Enam

130 4 0
                                    

Adisa Chrissy POV

Akhir-akhir ini aku menjadi sangat bersemangat jika itu menyangkut tentang sekolah. Kalian tahu alasannya karena apa? Ya, tentu saja karena Arsen, laki-laki yang sudah bertakhta di hatiku sejak dia pertama kali masuk ke sekolah kami. Pagi ini seperti biasa, aku masuk ke ruang kelasku dengan penuh semangat.

"Selamat pagi" ucapku sambil menuju tempat dudukku.

"Pagi juga Dis" jawab teman-temanku serentak.

Ahh, ini dia yang aku tunggu-tunggu.

Arsen masuk ke kelas dengan senyum yang mengembang di sudut bibirnya. 'SHIT! Kok dia ganteng amat, ya?' gumamku dalam hati.

Penampilan Arsen memang berbeda dengan penampilan laki-laki lainnya. Bukan hanya penampilannya saja yang berbeda, tapi juga sifatnya, dia sangat baik kepada semua orang... dan tentu saja semakin membuat diriku takjub akan dirinya.

Mana ada coba laki-laki jaman sekarang yang seperti Arsen? Kalau pun ada pasti sudah jarang di temukan... karena, mungkin laki-laki seperti itu di jaman sekarang sudah hampir punah, bukan? Aku pun mulai tertawa geli dengan pemikiran-pemikiran anehku ini.

Kami menjadi labih dekat akhir-akhir ini. Tapi entah kenapa menjadi lebih dekat dengannya, malah semakin membuatku penasaran tentang hidupnya.

Beberapa kali muncul di kepalaku pertanyaan yang ingin ku lontarkan kepadanya, seperti 'di mana ayah dan di ibumu?' 'kenapa kamu tinggal bersama nenekmu bukan dengan orang tuamu?' tapi semua pertanyaan itu hanya bisa aku simpan rapat-rapat di dalam benakku.

"Arsen, kok elu kelihatan senang banget pagi ini, emangnya ada apa sih?"

"Ehmm, emang kelihatan banget ya?"

"Yailah, emang ada apa sih?"

"Ehh, jadi gini besok itu nenek aku ultah, terus adek aku yang ada di Meksiko mau kemari buat ngerayain ultahnya nenek, jujur ya gue itu udah kangen banget sama dia" jelas Arsen dengan mata berbinar-binar.

"Ohh... gitu... jadi lagi kangen sama adek nih?" Aku pun terkekeh pelan dengan ejekan yang ku lontarkan kepada Arsen.

"Hmm... gitu deh" Dia pun tersenyum dan wajahnya merona menahan malu.

Ahh... Daebak, Arsen kok kamu ganteng amat yah? Arrghh... aku pun mulai gemas melihat senyumannya itu. Kok bawaannya pengen cubit pipi Arsen ya? Aku pun tak sanggup menahan tawaku yang seketika mengundang perhatian teman-teman sekelasku.

"Oopss... Maaf" jadinya malu deh.

Arsen Trystan POV

Malam ini, aku kembali teringat akan adikku. Riana apa kabarmu? Kakak sudah sangat merindukan dirimu. Semoga kau baik-baik saja. Aku tertawa miris, melihat keadaan diriku sekarang ini. Memang nenek merawat diriku dengan sangat baik, tapi tetap saja aku masih merindukan sosok ibu yang dulu sangat menyayangiku dan adikku. Tapi, sayang dia telah merebut semuanya itu dari padaku, manusia yang tak mempunyai hati, dan akan melakukan apapun demi uang. Tak terkecuali. Dia adalah ayahku, David Alcander Trystan.

Drrtt... drrttt...

Sebuah pesan masuk ke ponselku dengan nomor yang tak ku kenal.

Kak, aku besok lusa akan ke Indonesia, nenek yang mengundangku untuk menghadiri pesta ulang tahunnya, dan pastinya karena aku sangat merindukanmu juga... See you :*

Raina

Aku terkejut membaca pesan itu. Tapi, saat ku coba meneleponnya, nomor itu sudah tak aktif. Semoga dia baik-baik saja, pikirku.

Aku sangat senang mengetahui bahwa adik tersayangku itu akan datang ke Indonesia. Dan mungkin saja, aku tak akan membiarkannya kembali lagi ke Meksiko, kembali dengan manusia jahat itu.

Sepertinya aku terlalu senang, sampai membuat Disa bisa mengetahui kalau ada hal baik yang terjadi padaku. Yyah, dan kalian tahulah Disa adalah kebahagian tersendiri bagi diriku. Hari-hariku di sekolah terasa lebih menyenangkan karena dirinya. Tapi, aku mungkin hanya sampai ke batas itu.

Setiap percakapan yang kami lakukan terasa sangat menyenangkan walau dengan topik-topik yang sederhana, tapi itu sudah cukup untuk diriku.

"Oopss... Maaf" ucap Disa dengan wajah malu, karena menjadi pusat perhatian teman-teman sekelasku dengan tawanya itu.

"Kenapa kamu tertawa?" aku bingung mendengar tawanya yang pecah, seperti...terjadi sesuatu yang lucu. Tapi, kami tadi hanya membahas tentang ulang tahun nenek dan adikku yang akan datang bukan? Apakah ada hal yang lucu dari perkataanku itu?

"Hmmp... nggak ada apa-apa" jawabnya dengan sebuah senyum yang masih mengembang dengan lebar menghiasi wajah manisnya itu.

"Oh iya, kamu datang ya besok ke pesta ulang tahun nenekku, bukan pesta yang besar sih, hanya akan di hadiri oleh keluarga dekatku saja"

"Tapi, aku kan bukan keluargamu... Sen"

"Iya aku tahu, tapi kamu adalah tamu spesialku. Okay?"

"o..oh.. okok deh" ucapnya dengan terbata-bata dan wajah yang sedikit merona.

Entah kenapa, jawabannya itu membuat hatiku senang, apakah mungkin bagi diriku untuk menceritakan yang sebenarnya kepada dirinya? Aku takut, kalau dia akan meninggalkanku setelah mengetahui semuanya. Aku tak ingin kehilangannya.

maaf ya kalau ada typo ;)

jgn lpa vommentnya ;)

Cinta yang akan Menghampiri KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang