Ambisi

335 23 0
                                    

Adelia Deandra

Aku sering dipanggil dengan sebutan Adel, Lia atau malah Andra, itu ketika aku masuk sekolah menengah atas, mereka tiba-tiba memanggilku dengan sebutan itu, it's ok gak jadi masalah bagiku tapi karena hal itu, aku selalu berambisi menjadi orang yang paling beda dari semua orang, contohnya pake jaket tebel pas musim kemarau.

Akhirnya aku mendapat julukan 'Ratu Ambisius' semua hal yang ingin aku kejar harus terwujud, yah kalau dicari dalam situs pencarian paling hits sejagat raya di negara ini Ambisi itu,

Ambisi adalah am·bi·si n keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu.

Cocok banget dengan semua hal yang selalu ingin aku capai, dan jika kalian ingin tahu, sifat ini diturunkan oleh Ibuku, Marwa namanya.

Sebelum aku terbentuk di rahimnya, dia sosok wanita yang berpengaruh dalam segala hal sebagai ketua marketing perusahaan, pencapaian target penjualan yang terus melonjak, inovasi yang membuat semua orang terpekik puas dengan hasil kerjanya dan banyak hal lain.

Tapi karena itu, Ayahku, Irawan Hadiyaksa, berharap dia resign dari pekerjaannya. Awalnya ibuku menolak, namum dengan kesabaran Ayah, Ibu setuju dengan ambisi yang kuat bahwa ia bisa hamil dalam jangka waktu yang cepat, setelah itu dia bisa kembali bekerja.

Benar saja, setelah tiga bulan Ibu berada di rumah, ibu hamil.

Selama masa-masa awal kehamilan ibuku sangat rewel sekali, banyak hal yang ia inginkan dan itu selalu terjadi di malam hari, walau Ayah yang menjadi korban, tapi dia bersedia melakukannya.

Banyak beberapa rekan kerja Ayah yang menengok dan memprediksikan bahwa bayi yang di kandungnya berjenis kelamin laki-laki, begitupun menurut instingnya.

Karena dia berpikir bahwa anak pertama itu lebih baik adalah lelaki, bukan untuk mewariskan tahta perusahaan, karena keluargaku bukan pembisnis, tapi lebih untuk menjadikan sang anak sebagai panutan semua orang setidaknya di kalangan keluarga besar.

Sampai suatu kabar lain menghentikan ambisinya, karena saat perutnya diperiksa dengan Ultrasonografi, anak yang di kandungnya berjenis kelamin perempuan.

Itu mimpi buruk bagi ibu, sampai Ayahku saja sulit menenangkan kekecewaannya, berulang kali perutnya di USG saking tidak percaya, tapi tetap bayinya berjenis kelamin perempuan.

Saat aku lahir saja Ayah perlu berbagai cara agar ibuku mau menyusuiku, alhamdulillah ibuku luluh, dengan janji bahwa Ayah akan menyerahkan semua didikannya di bawah ambisi Ibuku.

Akhirnya dia tidak berniat bekerja kembali karena ia harus membesarkan gadis kecilnya dengan didikan yang sempurna.

Sampai saat ini, Ibu selalu menuntutku mengejar ambisinya, terkadang aku merasa lelah dengan semua itu tapi aku berusaha menjalankannya dengan baik.

Menginjak Sekolah Dasar, aku di tuntut menghapal dengan cepat yang di ajarkan dari tempat les, ya sejak usiaku 6 tahun aku sudah di libatkan dengan jadwal full, sibuk mengatur waktu, setelah selesai sekolah aku bergegas untuk mendapat pelajaran tambahan, entah di bidang akademik ataupun non akademik, karena ambisinya mengharapkan aku besar menjadi orang yang hebat.

Sampai usiaku sekarang dengan prestasi yang ku dapat, itu tak terlepas dari didikan dan ambisinya, walau aku akui andil terbesarnya adalah sifatku yang hampir serupa dengannya, ambisi Ibu berjalan beriringan denganku dan semua yang ku kerjakan tak lepas dari sebuah ambisi. Begitupun lelaki pilihanku, hanya Rio yang memperlakukanku dengan baik.

***

Sore hari yang nampak teduh menaungiku untuk berjalan memasuki pelataran rumah sehabis berkutat selama delapan jam di dalam ruangan yang penuh dengan sampel darah, setelah aku parkirkan motor matik milikku di tempatnya, aku memasuki rumah yang bernuansa klasik bercat putih gading.

"Assalamu'alaikum.." ucapku seperti biasa, rumah itu penuh dengan aksen kayu jati dengan dinding yang masih bercat putih gading, warna kesukaan ibu, kulihat dia sedang duduk di salah satu kursi dengan kacamata dan beberapa lembar kertas.

"wa'alikum salam, sini Del!" ucapnya sambil menurunkan kacamata dari batang hidungnya, aku mendekati dia

Ibuku melanjutkan ucapannya kala aku duduk berhadapan, "gimana kerjaan kamu?" hal yang wajar ibu tanyakan, tapi aku sedang merasa lelah dan tidak ingin menceritakan banyak hal,

"seperti biasa, bu" ucapku singkat agar ibu tahu bahwa aku butuh istirahat

"kalau gitu, ibu mau bertanya hal lain" ibu menarik napasnya dan memandangku cukup serius

"kamu punya pacar Del?" tanyanya dan aku tersentak, apa ibu tahu hubunganku dengan Rio? Darimana? Aku sibuk berpikir mencari jawaban takut-takut aku pernah menceritakannya secara tidak sengaja.

"biasa aja Del mukanya," ucapnya diikuti tawa ringan

"minggu depan kan ada acara arisan di rumah ini, kalau emang kamu udah punya, bawa aja sekalian, supaya ibu kenalkan pada rekan-rekan ibu, mereka penasaran dengan calonmu" ucapnya sambil tersenyum namun bagiku itu ucapan yang sangat serius, itu berarti aku harus bicara serius dengan Rio dan mengatur agendanya, tapi itu tidak mungkin.

"tapi, aku tidak bisa, aku.." aku mencari kalimat yang tepat

"nah, kalau memang belum ada, ibu akan kenalkan kamu pada anak teman ibu," aku melongo mendegar penuturannya dengan nada santai seolah memang sudah direncanakan, jangan bilang ini ambisi lainnya.

"ibu tunggu konfirmasi kamu hari Jum'at ini, soalnya orang yang mau dikenalkan denganmu itu cukup sibuk, kebetulan hari Sabtu ini dia libur" lanjutnya tanpa meminta apa pendapatku.

"terlalu mepet bu waktunya kalau Jum'at" ucapku memprotes

Ibu mengambil secarik kertas yang sedari tadi ia biarkan di atas meja, lalu menatapku, dan berkata, "kalau tidak bisa, cukup kamu penuhi apa yang ibu perintahkan, ibu tidak akan menjerumuskanmu pada jalan yang tidak baik".

Mulai, ibu seperti itu! Dan aku tidak suka, masalahnya aku tidak bisa menyuruh Rio seenak itu, aku tahu jawabannya apa saat mengajak Rio menghadap orang tuaku.

Tapi,

Ambisiku mengenalkan Rio pada ibu semakin meningkat, karena aku harus bisa menghancurkan ambisi ibu kali ini, walau kenyataannya memang aku ada diposisi yang salah.

.
.
.

Maaf kalau kalian belum paham, cerita ini akan diterbitkan dua kali dalam seminggu, insyaAllah kalau aku ga sibuk.. Hehhe makasih yg sudah meluangkan waktunya,

Ada yg penasaran? 😅🙋 kalau bsa tinggalkan jejak kalian juga ya.. Makasiih,

150918
_Rf

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang