"Kopi?"
Wooyoung hanya tersenyum tipis ketika menoleh, menatap tangan seorang gadis yang menyodorkan gelas kertas di depan wajahnya. "Terima kasih," Wooyoung menerima gelas itu dan meneguk isinya. Membuat suhu tubuhnya sedikit hangat di tengah langit malam Kota Seoul.
Kang Hyourin—gadis itu—tak menyahut dan memilih ikut mendudukkan diri di sebelah kursi kayu panjang yang tengah laki-laki itu duduki. Kedua tangannya menggenggam gelas kertas yang lain. Tampak asap putih sedikit mengepul dari gelas itu, menandakan hawa panas yang menguar. Tak ada yang bersuara. Mereka berdua sama-sama terdiam memandangi langit kelabu dari halaman belakang rumah Wooyoung, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Memikirkan sesuatu?" suara Hyourin menyentakkan Wooyoung dari lamunan. Gadis itu menoleh sepenuhnya ke arah laki-laki pemilik marga Jang itu. Sepasang matanya menatap lekat dan penuh rasa ingin tahu.
Wooyoung melirik gadis itu sejenak dari ekor matanya, sebelum kembali ke posisi awal. "Hmm..."
"Soal Gaeul?"
Skakmat. Laki-laki itu terdiam. Raut wajahnya dari luar tak terbaca, padahal dalamnya ia sedang kalang kabut.
"Aku tidak mengerti..." laki-laki itu memulai, memilih mencurahkan pemikirannya pada gadis yang tinggal bersamanya lebih dari dua bulan lalu. "Kenapa? Kenapa Gaeul bisa seperti itu? Aku sangat khawatir saat tiba-tiba ia menghilang dua bulan lalu. Takut sesuatu terjadi padanya saat melihat rumahnya yang berantakan dan ia tidak ada di dalam. Kita sudah mencarinya mati-matian, tapi... dia..." Wooyoung mengepalkan tangannya penuh emosi. Terbayang lagi olehnya, saat terakhir ia bertemu kekasihnya itu, Gaeul telah menggandeng tangan laki-laki lain. Tentu ia tidak terima.
Ia merasa dikhianati, dibuang, dan ditinggalkan begitu saja.
Hyourin menunduk, gigi atasnya menggigit bibir bawahnya keras. Tangannya sedikit bergetar mendengar perkataan laki-laki yang tengah duduk di sampingnya.
"...maaf."
Wooyoung sedikit tersentak saat mendengar bisikan itu. Ia menoleh dan mendapati Hyourin yang masih menunduk. Laki-laki itu mendengus, "Kenapa kau minta maaf?"
"Ini semua salahku. Mungkin, mungkin aku telah membuat Gaeul salah paham dan—"
"Apa maksudmu?" Wooyoung memotong ucapan Hyourin dengan tak sabar. Ia menatap tajam gadis itu untuk meminta penjelasan. Firasatnya merasa buruk sekarang.
Hyourin melanjutkan dengan suara tercekat. "Hari itu... saat aku menciummu, aku... aku tidak sengaja melihat Gaeul berada di dekat kita. Kupikir aku salah lihat, tapi—"
Wooyoung berdiri, lagi-lagi memotong kalimat yang ingin diucapkan Hyourin. Ia menatap tak percaya pada gadis itu. "Kenapa kau baru mengatakannya padaku?! Pantas saja Gaeul menjauh, pasti ia berpikir aku memiliki hubungan denganmu!"
"Ma-maaf, Wooyoung! Aku—aku—" Wooyoung menarik tangannya yang berusaha dipegang oleh Hyourin dan beranjak dari sana. Melangkah penuh dengan amarah dan kekecewaan.
Hyourin mematung. Air mata mengalir dari pipi gadis itu saat memandang punggung Wooyoung yang makin menjauh. Ya, ini semua adalah salahnya.
Semua yang Gaeul lihat pada hari itu tak lebih dari sebuah kesalahpahaman.
Hyourin melarikan diri dari Jepang. Atau lebih tepatnya, ia melarikan diri dari perjodohan paksa yang dibuat oleh orang tuanya. Selama ini ia hidup dibawah kediktatoran orangtuanya. Sejak kecil ia sering dipaksa memilih jalan di luar keinginannya, tapi ia masih bisa menahan diri. Namun kali ini, saat ia dipaksa dijodohkan oleh orangtuanya, Hyourin tak bisa lagi menerima hal itu. Ia berharap, setidaknya ia bisa menikah dengan orang yang ia pilih sendiri, karena itu ia memutuskan melarikan diri.
![](https://img.wattpad.com/cover/1127329-288-k863251.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NG Life
FanfictionSudah terusir dari rumah, lalu mendapati kekasihmu selingkuh dengan sahabatmu sendiri. Sekarang, kau menemukan seorang laki-laki asing memeluk tubuh setengah telanjangmu di atas ranjang saat pagi hari. Ya Tuhan, apa lagi ini?