(00) PROLOG

93 14 1
                                    

"Makasih ya Bil, ntar gue telfon lagi, dah." Ucap Natha ditelephone.

Saat di jalan yang cukup ramai, sahabatnya menelphone lagi, hingga Natha buru- buru mengangkatnya.

"Halo ada apa Bi-... AAAAA ....ARGKK AWW..."

BRUUK!!


Seketika itu pandangan mata Rendi kabur menjadi sangat gelap.

Seorang laki - laki menyelamatkan Natha dari kecelakaan parah yang mengakibatkan darah bercucuran dimana-mana.

Lelaki bertubuh tinggi dengan badan berisi yang dibalut jaket hitam itu terpelanting tepat di depan mata Natha.

Warga mulai berdatangan dan membantu Rendi untuk menepi ke pinggir jalan agar tidak membuat kemacetan. Rendi masih sadar, namun ia tak bisa melihat dan mendengar, ia merasa seperti diantara hidup dan mati.

Natha sangat panik hingga segera membuka tas biru di bahu kirinya untuk mengambil ponsel menghubungi ambulance dengan air mata yang menetes dan tangan yang bergetar.

Warga yang mengerumuninya pun bingung karena tidak ada yang dapat memberikan pertolongan pertama.

Beberap menit kemudian ambulance datang dan langsung membawanya ke RS dengan Natha.

Rendi langsung dibawa ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Perempuan berambut lurus kecoklatan dengan celana jeans hitam dan kemeja coklat menunggu pria yang telah menyelamatkannya di bangku panjang depan ruang UGD sambil sesekali melirik jam tangannya.

Natha kwahatir dengan orang bodoh yang mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan orang lain.

Beberapa saat kemudian seorang dokter membuka pintu dengan wajah lelahnya.

"Maaf apakah anda wali dari pasien kecelakaan tadi?", tanya dokter tersebut dengan sopan sambil mendekati Natha yang tengah termangu.

"A-ada apa Dok?", jawab Natha gugup karena baru tersadar dari lamunannya.

"Maaf apakah anda wali dari pasien kecelakaan tadi?"

Natha berdiri dari tempat duduknya dan menjawab pertanyaan dari dokter.

"I-iya dok."

"Baiklah. Begini, pasien mengalami luka yang cukup serius di bagian rusuknya sehingga keadaanya cukup parah, anda dapat menemuinya setelah pasien sadar."

"Oh iya. Terima kasih Dok."

"Sama sama. Saya permisi dulu."

"Iya dok."

Setelah mendengar penjelasan dokter tersebut, Natha segera membayar tagihan rumah sakitnya.

Natha berjalan seorang diri di lorong- lorong rumah sakit yang boleh dibilang cukup sepi, karena hannya beberapa orang saja yang dirawat di bagian ini.Ruang VIP di rumah sakit ini memang boleh di katakan cukup mahal, tetapi kualitasnya sebanding dengan harga yang dibayar.

Natha sampai di tempat administasi.

"Permisi Sus, saya akan membayar tagihan rumah sakit atas namaaa....."

The Power of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang