(05) SISI LAIN

32 9 1
                                    

Di pagi yang cerah dan berawan Rendi memacu kendaraannya ke kediaman orang yang membutuhkan donor ginjal dan berniat membatalkan kesepakatan transpalasi ginjal.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalah. Eh ade, bukannya pendonorannya dilakukan nanti malam di rumah sakit, kenapa adek datang ke sini?"

Rendi masuk ke ruang tamu dan duduk setelah dipersilahkan oleh pemilik rumah.

"Begini,maaf pak saya ingin membatalkan pendonoran ginjal nanti malam." Ucap Rendi ragu dan penuh penyesalan.

"Loh, ga bisa dong dek, perjanjian ini telah kita rencanakan 3 hari yang lalu, bahkan saya sudah mendaftarkan nama anda dalam pendonoran ginjal yang akan dilakukan nanti malam."

Bapak tersebut terlihat semakin emosi dan kecewa.

"Maaf Pak, tapi saya benar benar tidak bisa dan saya ingin mengembalikan dokumen yang belum saya tanda tangani ini."

Rendi meletakan kertas kertas dokumen yang dibalut kertas map berwarna merah itu di atas meja ruang tamu.

"Pokoknya saya tidak mau dibatalkan !! Lagi pula uang DP nya kan sudah saya transfer."

Rendi mengeluarkan segepok uang sejumlah dua puluh juta dari tas nya dan meletakannya di atas meja.

"Ini pak uang yang kemarin bapak transfer."

Bapak tersebut memijit kepalanya sendiri karena stres.

"Maaf pak saya pamit pulang dulu"

"Yaudah lah dik" Jawab bapak tersebut dengan wajah yang bingung dan pasrah.

Rendi berdiri dari tempat duduknya dan bersalaman dengan bapak itu dan melangkah ke luar ruang tamu dan menuju mobilnya.

                                       ****

Rendi berada di rumah sakit dan berniat menjemput adiknya yang sudah seminggu berada di rumah sakit.

Rendi bergegas berjalan menuju kamar inap Lia.

Lia duduk sambil memainkan ponselnya di sofa berwarna coklat tua yang empuk yang ada di kamar inapnya.

"Li gimana udah beres?"

Lia menatap lawan bicarannya.

"Udah bang."

Lia menunduk dan matanya mulai memanas karena ia sedih.

"Bang maaf ya gara gara Lia uang Abang jadi mubazir." Ucap Lia menyesal

"Ish,ngomong apa si Li kamu, uang abang itu ga bakalan abis dan mubazir kalo buat berobat kamu."

Rendi mencoba menenangkan Lia agar ia tak terbebani.

"Yaudah yuh ah kita pulang."

Rendi mengacak rambut Lia dengan halus dan menggenggam tangannya lalu berjalan keluar dari rumah sakit.

Di tengah tengah perjalanan pulang Rendi merasa lapar karena sedari tadi pagi ia belum makan.

"Li, kita mau makan apa?"

"Apa aja deh bang."

"Pizza hut ya."

"Yaudah bang."

Rendi dan Lia makan di gerai pizza hut yang ada di mall yang paling dekat dengan rumahnya.

"Bang, dapet uang dari mana bayar rumah sakit?" Lia sambil memakan potongan pizza yang diambilnya.

The Power of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang