Chapter 1

269 38 53
                                    

Mobil putih jazz melaju kencang bersamaan dengan Pak Bandhi penjaga sekolah yang hendak membuka gerbang.

"Salam Pak Bandhi," sapa pemilik mobil dengan melambaikan tangan lewat kaca mobil.

Pak Bandi sontak terbelalak, untuk kali pertamanya murid nakal berangkat awal. Lebih anehnya lagi, dia siswa pertama yang melangkah di sekolah ini. Maksudnya, belum ada siswa sama sekali yang berangkat. Ini baru pukul setengah 7.

"Vano, kamu kesambet apa?!" teriak Pak Bandhi pada cowok yang dipanggil dengan sebutan Vano itu lalu melanjutkan membuka gerbang.

Vanodiro Dirga, cowok yang kerap dipanggil dengan Vano ini salah satu murid nakal di SMA Kesatria, bukan salah satu lagi melainkan murid satu-satunya yang terbandel. Yang melanggar seluruh aturan disekolah, jika ingin tahu bagaimana orang tuanya. Mereka sosok pengusaha yang terkenal dengan kejujuran dan kedisiplinan. Entah Vano nurun siapa, semua dikeluarganya tak ada yang seperti Vano.

Di saat semua siswa berangkat menuju sekolah pukul 7 pagi, Vano baru berangkat pukul 8. Dan hari ini Pak Bandhi hampir kambuh dari penyakit jantungnya saat melihat Vano berangkat awal; sangat awal.

Vano memarkirkan mobilnya dideretan garasi, dimana motor-motor diparkirkan. Ya, dia sendiri yang memakai Mobil. Bila terkena omelan guru dia akan beralasan. 'Gak punya motor bu,'

Cowok ini berjalan santai sambil memejamkan matanya. Dia sengaja berangkat lebih awal, tidak minat berkutat dikasur mendengarkan pertengkaran dari Mama dan Papanya yang bagi Vano hanya merusak gendang telinga.

Vano meletakkan tasnya saat sudah sampai di kelas. Ia menghentakkan badannya dikursi lalu menutup wajahnya dengan satu tangan. Mencoba melupakan semua yang telah terjadi, hal yang sangat ia benci.

"Vano?!"

Teriakan dari seseorang membuatnya mendongak namun hanya melirik sedikit. Vano berdecak kesal saat mendapati Bagas dan Bara dengan muka yang paling bosan untuk dilihat tengah berjalan cepat menujunya. Terkejut pastinya.

"Ini bener lo gak sih? sumpah gue gak percaya!" ucap Bagas seheboh mungkin lalu beranjak menaiki meja menghadap Vano kemudian menyilangkan kakinya.

"Vano ngamuk, baru tau rasa lo," sambung Bara sambil ikut duduk didekat Vano, bagian kanan lebih jelasnya. Karena mereka berada dipojok.

Vano menyerngit saat Bagas menyentuh dahinya dengan teliti. "Gak panas,"

Vano menyingkirkan dahinya dari tangan Bagas, "Apa coba?! turun lo, kotor meja gue." ucap Vano sambil mendorong pinggang Bagas dengan malas.

"Iye iye, sabar dikit kenapa sih? sensi amat jadi orang."

"Kalo murung gini mesti ada apa-apanya. Bagi cerita dong, Van!" Bara menyenggol lengan Vano namun tetap tak digubris. Vano leboh memilih diam untuk merilekskan pikirannya.

"Atau jangan-jangan... mau cepet-cepet ketemu..." Vano menoleh pada Bagas. "Lola," Vano mendengus lalu berpaling melirik pintu masuk dimana siswa berlalu-lalang dengan sangat terkejut saat melihat Vano sudah duduk di kursi dimana kursi tersebut selalu kosong hingga setengah jam pelajaran pertama.

Tak lama cewek dengan membawa bedak padat ditangannya berjalan dengan gaya catwalk khas nya. ___ dia Lola. Yang naksir Vano sejak pertama Masa Orientasi Siswa (MOS) sampai sekarang. Dia yang paling alay, centil, kegatelan. Dan yang lainnya. Tapi memang itu yang sering dibicarakan oleh seluruh siswa.

Lola sempat terbelalak melihat Vano yang sudah duduk dikursi dengan santainya, "Vano? tumben kamu berangkat awal? kangen ya sama aku." ucap Lola yang membuat Bagas serta Bara begitu risih.

Vano semakin kesal, sebegitukah buruknya? Sampai sekali berangkat pagi langsung dibicarakan banyak orang. Ugh!

"Eh cabe, lo mendingan pergi sana. Ganggu ketentraman orang mulu," usir Bagas sambil mengibaskan tangannya. "Iya nih, kalo Vano murka kena lo!" sambung Bara sinis.

Lola mencebikan bibirnya, "Lo yang pergi! gue mah cuek! Mendingan sama Vano dari pada debat sama lo-lo pada." ucapnya sambil menjulurkan lidah.

Lola menarik lengan baju Bara dengan kasar. "Awas! Gue mau duduk," Bara mendengus, "Main usir aja lo," Lola kembali menarik lengan Bara, hingga Bara terpaksa mengalah.

Lola mendekat ke arah Vano lalu merangkul lengannya dengan manja. "Hai,"

Yang dirangkul langsung menepisnya dengan kasar. "Udah sana, jangan ganggu gue." Bagas dan Bara tersenyum penuh kemenangan saat melihat Lola cengo.

"Kok kamu gitu sih?" ucapnya diselingi dengusan seakan-akan Vano itu pacarnya sendiri. Boro-boro pacar, menjadi teman Vano saja tidak mudah.

"Aku gak mau pergi! Pokoknya aku mau di sini sama kamu so-"

"Gak mau pergi?! Gue aja kalo gitu." sahut Vano dingin, masih dengan mukanya yang datar.

Lola menahan lengan Vano "Vano, kok gitu sih?"

Vano semakin geram, dirumah sudah dapat masalah dan sekarang, satu masalah mulai menumpuk dibenaknya. Vano bangkit dari duduknya meninggalkan Lola yang sudah merengek.

Saat melangkah keluar matanya melihat cewek yang tampak bercanda gurau dengan kedua sahabatnya memasuki kelas. Harinya kembali bersemangat, maksudnya bersemangat untuk membuat masalah.

Vano tersenyum sinis, lalu kakinya agak dimajukan ke depan bersamaan dengan masuknya cewek itu.

Bugh!

"Auw!" pekiknya keras.

Seluruh siswa yang memang kerap mendapati pertengkaran ini hanya bersikap bisa. Ya, karena sudah biasa.

Vano tertawa penuh kemenangan. Sudah tau apa yang terjadi setelah ini Vano berlari melenggang pergi. Meninggalkan cewek ini yang tampak kesakitan.

Cewek itu berdiri sambil sesekali mengusap tanganya yang merah. "Vano!!! Setan sesat lo! Awas lo ya!!! Gak bakal gue ampunin, mati aja sono!"

•••

Semoga pada suka sama ceritaku ya, voment jangan dilupakan.

Salam,

Iam_Aliya

Tom and Jerry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang