NG Life-Chapter 7

2.3K 173 19
                                    

'Jangan pergi... jangan pernah mengatakan sesuatu seperti kau akan meninggalkanku.'

Tanganku yang sedang bergerak memotong wortel terhenti begitu saja saat mengingat kejadian tadi malam. Kulepaskan pisau itu dari tanganku. Otakku merasa kosong seketika. Pipiku tiba-tiba terasa panas. Aku yakin kalau wajahku sudah memerah sekarang.

Harus ya, suaranya selirih itu? Harus ya, tatapan matanya sedalam itu? Dan apa yang kupikirkan kemarin malam? Aku jatuh cinta padanya? AKU JATUH CINTA PADANYA? Aku pasti sudah gila. Ha! Siapapun tolong aku saat ini juga! Kurasa otakku konslet....

Aku menepuk-nepuk kedua pipiku kuat-kuat dan menggeleng. "Argh, aku ini kenapa, sih?" pekikku frustasi.

"Hm... entahlah. Gila, mungkin?" suara berat itu mengejutkanku. Secepat kilat aku berbalik dan mendapati Donghae yang sudah duduk bertopang dagu di konter dapur. Ia menggunakan celana pendek putih selutut dan hoodie bewarna biru dongker. Mata hangatnya menatapku geli bercampur aneh. Ck, tampan seperti biasa. Aha! Bahkan aku sudah berani terang-terangan mengatainya tampan. Ada apa denganmu, Cho Gaeul?

"Lee Donghae! Kau mau membuatku mati karena serangan jantung, hah? Mengagetkanku saja. Dan sejak kapan kau duduk di situ?" desisku seraya mendelik, menatapnya garang. Telunjukku menuding tepat ke arahnya. Sebenarnya ini hanya kamuflase untuk menutupi debaran jantungku yang tiba-tiba.

Ia hanya angkat bahu tak peduli. "Sejak kau mulai berlaku aneh," jawabnya datar dan mencibir. Sialan. Mataku langsung memelototinya, tapi sekali lagi, ia sama sekali tak tampak terpengaruh. Donghae kemudian berdiri dan berjalan mendekatiku. "Baunya enak. Kau masak apa?" Ia melongokkan kepala dari bahuku. Menatap panci yang berisikan potongan daging yang tengah direbus. Aha, cara bagus untuk mengalihkan pembicaraan, Lee Donghae!

Dengan susah payah kumasukkan potongan wortel tadi ke dalam panci dan mengaduknya, mengabaikan jantungku yang berdetak lebih cepat karena kehadirannya.

"Sup iga sapi," jawabku ketus. Namun sepertinya ia tetap tak peduli dengan nada suaraku dan setelah menggumam 'oh' ia tetap tak beranjak dari posisinya. Membuatku mati-matian menahan napas karena mencium aroma tubuhnya dan menahan geli karena hembusan napasnya di persimpangan leherku. Brengsek, ia sengaja, ya?

"Bisakah kau pergi dan duduk tenang saja di sana?" ucapku pelan, mati-matian menahan agar suaraku tak bergetar. Aku bisa menebak ia memasang wajah polosnya saat ini.

"Kenapa?"

Ya Tuhan.

"Kau menggangguku, Bodoh! Sudah, pergi sana!" Aku membalikkan tubuhku dan mendorong dada bidangnya sekuat tenaga sehingga kaki laki-laki itu mundur beberapa langkah. Tanganku bergerak tanda mengusirnya. Helaan napas lega keluar begitu saja dari bibirku setelahnya. Uh, berapa lama aku menahan napas? Dadaku sampai terasa mau meledak karena sesak begini.

"Dasar gadis kejam," Donghae bersungut-sungut dan memanyunkan bibirnya. Ekspresi kekanakan itu mampir lagi di wajahnya, "ya sudahlah. Aku pergi saja. Kalau sudah selesai panggil aku," tambahnya lagi, sebelum berbalik dan mulai melangkahkan kakinya menjauhiku. Dia marah?

"Kau mau pergi ke mana?"

Rasanya... ingin aku menyumpal mulutku ini dengan sapu tangan. Refleksitasku sudah tak bisa dikendalikan lagi. Tanpa sadar tubuhku berbalik dan mulutku berbicara sendiri. Laki-laki sialan ini pasti akan menggodaku lagi.

"Lho? Bukannya tadi kau yang menyuruhku pergi?"

Tuh... benar, 'kan? Seringai menyebalkan itu terpampang jelas di bibirnya. Kedua tangannya bertengger manis di saku celana. Baiklah, terjun bebas dari lantai apartemen ini sepertinya bukan pilihan buruk.

NG LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang