Chapter 5

70 10 1
                                    

Rabu, 03.30 PM
Bunga-bunga bermekaran indah di taman, dengan cahaya matahari hangat serta gempa bumi. gempa bumi?!

Mimpi Vio.

Getaran dari hpnya memang mengganggu tidur nyenyak Vio.

Mereka tau line gue dari siapa?. Gumam Vio.

Vio tidak terlalu 'baper' dengan pesan dari mereka. Vio hanya me-read pesan dari mereka.

"Mama!!! Hiks.." Terdengar suara perempuan menangis dari arah luar kamar Vio. Itu suara Letta.

Vio yang keluar dari kamarnya tertawa.

"Haha.. nangis Lo lucu banget, tong" Vio meledek kakaknya itu yang sedang memeluk erat Bu Erna.

"Apa Lo?! Hiks.." Letta menangis dengan keras.

Cih, udah gede kok masih rengek minta susu. Batin Vio sambil memutarkan bola matanya itu.

"Kenapa, sih kak?" Tanya Bu Erna sambil mengusap punggung Letta.

Vio yang berdiri di pertengahan tangga itu hanya menonton sinetron drama ini.

"Raka, Ma.. R-Raka m-mutusin aku..Hiks..Hiks.." Letta mengucapkan kalimatnya sekuat mungkin dan melanjutkan tangisannya

Vio yang awalnya hanya menonton tiba-tiba mengeluarkan suaranya.

"Kan gue udah bilang, Raka-lo urusin dulu, jangan main marah-marahin adeknya ini"

"Diem lo, sayur asem!" Letta menahan tangisnya sejenak.

"Keluarin aja air matanya, kak. Jangan ditahan, nanti malah jadi sakit,lho" saran Bu Erna.

Karena terlalu bosan dengan drama super lebay yang ditontonnya, Vio pun memutuskan untuk ke kamar.

Vio pun melanjutkan tidurnya.

* * *

Senin
Beberapa hari lalu Letta mendapat kabar buruk, hal itu dialami Vio juga. Bukan hanya Vio, tapi seluruh sekolah juga mendapat kabar buruk dari Pak Fikri, Kepala Sekolah mereka saat upacara bendera.

"Sekolah mendapat kabar buruk, pihak sekolah mendapat kabar langsung dari narasumber, bahwa.. Bu-B-Bu Farah..T-terkena penyakit mematikan. Ialah kanker darah. Dimohon untuk doanya serta-"

What? Gue nggak salah denger kan?. Barisan putri berbisik.

Nih Pak Fikri mau nge-prank kita satu sekolah atau gimana nih?!. Batin Derek.

Vio dengan wajah datar hanya ber-oh.

"Vio, guru BK kita? Kok? Kenapa, Vi? Gini-gini gue khawatir lho, Vi. Kok Lo biasa aja sih? Jangan-jangan Lo malah...Seneng? Omaygat?!" Mekka hanya mengada-ada.

"Lo bilang apa sih?! Gue tau kok. Kalo gue nangis gue disangka baper lagi" Vio menjelaskan.

"Oow"

Upacara selesai.

-Viola POV
Di sepanjang koridor, murid-murid membicarakan tentang pidato yang disampaikan Pak Fikri tadi.

Kok bisa ya?. Bisalah

Siapa lagi dong guru BK kita? Masa Pak Bejo?! . Siapapun itu aku nggak peduli.

Mendadak banget Pak Fikri ngasih tau kita. Biasa aja tuh.

Aku yang berjalan di tengah keramaian koridor itu akhirnya masuk ke kelas sastra. Duduk. Siap. Dan beres. Aku tinggal nunggu Pak Bali Dateng. Dia guru sastra.

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang