar kamar sejak kemarin sore, Vio."

Vio melotot menatap Hannah. "Maksud Mbak?"

Tidak keluar kamar? Apa maksudnya? Dia merajuk?

Hannah menghela napas lelah dan meminum tehnya. "Dia selalu seperti ini jika hal itu berhubungan denganmu. Sama seperti lima tahun lalu saat dia tidak menemukanmu di rumah kontrakan kalian. Jika tidak karena Mami harus operasi, aku yakin dia akan mati di dalam kamar tidurnya."

"Mbak...tahu?"

Hannah mengangguk dan menggenggam tangannya. "Aku harus memaksanya bercerita, Vio. Sampai saat ini, hanya aku yang tahu semuanya."

Vio menunduk. Matanya memanas. Jadi Erlangga mencarinya? Tapi kapan?
Dia menunggu hingga tiga minggu lamanya, namun Erlangga tidak juga kembali atau bahkan meneleponnya.

"Mami sakit saat itu. Sejak Erlangga pergi dari rumah karena bertengkar dengan Papi, Mami selalu memikirkan Erlangga."

Vio diam mendengarkan Hannah. Erlangga pernah bercerita, dia pergi dari rumah karena ada masalah dengan keluarganya. Tapi hanya itu. Erlangga tidak pernah menyebutkan di mana keluarganya tinggal.

"Dia anak lelaki satu-satunya. Mami sangat menyayanginya, begitu juga aku dan kakakku. Apa dia pernah bercerita tentang keluarga kami, Vio?"

Vio menggeleng. "Dia tidak suka membicarakannya, Mbak. Katanya saat itu, yang penting kami selalu bersama." Vio memejamkan matanya mengingat bagaimana Erlangga begitu meyakinkannya bilang padanya bahwa tidak ada yang lebih penting selain mereka bersama. "Dan ternyata aku begitu mudah dibohonginya," lanjutnya kemudian.

"Dia tidak membohongimu, Vio."

Vio mendengus. Tidak berbohong? Erlangga bilang padanya saat itu, dia hanya akan pergi sebentar. Sebelum malam dia pasti kembali. Tapi kenyataannya?

"Aku memintanya pulang sebentar saja untuk melihat kondisi Mami. Tapi dia sampai di rumah dengan kondisi penuh luka. Dia dirampok dalam perjalanan pulang ke rumah."

Vio terkesiap. Itukah kenapa sebabnya ponsel Erlangga tidak bisa dihubungi?

"Dirampok?"

Hannah mengangguk. "Sepeda motor, dompet, dan ponsel. Masih ditambah dia dihajar hingga babak belur. Keajaiban, dia masih bisa sampai ke rumah."

"Lalu kenapa dia tidak mencariku?"

"Maafkan dia. Dia sangat mencintai Mami. Dia tidak tega melihat kondisi Mami yang seperti itu. Erlan tidak bisa meninggalkan Mami selama Mami belum sembuh. Aku memang tidak bilang padanya jika Mami sakit parah. Saat dia pulang, dia merasa bersalah."

Vio memejamkan matanya. Dia juga merasa bersalah. Seharusnya dia menunggu sedikit lebih lama lagi dan semua ini tidak akan terjadi.

"Tapi Panji bilang dia tidak bisa menemukan Langga dimanapun. Panji bilang dia mencari ke rumahnya."

"Maafkan aku, tapi Panji membohongimu."

Vio menatap Hannah tak percaya. Panji begitu baik padanya saat Erlangga tidak ada. Dia sendiri yang menawarkan bantuan untuk mencari Erlangga. Tidak mungkin Panji berbohong padanya.

VIOLET (SUDAH CETAK-TERSEDIA Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang