Vio anak pendiam dan tidak suka bergaul. Dia punya cerita tersendiri yang menyebabkan dia selalu menyendiri. Bukan karena temannya yang selalu menjauhinya, tapi karena Vio yang memang tidak suka bergaul.
Pagi itu matahari menyiram sekolah. Panas terik membuat para murid jajan es kesana-kemari. Vio dengan pandangan melamun sambil mendengarkan musik lewat earphonenya itu hanya membisu sambil mengetukkan jarinya sesuai irama lagu yang didengarnya.
Sendiri, hampa, sudah terbiasa bagi Vio yang memang tidak suka bergaul.
Saat senang mendengarkan lagu, Vio punya perasaan aneh. Dari jendela seperti ada yang melihatnya.
Vio memang suka duduk didekat jendela karena kelasnya yang berada di lantai dua itu menghadap ke taman belakang sekolah. Di bawah seperti ada yang melihatnya. Pandangan Vio berubah seketika merasa bahwa dia sedang dilihati oleh seseorang.
Pandangan matanya mengarah ke bawah. Terlihat sesosok lelaki bersama temannya sedang duduk di bangku taman sambil meminum segelas es teh.
Dia tahu siapa lelaki itu. Dia adalah Derek, dan temannya bernama Toni. Vio merasa menyesal karena telah melihat kedua lelaki itu. Pandangan Vio pun akhirnya teralih dengan suara keras dari koridor.
"Eh, anak siput! Lo tuh kalo jalan liat-liat! Lo kalo gak mau cari masalah sama gue, lo turutin gue!" Teriak cewek itu dari koridor.
Murid-murid dari arah kelas berdatangan berkumpul. Vio tahu pasti itu Rere, princess gila di sekolah ini. Seangkatan dengan Vio, Tapi anak kelas 12 saja takut dengannya.
"M-m-maaf Rere, aku tadi.. sedang-" ucap anak yang menabrak Rere yang terpotong bicaranya.
"Berisik!!" Teriak satu cowok yang baru datang.
Oh, Ternyata itu Farel.
Berisik baget tuh orang. Gumam Vio sambil memperbesar volume lagunya.
Kejadian itu dekat dengan kelas Vio. Tanpa berpikir panjang, Vio pergi dari kelas sambil membawa novelnya dengan santai berjalan menuju koridor seolah tidak terjadi apa-apa di sana. Tiba-tiba langkah Vio terhenti karena mendengar seseorang memanggilnya dengan suara kencang sehingga bisa terdengar oleh Vio yang menggunakan earphone dari arah belakang.
Oh, ternyata Rere yang memanggilnya.
"Oi, Vio!" Yup, Teriak Rere kencang.
Vio membalikan badannya dengan ekspresi datar. feelingnya oke, tidak merasa gugup walau dipanggil oleh Rere dengan nada keras.
"Lo mau kabur?" Tanya Rere yang nada bicaranya agak direndahkan.
Vio yang tidak biasanya ikut-ikutan dalam masalahnya Rere menjadi bingung. Dengan ekspresi datarnya Vio menjawab dengan nada biasa.
"Kenapa emangnya?"
"What? OMG! Lo gua tanya malah nanya balik, udah gitu pake nada kayak ngehina gue?! Lo kenapa kabur? Lo juga punya urusan disini" -Rere.
"Urusan? Urusan lo sama dia, bukan kayak urusan gue sama lo" ucap Vio yang langsung meninggalkan sekumpulang orang-orang itu.
"Mmmpph!!! Iiiih!! Dasar anak kambing!" Kesal Rere sambil menginjak-injakan kakinya di lantai koridor berkali-kali.
Tanpa tahu akhirnya, suasana koridor lama-kelamaan menjadi sepi.
Dulu, Vio dan Rere adalah teman baik yaAang bertemu di tempat les mereka. Tanpa diketahui akibatnya, Rere menjadi suka marah-marah pada Vio. Kejadian itu membuat Vio sakit hati. Vio pun menjadi canggung kalau bertemu dengan Rere. Semakin lama dan lama mereka pun seakan tak pernah berbicara. Teriakan di koridor tadi adalah kedua kalinya setelah 2 tahun kecanggungan mereka. Tapi masih ada alasan lain.
* * *
Vio akhirnya duduk di kursi taman dengan nyaman, tak ada gangguan sambil mendenharkan musik lewat earphone dan membaca novel berjudul 'Next Time'. Ketenangan itu pun berubah menjafi kacau setelah Vio ditegur oleh seseorang.
"Hai" ucap orang itu.
Oh, lagi-lagi berandalan itu, Derek. (dan temannya).
Satu hari saja dimana Vio bisa merasakan kesunyian yang damai dan tentram. Vio pun menoleh.
"Ngapain lo deket-deket gue?" tanya Vio sambil melepaskan sentuhan tangan Derek dari pundaknya.
"Suka lo sama gue? Gue nggak peduli, kok. Lagian bakal gue tolak" asal Vio yang bener-bener ngaco.
"Enak aja! Najong gua mah ama cewek musik kayak lo!" Ucap Derek yang menyebut Vio sebagai cewek musik.
"Maaf, mas. Ada yang perlu saya bantu?" Tanya Vio yang agak formal-formal terpaksa.
"Oh, iya mbak, tentu saja. Tapi ini tempat duduk privat saya dan teman saya" jelas Derek yang juga diformal-formalkan.
"Oh, kalau begitu, silahkan" Vio yang masih formal sembari berdiri meninggalkan tempat duduk itu dan kembali ke kelas.
"Oi! Gua bercanda doang!" Teriak Derek yang meneriaki Vio yang sudah jauh.
Kalo bercanda gua nggak peduli, toh gua juga mau ke kelas. Gumam Vio sambil berjalan menuju koridor.
* * *
Sekian dulu chptr 1 nya...
Moga2 suka..
Jangan lupa vote aku yaa...
💕😎👌