Reno kecil sedang berlarian di halaman rumah diiringi suara gelak tawa yang tak lepas darinya. Hari ini ketika Arman pulang dari kerja, dirinya langsung disuguhkan dengan pemandangan Reno yang sedang bermain ditemani Anjani. Sekarang Anjani sedang mengandung anak kedua mereka. Usia kandunganannya sudah memasuki bulan kelima. Arman tersenyum ketika matanya menatap perut Anjani yang mulai terlihat membuncit.
"Ayah!" pekik Reno ketika dirinya melihat Arman sedang membuka pagar rumah yang tingginya sebatas dada orang dewasa. Arman tersenyum lalu merentangkan tangannya untuk menyambut Reno.
Reno berlari menghampiri Arman dengan kedua tangan yang juga direntangkannya. Entah karena terlalu bersemangat, tiba-tiba Reno tersungkur. Dengan sigap, Arman langsung menghampiri Reno yang kini mulai terisak.
"Anak Ayah kenapa nangis?" Arman berjongkok dan menundukkan Reno di atas pahanya. Dia menyapu pipi gembil Reno yang sudah basah oleh air mata. Reno hanya menundukkan kepalanya sambil terisak, tidak menanggapi pertanyaan dari Arman.
"Sakit?" tanya Arman seraya membersihkan kedua telapak tangan Reno yang penuh dengan pasir. Reno kecil mengangguk sambil mengalungkan tangannya keleher Arman. Arman terkekeh ketika melihat tingkah manja dari anak sulungnya.
Arman membawa Reno ke dalam gendongannya. Mengelus punggung Reno berulang kali agar anak tersebut tenang.
"Udah nangisnya...katanya anak Ayah kuat." Reno menatap wajah Ayahnya sebelum kembali meletakkan kepalanya diceruk leher Arman. "Reno kan kuat kayak Ayah," ucap Arman ketika dirinya menghapus air mata Reno yang tersisa, "Anak cowok itu nggak mudah nangis sayang, kayak Ayah...Reno pengen kayak Ayah?" Reno mengangguk seraya mengeratkan tangannya yang melingkari leher Arman.
"Reno anak kesayangan Ayah," gumam Arman yang terus mengelus punggung anaknya. Arman menciumi pipi Reno dengan gemas membuat Reno yang berada dalam gendongannya tertawa geli.
.
.
**
Gadis kecil itu menangis dalam gendongan ayahnya ketika keinginannya untuk membeli mainan tidak dikabulkan. Sang ayah mengusap punggung anaknya, berusaha menenangkan. Gadis kecil tersebut terlihat mengangguk dan tersenyum kembali sesaat setelah ayahnya membisikkan sesuatu padanya.
Ayu tersenyum melihat kejadian tersebut. Apakah seperti itu rasanya memiliki Ayah? Bisiknya dalam hati.
"Astagfirullah!" seru Anjani yang mengagetkan Ayu.
"Kenapa Nda?" tanya Ayu panik.
Mereka berdua sedang berada di salah satu Mall untuk belanja bulanan. Sekarang mereka sedang berada di lorong makanan ringan.
"Bunda baru inget minggu depan itu haul* Ayah, Yu, "ucap Anjani seraya memasukkan beberapa bungkus makanan ringan ke dalam trolley yang mereka bawa, "mungkin karena Bunda sakit kemaren atau faktor umur ya?" lanjutnya.
Ayu terkekeh. Memang benar, biasanya Anjani tidak pernah lupa dengan haulan almarhum Ayah. Mungkin memang benar, karena Anjani beberapa hari yang lalu sempat jatuh sakit. Tiba-tiba Ayu tercenung, dia mengingat sesuatu, "Nda..." panggil Ayu lirih.
Anjani menoleh, Ayu terlihat gelisah sebelum berkata, "Minggu depan juga ulang tahun mas Reno," ucapnya.
Anjani tersenyum sambil mengelus punggung tangan Ayu, "iya, Bunda inget."
.
.
.
***
16/03/2017
*Haul = Suatu peringatan yang diadakan setahun sekali bertepatan dengan wafatnya seseorang
.
.
.
Hai 😀 ada yang nunggu cerita ini?
Maaf yaa lama 🙈
![](https://img.wattpad.com/cover/96887395-288-k236206.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Time to Heal
أدب نسائيAnjani dirundung rasa duka yang begitu dalam juga kebimbangan ketika seseorang dari masa lalu kembali hadir dalam hidupnya.