Mikha berjalan menuju perpustakaan, sambil membayangkan pasal olimpiade yang akan dia ikuti nanti. Tapi, ada yang janggal. ___ Vano? Semoga saja Vano tidak mengetahui bahwa Mikha mengikuti olimpiade. Bisa-bisa harapan Mikha hancur bekeping-keping.
Mikha membuka pintu perpustakaan, yang ia lihat pertama adalah Bu Hesti. Penjaga perpustakaan. Berlebihan bukan? Mereka menjaga tempat ini seakan-akan para siswa akan melukakan hal yang salah di perpustakaan. Itulah guru, selalu menanggap diri mereka benar. (Tak mau salah lagi.) Tapi tak apalah.
"Mikha? Mau ngapain kamu ke perpus?" tanya Bu Hesti.
"Iya bu, saya diikutin Olimpiade Sains sama Pak Bambang, makanya mau ambil buku."
Mikha sekilas melirik rak buku, aneh. Ada kepala yang sepertinya tengah mengintip. Saat ia maju selangkah lalu menyipitkan mata, Mikha tersentak namun menahan suaranya.
Mikha tersenyum sinis lalu menengok kebelakang. "Oh iya, saya sampe lupa, ibu tadi di panggil Bu Seli."
"Saya?" Bu Hesti tampak bertanya-tanya. Mikha mengangguk antusias, "Katanya penting."
"Oh gitu, ya udah saya pergi dulu." pamitnya lalu meletakkan tongkat kecil didekat meja, entah apa gunanya. Jika untuk memukul siswa maka, lupakan.
Mikha melihat punggung Bu Hesti yang mulai menjauh. Tak lama kepalanya kembali melihat kedepan. Masih ada, tetap. Tak bergerak. Tak bicara. Tak sadar.
Mikha tersenyum jahil lalu berjinjit dan menjatuhkan seluruh novel tebal yang tertata rapi di rak buku. Semua novel itu terjatuh tepat dikepala Vano dan yang lebih sangar, Mikha bertepuk tangan. Bisa diperkirakan bahwa novel yang jatuh itu cukup banyak.
"Auw!"
"Kita impas tuan Vano!" umpatnya sambil berkacak pinggang menunjukan kesombongan diri karena telah balas dendam pada musuhnya.
Vano menatap tajam Mikha lalu menyingkirkan novel yang tersisa dibadanya dan melempar ke segala arah tanpa peduli dwngan siswa yang melihatnya. Mikha masih tetap berdiri sambil melipat tangannya didada.
Vano berjalan cepat kearah Mikha yang tampak santai. "Gue gak akan ampunin lo- ah!"
Mikha sengaja menendang beberapa Novel di depan agar Vano tersandung. Dan sasarannya tak meleset. Vano terbaring sambil meringis kesakitan. Bagi Mikha, melakukan sesuatu pada Vano itu salah satu sarapan kenyang untuknya.
"Jangan bikin ulah sama gue lagi! Ngerti lo?!"
Mikha berbalik dan mengambil buku-buku yang dibutuhkan lalu berlalu. Meninggalkan Vano yang sudah menahan marah. Dan dalam hitungan detik akan meledak.
"Awas lo! Gue bales! Gue enggak takut!!!" teriaknya masih terdengar oleh Mikha. Cewek ini menutup pintu lalu membukanya sedikit, melihat Vano yang menatapnya dengan tatapan benci.
"Dada," Mikha mengedipkan matanya yang kiri sambil tersenyum miring.
•••
"Gila! Ternyata Jerry lebih cerdik dari lo ya," ucap Bara sambil menahan tawa.
"Diem bisa?!" Vano kembali melanjutkan mengolesi balsem di bagian dengkulnya yang pegal. Tadi itu benar-benar sakit. Sayangnya Vano tak kuat berdiri, makanya ia hanya diam. Rasanya Vano ingin memukul Mikha dengan tongkat kayu agar kepalanya pecah.
