Hari ini hari Rabu, saatnya pelajaran olahraga di sekolah. Lagi-lagi Vio sendiri. Gapapa kok. Udah biasa bagi Vio. Vio benci pelajaran olahraga. Kadang, ia suka pura-pura sakit agar tidak mengikuti pelajaran olahraga. Pertama, karena akan berkeringat. Dua, gurunya tidak asik. Sebenarnya Vio tidak terlalu tertarik bagaimanapun guru yang mengajar di setiap bidang study. Pak Joko, guru olahraganya, adalah guru yang selalu menyalahkan Vio kalau Vio tidak mau mengikuti jam bebas pelajaran olahraga yang bermain kasti, basket, Voli, dan permainan olahraga lainnya.
Apa boleh buat, Vio mengambil baju olahraganya dan segera ke ruang ganti.
Banyak murid yang menyenggol Vio karena terburu-buru ingin segera mengikuti pelajaran olahraga.
Au! Ah! Ish! nggak tau tata krama banget sih! Gumam Vio sembari disenggol oleh murid-murid lain di belakang.
* * *
-Derek Pov
"Bu, saya ke toilet ya,bu?" Izin Derek mengangkat tangannya.
"Iya, tapi jangan lama-lama. Kalo udah selsai, langsung ke kelas jangan ke tempat lain!" Perintah Bu Shafa dengan wajah datar sambil menggonta-ganti halaman di bukunya, Guru Fisika."ocai, bu!" Ucap Derek.
Bu Shafa memang guru seperti biasanya. Tidak ada yang menggosipi Bu Shafa. Bu Farah, Guru Matematika, digosipi murid-murid karena terlalu galak. Pak Bejo, Guru bahasa indonesia, guru yang digosipi murid-murid karena cara lucunya mengajar.
Saat ingin ke kamar mandi, dia melihat Vio dan yang lain menuju lapangan. Derek olahraga pada hari Selasa. Dia tau hari ini materinya mencari batu di taman. Pelajaran aneh Pak Joko memang disukai oleh murid-murid.
Derek pun cepat-cepat buang air. Setelah selesai dia mengingat kata-kata Bu Shafa.
"Iya, tapi jangan lama-lama. Kalo udah selesai, langsung ke kelas jangan ke tempat lain!"
Bu Shafa bilang kalo gue nggak boleh ke tempat lain cuma boleh ke kelas. Dia nggak bilang ke kelas XI-C kan? Berarti gue bisa ke kelas XI IPA 4. Gumam Derek.
Derek tidak menuju kelasnya melainkan menuju ke kelas Vio yang menghadap ke arah taman belakang.
15 menit berlalu.
Tunggu, suara ketukan itu??? Itu ketukan kaki bu Shafa yang bergema di koridor. Derek yang sedang melihat ke arah taman segera bersembunyi, berharap Bu Shafa cepat melewati kelas XI IPA 4.
Sial! Bu Shafa malah masuk ke kelas Vio. Derek yang bersembunyi dibalik kursi paling belakang tidak tau harus kemana lagi. Dia sudah di ujung tanduk.
Bu Shafa cantik... bisa pergi dulu nggak? Saya mau keluar soalnya. Gumam Derek berharap Bu Shafa pergi.
"Ck..ck..ck.. anak pendiam ini pinter tapi nggak bisa bergaul, gimana mau ngajarin temen-temennya yang belom paham.." ucapan Bu Shafa yang sedang melihat identitas-identitas siswa kelas XI IPA 4
wajah Derek yang awalnya tegang mereda perlahan-lahan setelah mendengar ucapan Bu Shafa tadi.
Siapa lagi kalau bukan Vio anak pendiam itu?
Anak musik, lo ternyata pinter juga, ya. Gumam Derek.
Bukan masalah Vio yang membuat Derek mereda tapi ucapan Bu Shafa tadi sepertinya bernada bahwa tau kalau Derek sedang berada di kelas XI IPA 4
"Ekhem... Derek, kamu jangan mesum, ya? Emang ibu nggak tau kalau kamu bakal keluyuran. Cepat ngaku kalau kamu di sini jangan buat ibu makin marah deh!" Bu Shafa memang sepertinya sudah tau kalau ada Derek di kelas itu.
Mampus!gimana, nih?!. Derek benar-benar khawatir. Tapi dia tetap memberanikan diri.
"Maaf,bu. Saya cuman mau....AAAAA SAKIT BU!! SAKIT BU!!" Teriak Derek yang tiba-tiba di jewer oleh Bu Shafa.
"Bagus ya? Kamu rela saya jewer demi bisa keluyuran kayak gini?! Hah?! Udah ke........ emmmm-----4 kalinya kamu berani keluyuran kayak gini" Bu Shafa yang makin kencang jewerannya.
"AAAA...BU, TAPI INI BARU YANG KE-7 KAKINYA BU...AAAA" Teriak Derek srmakin kencang.
"Itu makin parah Dereeeeek!!!!!" Bu Shafa yang mengencangkan jewerannya.
Bu Shafa memang suka menjewer, tapi tidak seperti Bu Farah yang kalau marah, dia bakal.... yaa gitulah..
Derek pun diminta Bu Shafa untuk menemui guru BK pada jam pulang nanti.
Derek tau kalau guru BK nya adalah Bu
..Bu... Apa?! Bu...Bu Farah?!Derek langsung kembali ke kelas dalam keadaan seperti setengah jiwanya lenyap.
"Lo 'napa, rek?" Tanya Toni.
"Sewut banget, lo!" Derek bicara datar sambil kembali ke tempat duduknya.
Bu Shafa masuk ke kelas dengan mulut tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Pelajaran pun berlangsung seperti biasanya.
* * *
-Viola Pov
"Hai, Vi" Sapa seorang cewek saat di taman.Viola hanya tersenyum. Hai . Dan hanya menjawab sapaannya dalam hati.
"Gila ya, tuh guru? Nyari batu buat olahraga.. bener-bener tuh guru.. MANTAB JIWA BANGET" Seorang cewek berbicara pada temannya.
Hhmmphh.. dia pikir ada yang sependapat dengan Vio ternyata itu malah memuji.
"Hai, Vi. Katanya lo nggak suka pelajaran Pak Joko, ya?......." Kata Mekka, teman sekelasnya yang tadi menyapanya.
Iya. Vio hanya bergumam.
"....... gua juga nggaj suka. Abisnya kemaren tentang Voli, sekarang? Malah disuruh nyari batu.. oh, ya, Vi, gua udah dapet batu nih..." Mekka menunjukkan batu sebesar genggaman tangan di tangannya. ".....gua bantuin lo nyari juga, deh" pinta Mekka.
Yaudah. Lagi-lagi Vio cuman bergumam.
Menggunakan bahasa tubuh yang berartikan "boleh".
"Lo kok jarang ngomong sih? Cuman bilang 'iya' aja pake bahasa tubuh segala. Tapi nggak........." ucapan Mekka yang terpoting oleh Vio.
"Lo kalo nggak mau bantuin gua juga nggak apa-apa. Lo kan yang minta!" Keras Vio yang membuat semua mata menuju ke arah Vio dan Mekka.
Jangan teriak-teriak di sini dong!. Gumam para murid-murid
* * *
Thank yuu readers sejatii...
Jangan lupa buat tetep baca 'IF'.
Jangan lupa vote aku ya..
💕👌😎😊☺
Maaf, ya kalo ada kesalahan dalam menulis, soalnya belom dicek secara detail juga..
Fol aku juga ya..
😆😊👌😎Ada beberapa yang aku ganti, yang peka pasti tau :)
