Chapter 11
Ayahnya sadar.
Mia meletakkan cangkir tehnya begitu saja, saat beberapa detik yang lalu Aldo menghubunginya dan mengatakan bahwa Ayahnya telah sadar.
Mengulang-ngulang kalimat hamdalah di bibirnya, tanpa terasa air mata membasahi wajahnya. Merasa bahwa penantian ia dan Ibunya selama dua hari belakangan untuk kesadaran sang Ayah tidak lagi menjadi sia-sia.
Menghapus jejak air mata di pipinya, dengan segera Mia menarik salah satu jilbab di gantungan pakaiannya dan mengenakannya dalam sekali gerakan.
Seulas senyuman terukir di sudut bibirnya, dan kembali batinnya mengucap syukur.
★ The Secret Memories ★
"Ayah!" Mia melangkah tergesa ke sisi Ayahnya, memberikan satu kecupan di punggung tangan lelaki paruh baya itu dan kemudian beralih ke wajahnya.
"Alhamdulillah." katanya dengan mata berbinar-binar.
Ibunya sendiri duduk di sisi lain ranjang sang Ayah sembari menggenggam tangan Suaminya hangat. Wajahnya basah oleh air mata, tapi kebahagiaan di raut wajahnya yang mulai menua tak mampu tertutupi.
"Ayah baik- baik saja." kata Ayahnya menenangkan. Sembari memberikan senyuman tulus untuk putrinya.
"Jangan buat Mia takut, Yah." kata Mia dengan air mata yang kembali bergulir turun membasahi wajahnya.
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah tidak bermaksud." Tangan lemah Ayahnya bergerak mendekati wajah Mia, memberikan belaian sayang di sana sembari menghapus air mata putrinya.
Mia menggeleng lemah, dengan air mata yang tidak mampu dibendungnya, "Mia yang salah, Yah. Mia minta maaf. Mia hanya bisa merepotkan Ayah saja, bahkan sampai Ayah sakit seperti ini. Mia… minta maaf."
Lelaki paruh baya itu mengulum senyumnya, "Sudah kewajiban Ayah menjaga putri Ayah satu-satunya. Nyawa sekalipun, Ayah rela mengorbankannya asal kamu bahagia."
Mia sesegukkan dibuatnya. Dan ketika Mia tak lagi mampu menahan dirinya, ia memeluk tubuh Ayahnya yang masih terbaring di ranjang sembari membenamkan wajahnya di dada lelaki paruh baya itu. Berusaha meredam tangis yang nyatanya tak kunjung membuahkan hasil.
Ibunya tersenyum lembut menyaksikan kedekatan kedua orang yang dikasihinya itu. Tangannya sendiri terulur membelai kepala Mia, sekedar memberikan kenyamanan untuk gadis muda itu.
Aldo masuk tak lama berselang. Senyum tulus terukir di bibirnya, "Senang akhirnya lihat Om bisa sadar kembali." katanya dan kemudian melirik Mia sejenak
Menyadari wajah Mia yang belakangan tirus dan tampak pucat, kini mulai terlihat bersinar.
"Alhamdulillah." sahut Ayah Mia.
Setelah sebelumnya mereka berbasa-basi, Aldo berdehem pelan dan bergantian menatap pada Ayah dan Ibu Mia.
"Saya mau minta maaf, Om." katanya dengan pandangan yang mulai menunduk.
"Saya sadar, keputusan saya untuk mengakhiri hubungan saya dan Mia sangat mendadak dan itu juga berdampak pada kesehatan Om belakangan."
Aldo dapat mendengar helaan napas berat dari Ayah Mia sebelum kemudian ia kembali melanjutkan, "Bahkan untuk Mama dan Papa saya, keputusan ini cukup mengejutkan. Jadi, sekali lagi saya minta maaf atas semua hal yang terjadi belakangan ini."
"Dan kamu, tetap pada keputusanmu?"
Lelaki muda itu melirik ke arah Mia sejenak, mencoba melihat ekspresi apapun yang ditunjukkan Mia. Tapi Mia hanya diam mematung, dengan bibir terkunci rapat. Pandangannya pun segera dialihkan ke luar jendela kamar rawat tersebut. Membuat Aldo tak tau apapun yang coba dibacanya dari mata hitam teduh milik Mia yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Memories
Teen FictionCopyright © 2013 by NisaAdjah Dilarang mengcopy, menjual, atau mengubah sebagian isi dari cerita ini tanpa ijin Penulis. Mia adalah gadis berhijab yang telah menutup masa lalunya rapat-rapat. Lalu ada Aldo, lelaki yang pernah menjadi kekasih sekalig...