"Sampe segitunya, gue kagum sama Jerry." sahut Bagas sambil menatap Vano yang sudah menahan emosi. Jerry itu julukan untuk Mikha dari para siswa. Aneh .
"Belain itu temennya, bukan musuh temennya! Pe-a lu!" Vano membuang muka lalu menutup tutup balsem yang ia pakai.
"Tapi benci itu kan Benar-benar cinta! Iya nggak Bar?" Bagas tersenyum jahil kearah Vano. "Gak akan! Lo-lo pada mendingan diem deh. Gue lagi gak nafsu bicara," umpatnya kesal.
Bagas tertawa geli. "Kalo beneran cinta, namanya bukan Tom and Jerry . Tapi Romeo and juliet! Iya nggak Bar?"
Bara mengangguk sedangkan Vano mencibir. "Bener pake banget, gue bakal dukung!"
Apakah tidak ada topik lain selain mebicarakan Mikha? Vano kehabisan kesabaran. "Sekali lagi lo bicara, ni balsem gue sumpelin ke mulut lo-lo pada!"
"Santai bro, kita cuma bercanda kok." Bagas masih saja berbicara. Vano membuka tutup balsem yang ia pakai tadi lalu bersiap untuk mengolesinya pada bibir Bagas. Yang ingin diserang langsung menutup mulut.
"Ampun bos, iya-iya lo yang lebih hebat. Cerdik, pinter dan segalanya deh. Tapi jauhin balsemnya dari hadapan gue," Bagas masih berusaha menjauh. Sebenarnya Bagas tidak takut dengan panasnya, tapi Bagas itu alergi dengan bau bau seperti itu. Saat Vano memakai tadi saja Bagas menahan napas.
•••
"Tapi dia cuma nyandung lo, Mikha." Cantika tampak kesal dengan sikap Mikha yang terlalu berlebihan itu. Sedangkan Mikha hanya menanggapi namun tak peduli.
"Kasian deh si, Tom." Shasa memasang raut muka yang begitu risih untuk dilihat, membuat Mikha tambah kesal. Bukan hanya Jerry untuk2___Mikha. Tapi Tom juga julukan untuk___Vano.
"Udah deh, kalian itu harusnya dukung gue. Karena hari ini gue lagi bahagia, jadi gue traktir kalian makan dikantin." ucap Mikha mencoba mengubah topik pembicaraan, tapi jujur, Mikha sangat bahagia karena balas dendamnya bisa terpenuhi. Dengan sempurna.
Cantika berteriak antusias."Traktir?! Sumpah, ayok!"
Shasa menatap Cantika datar. "Ya elah, giliran makan aja lo langsung. Gue juga ya , Mhik?" Kini Shasa berpaling melihat Mikha dengan menyengir kuda.
"Lo juga sama kali, dasar."
"Idieh, sewot mba?"
"Shasa, kalo salah itu ya terima."
"Cantika, gue gak merasa bersalah!"
"Gue tau kenyataan itu memang pahit."
"Pada mau kekantin atau mau debat?" kini Mikha yang menyahut. Membuat mereka berhenti adu mulut lalu menjejerkan posisinya dekat Mikha untuk menuju kantin.
•••
Mau tau cast nya?
Mikha ini, gimana? Imut kan? Kan?Gini ya, aku update TAJ cuma hari minggu. Karena jarang ada waktu luang, jadi ya gitu deh.
Kalo pas ada waktu luang, pasti aku update.
Setia baca ya
Salam,
Iam_Aliya
KAMU SEDANG MEMBACA
Tom and Jerry
Teen FictionPertengkaran sengit yang tak henti-hentinya terjadi. Mulai dari masalah kecil yang dibesar-besarkan hingga masalah besar yang meledak kemana-mana. Mereka bilang, Vano dan Mikha tak akan pernah bersatu walau dalam keadaan apapun. Tapi ada sebagian ya...