Aku selalu merasa berada di tempat yang salah. Tanganku tidak selalu sekasar ini, bibirku tidak selalu setipis ini dan aku menatap wajah yang salah tiap bercermin di pagi hari.
Siapa aku?
Alice mengawali paginya selalu dengan urutan yang sama. Bangun lalu segera menyiapkan sarapan sederhana untuk dirinya sendiri, memberi makan Goroh (anjing keturunan spanielnya), lalu mandi dan terburu-buru menandaskan roti lapis selainya sebelum berangkat membelah macet menuju kantornya. Senin sampai Sabtu, Januari hingga Desember dengan jatah satu minggu untuk cuti dalam setahun, dan Alice punya tabungan 3 minggu dari 4 tahun dia bekerja di perusahaan itu.
Alice nyaris tidak pernah menyadari betapa membosankan rutinitas hariannya,karena di kantor Faris, Raka dan Nia mengisi jam-jam kosong disela tiap proyek dan deadline dengan tawa.
Tapi pagi ini Alice merasa lain. Saat ia menghada cermin ia memandang matanya hampa. Begitu pula mata Faris, Raka dan Nia, seperti sepasang bola hitam yang ditempel tanpa makna. Alice meraba kulit lembut di bawah sentuhan jarinya, "Pipi siapa?"
Dan teringatlah semalam dia belum pulang, begitu pula malam sebelumnya dan sebelumnya lagi. Alice hilang ditelan gelap, gelap yang membawanya pergi dari dunia mimpi.