Genta malam bertabuh riang saat kau tertidur lelap. Tepat saat jarum berdetik di angka 12 kau genap berumur 24. Sudah 24 tahun di dunia ini, masih 24 tahun, terlalu singkat untuk diisi kemonotonan.
Tapi itu adalah hidupmu. Kamu mo-no-ton dari sumsum tulang hingga ke kulit ari. Monoton walaupun kau ingin membunuh 3 suku kata itu dengan keji. Kamu benci menjadi monoton tapi hidupmu tak juga pelangi. Kau menyalahkan kebiasaan. Tapi salahkah?
Pikir-pikir, kau pikir-pikir selama ini kau punya sayap yang membentang hingga membuat sesak, kau butuh ruangan yang lebih luas dan saat berlari keluar kau sadar sayapmu hanya maya. Dan tahulah bahwa kemayaan hanya membuat jeri.
Sayap mu adalah kata-kata yang ternyata monoton, sayapmu hanyalah kanvas polos tak bernada. Kau menyalahkan kebiasaan lagi. Terus terang siapa yang patut disalahkan dari kebiasaan itu sendiri?
Kau menulis dengan emosi, bukan menggunakan hati atau otak seperti yang kau bayangkan dalam dunia utopismu. Menyampah di usiamu yang sudah menginjak 24 tahun. Terlambat jika memulai, terlalu dini untuk mengakhiri.
Sudah 24, dan masih 24.
Sepertinya kau harus mulai belajar menerima bahwa sayapmu tidak mampu membawa terbang ke langit yang pernah kau impikan.