3

43 12 9
                                    

Mata Anjani perlahan terbuka ketika dia merasakan sinar yang menusuk dari balik kelopak matanya. Pandangannya mengabur, samar dia melihat ada yang sedang memandanginya, "Mas..." lirihnya sebelum memejamkan mata kembali.

.

.

**

"Mas..." lirih Anjani sebelum matanya kembali tertutup.

Reno tahu ibunya bukan memanggil dirinya, melainkan memanggil lelaki yang telah meninggalkan mereka sejak dua puluh tahun yang lalu. Dia tidak mengerti sejak ibunya pulang dari makam ayahnya, keadaan ibunya memburuk. Padahal sebelumnya hal seperti ini tidak pernah terjadi.

Tadi malam ketika Reno ingin mengambil segelas air putih karena merasa haus dirinya dikejutkan karena melihat Anjani yang tergelatak diantara pintu dapur. Reno tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Anjani, dia berharap Anjani akan baik-baik saja.

"Bunda...." panggil Ayu. Gadis itu enggan meninggalkan Anjani barang sedetik pun. Dia bahkan menangis mengetahui ibunya pingsan.

"Kamu bukannya ada janji sama Tiara?" tanya Reno, karena setelah makan malam kemaren Ayu meminta izin untuk pulang terlambat hari ini karena ada janji dengan Tiara. Namun, sepertinya gadis itu lupa dengan rencananya.

"Enggak mas. Aku nggak mau kemana-mana," sahut Ayu sembari mengelus tangan Anjani.

"Apa kamu sudah kasih tau Tiara kalau tidak jadi keluar dengannya hari ini?"

"Iya sudah, mas."

.

.

**

"Bunda!" Pekik Ayu, "Bunda sudah sadar!" lanjutnya dengan luapan kegembiraan karena melihat mata Anjani yang berkedip-kedip menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke matanya.

Reno bersyukur, akhirnya ibunya tersadar. Dia ingin memberikan obat yang sudah diberikan oleh dokter setelah memeriksa kondisi Anjani, tapi sebelum itu dirinya akan mengambilkan bubur dari dapur yang sudah disiapkan Ayu tadi pagi. Ketika dirinya melangkah menuju dapur, terdengar suara bel sebanyak tiga kali. Maka Reno mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur dan memilih untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya terlebih dahulu.

Seorang gadis dengan senyum yang terukir di wajahnya menyambut Reno dari balik daun pintu. Reno mempersilahkan gadis tersebut masuk sebelum kembali penutup pintu.

"Gimana keadaan tante?" ucap Tiara seraya menatap wajah Reno dari samping.

"Sudah membaik," sahut Reno tanpa menoleh kepada gadis yang berdiri di sampingnya.

Tiara tersenyum, dia memaklumi sikap Reno. Sejak awal bertemu, Reno memang seperti ini padanya. "Aku bawa buah nih. Boleh aku kasih ke tante kan?" Tiara bertanya sambil mengangkat sekantong plastik besar di tangannya.

Reno mengangguk sebagai jawaban. Lagi-lagi Tiara hanya tersenyum melihat hal tersebut. "Ikut aku ke dapur," ajak Reno. Tiara mengangguk walaupun Reno tidak melihatnya.

.

.

**

"Mas kenapa masih di rumah? Bukannya hari ini ada persidangan yang harus dihadiri?" Tanya Anjani setelah diberikan obat oleh putera sulungnya.

"Sidangnya nanti siang Nda, mas masih bisa nemenin Bunda." Anjani menggeleng, tanda dia tidak menyetujui hal tersebut. Dilihatnya Tiara yang kembali masuk ke kamarnya sambil menggeser layar handphone lalu berdiri di samping Reno yang sedang duduk di kasur bersama dirinya.

"Tante..."

"Iya nak Tiara." Anjani tersenyum, dia sangat menyukai Tiara sejak pertama kali bertemu.

"Tiara pamit pulang ya tante," Tiara tersenyum sembari meraih tangan Anjani untuk menciumnya.

Anjani mengelus puncak kepala gadis itu. "Iya, hati-hati ya nak."

"Iya, tante."

"Nak Tiara pulang sama siapa? Bareng mas Reno aja ya, kebetulan dia mau berangkat ngantor juga."

"Kalo mas ngantor sekarang, yang jagain Bunda siapa?" sahut Reno.

"Kan ada Ayu."

Reno menatap Tiara yang merasa canggung berada dalam situasi seperti ini. sebenarnya Tiara tahu kalau Reno enggan mengantarnya, tapi menolak tawaran Anjani merupakan hal yang cukup sulit baginya. "Em...Tiara bisa pulang sendiri kok."

Anjani menatap anaknya dengan wajah memelas, berharap Reno menyetujui keinginannya untuk mengantar Tiara pulang.

Reno menghela nafas. "Oke baik, Nda." Reno tidak tahan melihat ibunya bertingkah seperti itu. "Tunggu sebentar, mas mau siap-siap. Enggak papa kan, Ra?" Tiara hanya mengangguk menanggapinya.

.

.

**

Reno baru saja berangkat beberapa menit yang lalu. Sedangkan Ayu masih sibuk membersihkan rumah dan bersiap-siap untuk menyiapkan makan siang.

Anjani merasa bosan karena terus berbaring di tempat tidur. Dirinya beranjak, menuju jendela yang beberapa langkah berada di samping kiri tempat tidur. Dia menatap dalam kejauhan, melihat aktivitas yang terjadi di luar sana. Ketika Anjani menatap ke pohon yang berada di sebarang jalan sana, matanya terbelalak kaget ketika menangkap sesuatu.

Di sana berdiri seseorang berperawakan besar namun sedikit bungkuk. Orang tersebut juga sedang mengamati rumah Anjani, degup jantung Anjani berdetak lebih cepat. Dia meremas kedua tangannya dengan gelisah ketika dia merasa bahwa mata orang tersebut kini terfokus padanya.

.

.

***
Hai..hai...
Masih ada yang nunggu cerita ini?
Kalo masih ada, maaf ya lamaaa bangeeet 😔 karena kemaren2 aku kena Writer's block..huhuhu 😢 sedih banget.
Itu parah banget...nget...
Btw, mudah2an kalian suka ya bagian ini.

15/02/2017

Time to HealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang