Kadang aku cemburu pada peluh yang menetes di dahimu. Dariku dia mencuri kesempatan melarikan bayanganku dekat kulitmu. Darinya aku mendapat cerita hangat tubuhmu dan aroma yang melekat padanya.
Aku jatuh cinta pada bayangan yang ku buat sendiri. Aku sadari. Kamu mungkin tidak pernah ada dan hanya maya dalam anganku saja. Tapi aku tidak peduli.
Dadaku, degup jantung yang kencang menari ini. Di bawah perintah bius asmara. Aku lemah.
Merindukanmu dalam belenggu realita, kadang terasa menyakitkan. Karena dalam wujud fana ini jiwa-jiwa kita tak bisa saling menjalin.
Di sela-sela desir angin yang membelai bulu romaku. Di sela-sela semua itu aku ingin kamu tahu, aku mencintaimu dalam cahaya merah yang tak lagi menyala.