David Alcander Trystan POV
Hari ini aku bebas dari segala "pekerjaanku". Kalian tahulah pasti, seperti apa pekerjaan pembunuh bayaran bukan? Dan itulah "pekerjaan" yang selalu kulakukan setiap harinya, tapi untung saja hari ini adalah hari bebas bagiku. Dan aku tak perlu untuk "mengotori" tanganku hari ini.
Walaupun aku seorang pembunuh bayaran, tetapi aku tetap mempunyai prinsip dalam hidupku. Aku tak akan segan-segan untuk melakukan "pekerjaan" itu, asalkan selama targetku itu bukan kedua anakku.
Drrt...drrt...
Terdengar ada notifikasi masuk ke ponselku.
Aku mengerutkan dahiku ketika melihat sebuah nomor dengan nama yang bertuliskan No Name masuk ke ponselku, aku tahu pasti siapa pemilik nomor ponsel itu, seseorang yang paling disegani di antara seluruh pembunuh bayaran yang ada, bukan karena kekuatan yang ia punya, tetapi karena seluruh kekuasaan yang ia punya. Aku bisa saja membunuhnya dalam sekejap mata, tapi tentu saja tak bisa kulakukan karena nasib anak-anakku ada di tangannya.
From : No Name
Kau harus membunuh si nenek tua itu! Karena dia menjadi salah satu ancaman bagi perusahaanku sekarang. Nanti Sekretarisku akan mengirimkan informasi lebih lanjut padamu. Kau tahu pasti bukan, apa yang akan terjadi kepada anak-anak tersayangmu jika kau melanggar perintahku itu kan? Jadi, kau harus melakukannya sebaik mungkin, karena aku tak ingin ada kesalahan sedikit pun. Dan kau harus melakukannya saat pesta perayaan ulang tahunnya besok lusa.
Ck!
Dasar pengecut.
Nenek yang malang.
Drrt...drrtt...
Saat ku lihat ke layar ponselku ternyata ada sebuah e-mail yang masuk dari sekretaris manusia bajingan itu. Seketika aku menegang saat membaca e-mail dari sekretaris itu. Sialan.
Aku memeriksa e-mail itu sekali lagi, ternyata memang benar kalau nama yang tertera di situ, Raina Chrissa. Dia adalah ibuku. Dasar bajingan gila. Aku melampiaskan amarahku dengan memorak-porandakan seluruh isi rumahku, aku sekarang tak peduli lagi dengan keadaan rumahku saat ini, kemudian aku memilih meninggalkan rumah untuk menenangkan pikiranku. Karena, jika aku sampai salah bertindak bisa saja nyawa kedua anakku akan berada dalam bahaya. Walaupun aku seorang pembunuh bayaran, tapi aku juga tetap seorang anak bagi ibuku, dan juga seorang ayah bagi anak-anakku meski mereka sudah tak menganggapku lagi sebagai ayah mereka.
Author POV
Mungkin ini hanya pesta ulang tahun biasa, tapi itu sudah cukup membuat Disa pusing. Karena ia tak tahu harus memakai baju apa. Disa pun mulai larut dalam pikirannya itu, entah mengapa saat ia mengingat kembali tentang perayaan pesta ulang tahun itu ia merasa gelisah... seperti... sesuatu hal yang buruk akan terjadi di pesta itu, tapi hal itu tak bisa membuat Disa mengurungkan niatnya untuk datang ke pesta perayaan tersebut. Karena, ia dan nenek Arsen juga sudah cukup dekat.
Disa sedang sibuk memikirkan tentang pakaian apa yang akan ia pakai dan segalanya, sedangkan Arsen sedang berpikir tentang momen yang pas untuk menyatakan perasaannya. Dan tentu saja, ia sedang mengumpulkan sisa-sisa keberanian yang ia punya untuk menyatakan perasaannya itu, saat malam perayaan ulang tahun neneknya itu.
maaf ya kalau ada typo ;)
jgn lpa vomment ya... ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang akan Menghampiri Kita
Romancehy readers, ini adalah cerita pertamaku semoga kalian senang dengan cerita ini :) dan cerita ini murni hasil ciptaan saya, jadi jika teman" menemukan cerita yang sama seperti cerita saya harap untuk memberitahu saya ;) :) sebelumnya saya ucapkan...