Di sepanjang jalan, bergulat hatiku dengan segala pikiran yang tak karuan. Pikiran pikiran buruk terus masuk, sampai mesin pencerna bingung mana yang perlu di filter.
Sambil menyetir, kulihat orang berlalu lalang. Silih berganti, kulihat setiap raut wajah yang mereka miliki. Apakah hanya aku yang tidak menemukan jati diri?
Berhenti sejenak mobilku di perempatan jalan, menunggu lampu berubah hijau. Aku mengambil handphone yang sembari tadi berbunyi. Tanda adanya pesan. " Dari siapa"? Tanyaku dalam hati.
Saat ku raih handphone ku yang jauh di pelosok tasku, tak kusadari lampu berubah menjadi hijau. Spontan, bunyi klakson membanjiriku.
Tak sempat menggapai, aku tancap gas masih dalam perasaan yang tak karuan. Sampai di depan rumah, ku parkir mobil di garasi.
Meraih handphone dengan cekatan, membuka layar tertulis sebuah pesan via sms.
Aisyah:
Jika saja langit tak menangis, tak kutinggalkan kau seorang diri.
Merana dalam kegelapan menanti cahaya yang menjemput asa
Mentari akan selalu ada, meski harus melewati kegelapan yang gulita
Harapan masih akan tetap ada, meski Dia tak kunjung tiba.
Tiada kata terlambat untuk di pinang
Tiada kata terlambat untuk melangkah menuju caya.
Tinggalkan kegelapan sebelum kegelapan menelanmu bulat-bulat.aku meresapi tiap bait kata dari Ais, yang mengajakku pada hijrah. Itulah kesimpulanku dari kata kata miliknya yang Indah. Aku berjalan menuju rumah.
Jika saja rumah ini dapat menjadi tempat yang menyenangkan bagiku. Namun, suasana rumah yang hening itu membuatku semakin suram. Ku keluarkan kunci rumah bergantungan penguin ungu, hadiah dari Ais saat pertama kali berjumpa.
Saat masuk, kurasakan sunyi senyapnya rumah. Aku teringat kata kata ais, saat aku menangis beberapa hari yang lalu. Aku menangis karena tak dapat menghapus memory ku tentang fatih.
Aku menyesal mengenalnya dalam hidup. Kata ais dengan nada lembut nya "Jika Fatih tahu kamu menangis,mungkin ia akan merasa bersalah. Merasa bersalah karena telah membuat seorang wanita menangis. Tapi fatih tidak tahu akan kondisimu, maka berhentilah membuang waktumu ukhti! "
Aku hanya diam manggut manggut dalam setiap isakan. Teringat itu ,betapa manjanya aku.
Aku malu, jika fatih tahu akan sifatku.
Kurebahkan diri di sofa, sambil mengotal atik android pink ku.Ku ketikkan sebuah pesan via DM kepada fatih yang berada di negeri seribu menara, yang tak kunjung memberi kabar pada ku.
Assalamu'alaikum fatih.
Apa kabar? Kamu terkejut aku menyapa?
Terima Kasih telah bersedia menjadi teman yang baik di masa dahulu.
Terima Kasih juga telah mengajarkan aku arti benalu yang menempel pada tanaman yang Indah.
Jika di pertemukan, semoga selalu dalam lindungan Allah."Huuh! "Aku menghela napas. Ku tinggalkan handphone ku untuk berganti baju. Kulihat baju bajuku satu demi satu. Kumasukkan kedalam kotak kardus.
Aku sudah berazzam untuk hijrah. Dan bukan karena fatih, tapi karena Allah. Sesungguhnya telah Allah turunkan Al qur'an sebagai petunjuk dan pedoman. Dan lewat al qur'an lah aku ingin menjemput fajar.
Tringgg. Handphone ku berdering, ku hampiri dan terkejut akan balasan DM dari Fatih.
Wa'alaikumsalam zahra.
Saya alhamdullilah selalu dalam keadaan baik. Bagaimana anda? Semoga anda selalu dalam lindungan Allah.Akudiam seribu bahasa, tak tahu apa yang harus ku balas. Namun ku putuskan tidak membalas. Dan biarlah fatih lenyap dalam proses hijrahku.
Ku raih al qur'an. Kubaca agar aku tenang. Tenggelam dalam indahnya lantunan ayat suci...
Bogor, 10 Juni 2009
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Senja (Pending)
ДуховныеKisah pahit manisnya hijrah sang bidadari dunia.Di warnai kembalinya bagian dari masa lalunya yang telah lama hilang. -Wanita itu dipandang dari masa lalunya, sedangkan laki-laki dipandang atas masa depan nya- Proses pencarian jati diri sang muslima...