Rabu, 01.30 PM.
Bel pulang berbunyi, semua murid dengan ekspresi senang segera keluar dari kelas. Kecuali lelaki berandalan ini, Derek. Dengan senyum yang sangat tipis dia mendengarkan ocehan guru BK. Yup, Bu Farah.Parah, takut, itulah hal yang dialami Derek sewaktu di ceramahi. Bu Farah hanya menceramahi dengan pelan. Tapi dengan wajah tertunduk dan mengangguk kecil itu membuat amarah Bu Farah terpancing.
"DEREK! KAMU DENGERIN SAYA NGOMONG NGGAK?! KAMU DIKASIH TAU MALAH BENGONG!" Teriak Bu Farah yang bergema disudut-sudut ruangan BK itu.
Bu Farah emng gitu orangnya, di ruangnya ngga suka ada banyak barang makanya suaranya bergema. Di kelaspun meja nggak boleh sumpek, untung Bu Lita, wali kelas Vio hanya menaruh tisu, vas, buku penting, dan peralatan menulis di meja. Jurnal ditaruh di laci yang ukurannya agak kecil dan diisi sedikit jadi nggak bakal rusak buku buku di situ. Murid-muridpun nggak boleh menaruh botol minum di meja. Yang ada di meja cuman boleh buku, sama pulpen, pensil, penghapus dan tape-x. Selebihnya bakal disita dan dikembalikan esok harinya.
Kejam.
"Maaf, bu" Derek hanya berkata pelan.
"KAMU, NIH. GURU LAGI NGOMONG MALAH DIJAWAB! APA GITU KAMU KE ORANG TUA KAMU, HAH?!" lagi-lagi suaranya bergema.
Serasa serba salah gua :(. Gumam Derek.
Ceramahnya pun dilanjutkan hingga selesai.
Derek yang keluar dengan wajah kecut membatin 'sialan tuh guru. Kalo dia nggak dijawab salah kalo dijawab salah. Guru emang kayak gitu. Maksudnya Bu Farah emang kayak gitu'. 'Kenapa Bu Farah harus sekolah di sini?!'. Batinnya udah gila dan gesrek kali ya? Masa guru dikatain begitu.
Dipertengahan jalan dengan koridor yang sudah sepi tiba-tiba dia hampir menabrak seseorang. Makanya jangan bengong Derek!.
"Sorry.. sorry.. gua nggak sengaja" Derek membantu anak perempuan itu berdiri.
"Heh! Kalo jalan hati-hati, dong! Udah tau cewek seimut Clara ini sensitif banget! Pergi lo jauh-jauh!" oh, ternyata itu Clara. Ketua kelas XI IPA 4, Kelas Vio.
Lumayan.. . Batin Derek sambil menengok ke belakang melihat Clara amat-amat.
Jangan bengong Derek! Nggak sopan!.
Saat pandangannya menuju ke arah depan dia.. menabrak lagi..
Tuh, kan...
"SIAPA LAGi... sih?" Derek menaikan nada yang diakhir kalimat nadanya diturunkan. Sosok cewek kuncir tinggi di atas berwarna hitam yang semakin ke bawah berwarna coklat ombre dengan earphone yang digunakan dan membawa buku novel serta tas ransel yang di angkat satu bahu itu menatap Derek dengan ekspresi datar.
"Sorry.. " satu kata yang diucapkan cewek itu membuat jantung Derek seperti akan meledak. Lebay sih tapi kata itu dikeluarkan dengan nada lembut seperti kapas.
Siapa lagi kalau bukan..... Vio?!
"Lo-" Derek mengucapkan itu tidak sadar karena otaknya lagi nggak konek.
Vio membalikan badan dengan ekspresi.. datar? Ya. Tapi bagi Derek tatapan itu adalah tatapan senyum yang indah.
"Gue buru-buru" singkat sih perkataan Vio itu. Tapi gara-gara ucapannya itu membuat 'pov'nya Derek menjadi panjang.
Ini..banget sekali sangat parah anjir. Gumam Derek yang melongo.
Saat menghadap ke depan. Dia.. menabrak lagi.
Apa lagi yang engkau berikan kepadaku setelah kau berikan aku gadis itu, tuhan?!. Batin Derek.
Aneh.