Happy reading!
***
Mata itu semakin mengabur. Tubuhnya terkapar bermandikan darah. Suara sirene ambulans menggema di sepanjang jalan yang sudah di bentangi garis polisi. Satu nyawa telah direnggut tanpa belas kasihan. Tabrak lari dan sang perantara malaikat maut tak dapat diketahui identitasnya.
.
.
**
Anjani seperti mayat hidup yang berkeliaran di koridor rumah sakit. Sementara Ayu yang masih berumur satu setengah tahun terus meraung dalam gendongannya. Anak itu tidak henti-hentinya menangis bahkan sebelum kabar duka itu terdengar oleh Anjani. Reno yang baru menginjak umur lima tahun tepat pada hari ini hanya bisa mengikuti setiap gerak-gerik ibunya.
"Keluarga bapak Arman," seorang suster menengadah setelah membaca KTP yang ada ditangannya.
"S-saya...saya isterinya," sahut Anjani dengan gemetar.
Suster itu tersenyum simpul namun matanya berbicara hal yang berbeda, itulah yang setidaknya dapat Anjani tangkap. "Silahkan masuk bu," ajak suster tersebut.
Anjani mengekori langkah suster tersebut dan berhenti di salah satu bangkar yang masih tertutupi oleh tirai putih yang mengelilinginya. Seorang lelaki paruh baya menyibak tirai tersebut dengan gerakan lembut. Lelaki tersebut memperhatikan seorang wanita dengan mata sembab dan anak yang berada di dalam gendongan serta seorang bocah laki-laki yang berdiri persis di samping wanita tersebut.
"Apa kalian keluarga Bapak Arman?" tanya lelaki tersebut.
"I...iya," sahut Anjani gemetar.
"Saya beserta tim sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhanlah yang mengatur segalanya."
Ada jeda, lelaki yang berprofesi sebagai dokter tersebut menarik nafasnya sebelum melanjutkan apa yang seharusnya disampaikannya pada Anjani. Sedangkan Anjani menggeleng pelan, bahkan dia menolak mendengar apa yang akan diucapkan dokter sebelum mendengarnya.
"Maaf Bapak Arman tidak bisa kami selamatkan. Jam 22.30 waktu kematiannya. Semoga Almarhum tenang di sisinya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan." Selesai dokter mengatakannya pecahlah tangis Anjani. Dia memeluk kedua anaknya sambil berlutut. Bahkan dia sudah melupakan keberadaan dokter dan suster yang berada tepat di depannya.
.
.
**
Sebelum seseorang menyatu dengan perut bumi maka keluarganya diperbolehkan melihat orang terkasihnya untuk terakhir kali. Di sinilah Anjani sekarang berada, di rumah mertuanya. Di atas bangkar pemandian mayat tergeletak raga suaminya yang terbujur kaku. Wajah yang dulu terlihat bersemangat kini putih pucat dengan lilitan kain putih yang menutupi luka besar di kepalanya. Badan yang selama ini mengenakan pakaian dinasnya sekarang berganti mengenakan kain putih yang memeluk seluruh tubuhnya."Mas...." lirih Anjani memanggil suaminya. Namun yang dipanggil tak menyahutnya lagi. Tak ada lagi pelukan hangat setiap kali mereka bertemu. Tangan Anjani gemetar saat kulitnya bersentuhan langsung dengan wajah suaminya yang sedingin es. Dirabanya setiap inci wajah suaminya untuk terakhir kali. Dikecupnya setiap bagian wajah Arman yang bisa dia sentuh dengan bibirnya.
Saat Anjani kembali menekuri setiap inci tubuh suaminya, tak sengaja dia melihat anak pertamanya berdiri di dekatnya. Anjani memperhatikan Reno yang berdiri kaku menatap Ayahnya yang kini berbaring. Anjani tidak bisa melihat emosi apa yang tergambar dari mata anaknya. Kenapa anaknya tak menangis? Kenapa hanya berdiri mematung? Pikirnya.
"Mas..." panggil Anjani sembari mendaratkan tangannya dipundak Reno. Reno yang merasakan ada yang menyentuhnya segera menengok ke arah sang empunya tangan. "cium Ayah yuk," kata Anjani berusaha menampilkan senyuman di tengah lautan duka yang menyayat hatinya. Reno menggangguk, lalu dibantu Anjani dengan menggendongnya. Dicondongkan tubuh Reno agar dapat menggapai Ayahnya. Setelah mengecup kedua belah pipi Ayahnya, anak tersebut kembali memperhatikan Ayahnya dalam kebisuan. Ada kekhawatiran yang jelas dirasakan Anjani saat melihat anaknya bertingkah aneh seperti itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/96887395-288-k236206.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Time to Heal
أدب نسائيAnjani dirundung rasa duka yang begitu dalam juga kebimbangan ketika seseorang dari masa lalu kembali hadir dalam hidupnya.