Lembut hembusan angin membelai tiap sudut jilbab hitam pekat, yang pemiliknya dari tadi mondar mandir di depan perpustakaan.
Sekarang musim tak menentu, kadang begini kadang begitu. Bolak balik di depan pintu, dengan senyuman kecut penghias penanda buruknya moodnya. Ditariknya kerudung hitam yang kini berantakan tak beraturan. Sepatu putihnya senatiasa bergerak dalam ritme tetap, ke kiri ke kanan.
Bangun dari tundukkannya menoleh kedepan seraya menyapa hangat sosok yang berdiri di depannya. Sedikit lebih tinggi darinya, dan tampil menawan dalam pakaian syar'i nya dan niqab sebagai tambahannya.
Diambang senyum, zahra mendekat . Mampir kepada sosok sahabat pembimbingnya. Zahra membuka mulut memulai bicara "Assalamu'alaikum ais, lama banget kamu ya? Aku bosan nunggu, jadi dari tadi aku gak duduk! "Masih dalam nada ketusnya. "Afwan jiddan, kehabisan bahan bakar. Harus mampir dulu buat ngisi! " kata kata itu aku yakin dibarengi senyumannya. Meskipun senyumannya tersimpan dibalik niqabnya itu.
Ku gandeng tangan aisyah,tanpa harus menjawab kata katanya. Ku tatap langit biru hari ini, menjadi saksi akan tiap proses ku menuju RidhaNya. Yup, kami akan pergi jalan jalan hari ini. Ini adalah 1 tahun setelah hari itu, hari dimana aku memutuskan segalanya dengan kepala matang.
Mencoba dewasa itu sulit, tak semudah melempar Batu. Saat aku berpakaian layak nya sahabatku, ku dapati berbagai komentar miring atas diriku. Mulai dari aku kena cuci otak, sampai aku dikataiin teroris.
Padahal, apa salahnya coba? Bukankah ini pakaian yang di perintah Allah dalan al qur'an? Salahkah ketika kami hanya mencoba taat? Ya begitulah, pahit manisnya hijrah bathinku. "Melamun lagi. Apa sih yang kamu pikir? " aku terhenti ketika Aisyah menganggam erat tanganku. "Apa ya? Yang pasti gak ngelamunin kamu mba! "Ucapku sambil melepas genggaman Aisyah
Aisyah hanya diam, mengekor dari belakang. Dari tadi kami cuman jalan kaki, dekat kampus ada cafe yang menjadi favorit kami saat liburan kuliah.Dan aku telah memasuki tahun kedua kuliah setelah libur panjang ini.
Aisyah? Dia sudah di tahun akhir, karena dia sedikit lebih tua dariku. Kau tahu? Aisyah kini memakai niqab, sekarang dia semakin menawan saja. Lelaki sholeh mana yang tak terpikat padanya.
Sekedar tahu aja ya, dia itu lulusan pondok pesantren tulen dari sd sampai sma. Aku tebak, hapalan qur'an nya pasti sudah 30 juz. Dibanding aku yang baru hapal sedikit saja dari al qur'an, maka aku jauh di bawahnya.
Perubahanku pun baru seumur jagung. Tapi tak palah. Memang begini lah caranya. Setidaknya kita harus berusaha dalam kebaikan. Selama ruh masih dikandung badan, kesempatan beramal itu pasti akan selalu ada.
Kami berhenti tepat di depan cafe. Menghentikan tiap kata dalam pikiranku. Saat kami membuka pintu aisyah berjalan lebih dahulu di depan, tanpa sengaja dia menubruk seseorang yang jauh lebih tinggi darinya. Memakai sweater hitam.
Tak jelas lihat wajahnya saat mereka berdua saling terkejut dan beradu pandang. Ku lihat aisyah lah lebih dahulu menundukkan pandangannya.
Saat laki laki itu mendongak. Kudapati sosok yang telah lama menghilang di telan bumi hidup hidup.
Yang membuat masa SMA ku panas dingin tiap harinya. Kini rasa itu pelan berhembus.
Dirasakan juga luka perih di dada saat dia berkata dalan suaranya
"Zahra? "

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Senja (Pending)
EspiritualKisah pahit manisnya hijrah sang bidadari dunia.Di warnai kembalinya bagian dari masa lalunya yang telah lama hilang. -Wanita itu dipandang dari masa lalunya, sedangkan laki-laki dipandang atas masa depan nya- Proses pencarian jati diri sang muslima...