Chapter 3

2.2K 90 6
                                    

Chapter 3 (11 Desember 2013)

            “Assalamu’alaikum,”

            Mia, gadis itu merasa cukup terkejut saat mendapati wajah lelaki yang dikenalnya, kini berada tepat di depan pintu rumahnya.

Setelah dua minggu lamanya tak pernah terdengar kabar dari sosok di hadapannya. Tepatnya setelah lelaki itu melamarnya di sebuah café, di saat makan siang.

            “Wa’alaikumussalam warohmatullah,” sahut Mia dengan dahi berkerut.

            “Om dan Tante ada?”

Pun dengan pertanyaan yang ddilontarkannya, mampu membuat Mia mematung dalam beberapa detik lamanya. Sebelum kemudian ia mengangguk singkat, “Aku panggilkan dulu.”

            “Siapa?” Ibunya bertanya sembari menoleh sejenak, lalu kemudian kembali pada kesibukannya mencuci peralatan kotor sisa makan malam keluarganya.

            “Aldo, Bu. Ingin bertemu Ibu dan Ayah.” kata Mia, dan kemudian turut serta mengeringkan piring-piring yang telah dicuci Ibunya.

            Tangan Ibunya berhenti seketika, menatap lebih lama pada Mia sembari mengerutkan dahinya, “Aldo yang mana, Mia?”

            “Yang sekarang sudah jadi Dokter itu, Bu.”

            “Lho?” sejenak Ibunya tampak berpikir, lalu dalam hitungan ke-lima belas, Ibunya membelalakkan matanya dengan terkejut, “Anak bungsu keluarga Saputra itu?”

            “Iya, Bu.” Mia menyahut dengan santai. Seolah tak mau ambil pusing siapa Aldo sebenarnya.

            “Kok nggak bilang dari tadi? Sebentar, Ibu panggilkan Ayahmu dulu.” Mia mengangguk dalam diam dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Sebelum kemudian sebuah tepukan di bahunya membuatnya menoleh, “Suruh masuk dulu, Mia. Buatkan minuman juga.”  Mia tersenyum tipis dan kembali mengangguk patuh.

           

            Mia kini sudah kembali ke dapurnya. Membuatkan tiga gelas minuman untuk kedua orang tuanya yang tengah berbincang di ruang tamu dengan Aldo.

Benaknya sendiri bertanya-tanya, untuk apa lelaki itu mengunjungi rumahnya di malam hari begini, setelah dua minggu tanpa kabar?

            Aih, Mia meringis kecil. Memangnya kenapa dengan dua minggu tanpa kabar setelah insiden di café itu? Mengharapkan lelaki itu benar-benar serius dan keesokkan harinya kembali melamarmu?

Jangan konyol, Mia.

Suara hatinya mencemooh sinis.

            Mungkin lelaki itu memang sedang ada keperluan dan berniat berkunjung. Atau mungkin tak sengaja lewat dan kemudian memutuskan untuk mampir.  Terlalu banyak kemungkinan juga, kan? Mengingat di luar sana juga tengah hujan deras.

The Secret MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang