Seburat langit menggores kuningnya senja. menemani siang yang berubah perlahan menjadi biru kemalaman.Setiap goresan pena yang dia untai di kertas, sembari mengotak atik handphone dengan perasaan gundah tiada tara. Persis seperti gundah bercampur amarah tiada tara. Namun istighfar selalu terucap di sela bibirnya. Andaikan mengutamakan nafsu belaka, sudah lama selesai masalah yang tertumpuk dalam dada. Rindu ini kian hari semakin membuncah, membuat diri tak karuan dalam setiap langkah. Semakin mendekati sang Khaliq, semakin terjatuh dalam syahdunya rindu.
Kini, Rabb mengajarkan arti kesabaran. Jika saja tak ada untaian nasihat dari Aisyah, sudah lama ku sampaikan sekuntum rindu untuk akhi yang jauh di pelosok pulau. Tapi, kini biarlah. Allah sang pengatur skenario mengajari cara menjadi aktor dalam naskah luarbiasaNYa.
Aisyah, jika saja aku dapat menjadi sosok suci sepertimu. Mulia dalam akhlaq, menawan dalam tutur kata berbalut senyum manismu. Kapan aku bisa menjadi kan panutanku?? Aku menatap handphoneku. Berucap dalam hati dan mendalami setiap kata dan makna~Anata no koto omou to mune ga itaku naru no~
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Senja (Pending)
EspiritualKisah pahit manisnya hijrah sang bidadari dunia.Di warnai kembalinya bagian dari masa lalunya yang telah lama hilang. -Wanita itu dipandang dari masa lalunya, sedangkan laki-laki dipandang atas masa depan nya- Proses pencarian jati diri sang muslima...