Lima : Rumah

16 2 0
                                    

Usai kegiatan sekolah, seperti biasa aku akan mengunjungi rumahku. Rumah? Iya rumah. Terletak di tepi pantai dan berlantai pasir putih. Ya, ini memang bukan rumah seperti yang ada di pikiran kalian. Disini ada pohon yang lumayan besar. Tingginya kira-kira 2 meter. Sebagian akarnya menjalar di pasir dan sebagian lagi menjalar ke dalam air.

Aku selalu menikmati sebagian hariku disini. Duduk di akar pohon yang entah apa namanya ini sambil membaca atau hanya sekedar melamun disini.

Kadang aku berfikir 'mungkin akan lebih indah jika aku hidup dalam dunia imajinasi ku. Disana aku bisa menjadi apapun yang aku mau'.
Mungkin hal itu terdengar konyol bagi kalian.

Aku mulai menggoreskan pensilku pada kertas usang yang kubawa tadi.

Seandainya aku adalah tokoh utama dalam sebuah dongeng, pasti hidup ku akan sangat beruntung. Banyak yang menyayangi ku. walaupun kadang tokoh utama selalu mendapat perlakuan kasar dari tokoh antagonis. Tapi setidaknya masih banyak yang mendukung dan memberi semangat kepada sang tokoh utama.

Setelah selesai menulis, ku lipat kertas usang tadi dan melemparkan ke arah pantai. Aku tidak bermaksud untuk mengotori pantai dengan kertas usang tadi, aku tahu cara membuang sampah dengan benar. Kertas usang tadi bukan sampah bagiku, jadi aku melemparkan nya ke pantai dan berharap ada ikan atau makhluk laut lainnya yang membaca tulisan ku. Konyol.

Ku rasa hari ini sudah cukup kunjungan ku  ke rumah ini. Hari sudah mulai sore, saatnya aku kembali ke balai penampungan.



To Be Continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RevolusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang