Percaya (1)

206 8 4
                                    

Pada suatu malam aku bertanya padanya tentang percaya, "Aku tahu kita hanya orang asing yang baru saja bertemu tetapi aku ingin menanyakan satu hal, tentang percaya. Apa kau pernah mempercayai sese-" "Mempercayai seseorang?" Dia menyela ucapanku. Dia tersenyum dan tertawa hambar. Diam. Selama beberapa detik aku mendengar napasnya yang berat. "Ya, aku pernah mempercayai seseorang. Dia begitu mudah dipercaya. Kau tahu? Aku bahkan menggantungkan hidupku padanya." Wajahnya datar tanpa ekspresi. Aku bisa melihat luka di matanya. Aku diam menunggu kalimatnya yang lain. "Percaya, ya? Hmm... Aku sudah membuang jauh-jauh kata itu dari kehidupanku. Rasa itu memahat luka dan membekas di hati dan ragaku. Aku seperti mayat hidup. Fisikku baik tetapi hatiku sudah ku buang." Aku terdiam mencerna apa yang baru saja dia katakan. Kemudian dia tertawa terbahak. "Jangan takut. Aku bukan zombie yang mengincar otakmu untuk ku makan." Ucapnya mencairkan suasana. Aku tersenyun. "Akupun begitu. Aku pernah percaya. Namun dia menenggelamkan ku di samudera kehancuran." Kami diam. Tidak ada yang memberikan kekuatan karena kami tahu kami sama-sama pernah terluka.

18022017

Percakapan Antara Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang