우리 ; 29

108 20 0
                                    


Menari.

Dulu Hayoung begitu membencinya, benar-benar membencinya. Dan saat ibunya mulai meyakinkan Hayoung untuk meneruskan hobinya itu, dia mulai tertarik. Rasa bencinya kian berkurang. Itu semua sudah seperti kejadian yang telah lama berlalu kini. Dan saat dia menyibukkan diri di ruang tari, menggerakkan semua otot-otot tubuhnya, detik itu jangan ada yang mengganggunya.

Tadinya Hayoung memang ingin melanjutkan tidur. Bahkan, dirinya sudah berniat penuh untuk kembali menjatuhkan diri ke ranjang dan membenamkan wajahnya dalam onggokan bantal-bantal. Tapi menari sudah menjadi rutinitas gadis keturunan Jepang-Korea itu, sehingga menari menjadi morning exercise untuknya.

You used to call me on my cell phone

Late night when you need my love

Call me on my cell phone

Late night when you need my love

I know when that hotline bling

That can only mean one thing

I know when that hotline bling

That can only mean one thing

"Ah, sedikit lagi," gumam Hayoung pelan pada dirinya sendiri. "Aku akan menuntaskan lagu ini."

Setengah jam kemudian, Hayoung mematikan lagu pada ponselnya. Dia benar-benar menyelesaikannya. Keringatnya membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Hayoung menyibakkan rambut cokelat kemerahannya yang sedikit bergelombang dari wajahnya sementara mata cokelatnya tertuju pada kaca di depannya.

"Kau memang hebat, Hayoung." Dia memuji dirinya lalu tersenyum. "Aku akan pergi ke perpustakaan setelah ini."

Seraya membawa pergi handuk basahnya, Hayoung masih menggumamkan sisa-sisa lagu dari Drake, Hotline Bling. Lalu, kakinya melangkah menuju kamar dan segera bersiap-siap.

****

Hayoung mengikuti jalanan yang menuju ke perpustakaan Nasional Korea di Banpo-daero, Seocho-gu, Seoul, dengan mengendarai Volkswagen Beetle Cabriolet birunya. Sebenarnya Hayoung bukanlah pecinta buku apalagi suka membaca seperti Jinyoung dan Minah. Dia hanya menyukai aroma khas dari buku-buku lama. Dia sama sekali tak menyebut dirinya membuang-buang waktu saat pergi ke perpustakaan, karena dia memang melakukan sesuatu selain membaui buku-buku lama itu, yaitu mencari ketenangan.

Kemudian...

Hayoung membuka pintu dan masuk ke dalam lounge perpustakaan. Rasanya, Hayoung tak menyadari betapa terkejutnya dia dengan perpustakaan Nasional Korea ini.

"Sudah berapa lama sejak aku mengunjungi perpustakaan nasional sebesar ini." Hayoung mengarahkan perhatiannya ke atas, tepat di bagian teratas. "Tapi perpustakaan Nasional Diet di Tokyo tidak kalah besar tentunya," lanjutnya sambil mengangguk.

****

Kurang dari lima menit setelah Hayoung menghampiri bagian buku-buku sastra, dirinya berjalan menuju kafetaria. Hayoung duduk di meja pojok dan memesan segelas teh manis hangat. Dia merasa lumayan lapar ketika aroma salah satu masakan di sana melewati hidung Hayoung. Hingga seorang pelayan pun datang mengantarkan pesanannya.

Hayoung menunduk, memainkan ponselnya. Beberapa detik kemudian dia mengangkat wajah dan pandangannya terpaku pada seorang pria yang duduk tidak jauh dari mejanya. Hayoung menarik napas dalam-dalam.

"Benarkah itu dia?" tanya Hayoung akhirnya.

Tanpa kata-kata, Hayoung beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke meja si pria.

All About Us [Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang