(Namakamu) berteriak kencang memanggil assisten rumah tangganya yang entah sudah berapa kali Ia panggil namun tak kunjung datang.
"Mbaaaaakkk, buruan sepatu aku, ini udah telat bangeet!" Serunya dari ruang tengah, jam dinding sudah menunjukan pukul 7 lewat 45 menit, Namun gadis dengan seragam putih abu-abu ini masih terduduk membenarkan tasnya di atas soffa.
"Ini non, terus non (Namakamu) teh mau berangkat sama siapa? Aden sama tuan udah berangkat sejak pagi,,"
"Itu tugas mbak Ima buat nganterin aku, buruan telfon mang jamal buat nganterin aku. Cepet gak pake penolakan!" Serunya, sesekali matanya menatap jam tangan yang melingkar di lengannya berharao jika ia masih memiliki kesempatan untuk kesekolah tanpa hukuman pagi ini.
"Tapi mang jamalnya teh lagi nganterin nyonya ke kantornya, pasti butuh waktu yang lama, kumaha atuh non?"
"Bodho amat!, panggilin taksi dehh"
Itu adalah hal yang wajar terjadi setiap paginya di kediaman (Namakamu), gadis ini selalu saja merepotkan seluruh penghuni rumah saat pagi, bahkan tak jarang juga ia telat saat tiba disekolahnya.
Setelah perdebatan kecil yang terjadi antara (Namakamu) dengan asisten rumah tangganya sebuah grab berhenti tepat di depan pagar rumahnya, (Namakamu) segera masuk ke dalam mobil tersebut, menyodorkan alamat sekolahnya lantas grab tersebut melenggang meninggalkan perumahan kompleks.
(Namakamu) memandang bangku-bangku kosong di hadapannya, tak ada satupun orang yang menduduki bangku tersebut, hanya tas-tas yang berserakan diatas bangku. "Mampus, ini jam olahraga dan gua telat lagi!" Gumamnya, kakinya melangkah lebar menuju loker untuk mengambil seragam olahraganya.
"Aghh, ini gara-gara bangun kesiangan. Pasti gua kena omelan pak Teguh lagi, apal gua!!" Tanpa sengaja lengan (Namakamu) menyenggol seorang pemuda yabg tengah berjalan berlawanan arah.
"Maaf kak, buru-buru" ujarnya, (Namakamu) menatap sejenak pria tersebut, tatapannya menyejukkan dan juga bau parfurmnya yang sangat khas bagi indra penciuman (Namakamu).
"Kak Iqbaal!?, sekali lagi aku minta maaf kak, soalnya buru-buru" Iqbaal tersenyum lembut lantas menganggukan kepalanya.
"Gak papa kok, yaudah ya gua duluan"
(Namakamu) tersenyum nanar, memandang kepergian Iqbaal. Hatinya berdebar saat melihat Iqbaal yang tersenyum pada dirinya, bahkan seniornya itu adalah salah satu most wanted yag sudah Dirinya kagumi sejak awal masuk.
(Namakamu) kembali melanjutkan jalannya, tak peduli jika guru olahraganya akan mengomeli dirinya. Hatinya masih berbunga saat mengingat bagaimana senyum tulus yang Iqbaal lemparkan pada dirinya.
"(NAMAKAMU)!!" terikan itu mengintrupsi (Namakamu) untuk menoleh, matanya melihat Zidny yang tengah berlari ke arahnya dengan keringat yang sidah banyak membanjiri tubuhnya.
"Apaan dah?, lari-lari kayaj di kejar setan aja" ucap (Namakamu) pada teman sebangkunya itu.
"Temen sekelas dihukum sama pak Teguh dan lu malah enak-enakan berdiri disini. Gara-gara anak cowok telat kita jadi di hukum gini, Capee.." (Namakamu) menatap Zidny malas, lalu memutar kedua bola matanya berjalan meninggalkan Zidny yang masih terlihat lelah.
"Mau kemana lu?, percuma kalo mau ganti mah, pak Teguh udaj terlanjur marah jadi kita gak di ajar hari ini"
"Syukur dehh, yaudah ke kantin deh".
*
(Namakamu) menyeruput jus alpukat yang di hadapannya, sesekali pandangannya fokus pada ponsel di tangan kanannya. Begitu puka dengan Zidny yang sedah sibuk dengan ponselnya bahkan ia tersenyum acap kali ponselnya berdering tanda chat masuk.
"Eh Btw, kok lu bisa masuk. Lu tadi telat kan?" Suara Zidny memecahkan keheningan di antara keduanya, (Namkamu) tersenyum mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Zidny. Mengingat bagaimana dirinya masuk dan merayu Satpam yang terkenal galak dengan kumis yang tebal menambahkan kesan jika Satpam itu memanglah galak atau mungkin sangat galak.
"Bisa lah, gua sogok aja pake bekel gua terus gua tambah Gocap dan akhirnya gua di bukain gerbang!" Jawabnya excited.
"Gua gak ngerti sama jalan pikiran lu, bisa aja kalo masalah rayu-merayu. Jangan-jangan lu hobby nya ngerayu pria hidung belang," (Namakamu) terdiam saat melihat sesosok pria dengan macbook yang di tentengnya memasuki arena kantin lantas terduduk di salah satu bangku. Matanya tak berkedip melihat Iqbaal mulai membuka macbooknya.
"Lu ngeliatin apaan sih?" Tanya Zidny menyentil kecil lengan (Namakamu), membuat gadis itu reflek membalas dengan cubitan kecil.
"Kak Iqbaal ganteng, gua baru sadar" Zidny tersenyum pias, memasukan ponsel kedalam saku seragam olahraganya, lantas berdiri menepuk jam tangannya pelan "gua ganti dulu yah, jam Olahraga udah mau habis." (Namakamu) mengangguk pelan, seperkian detik setelahnya pandangannya kembali tertuju pada Iqbaal yang terlihat Sibuk dengan macbook-nya.
Mata (Namakamu) bertemj dengan mata Iqbaal saat tanpa sengaja Iqbaal menyapu kantin yang sangat sepi, hanya ada Iqbaal dan (Namakamu), Namun kontak mata itu hanya terjadi beberapa saat. Ponsel (Namakamu) bergetar sebuah chat tertera pada layar ponselnya.
Gua kekelas lu, mbak Ima nitipin buku paket ke Elu kan?.
Affy jeleks. 09.22(Namakamu) menautkan kedua alisnya, mengingat bahwa mbak Ima menitipkan buku milik kakaknya saat berangkat, Ia menganggukan kepalnya paham.
Gua dikantin, lu kesini aja!
09.23(Namakamu) kembali meletakan ponselnya diatas meja, pandangannya kembali pada Iqbaal yang masih sibuk dengan benda di hadapannya.
"Woyy, mana buku gua!" (Namakamu) menatap Raffto--kakaknya dengan sinis.
"Dikelas sih," Seru (Namakamu) menunjukan deretan gigi putihnya. Rafto menduduki kursi yang berada di samping (Namakamu) lantas menyeruput jus Alpukat milik (Namakamu).
"Mami sama papi mau ke Jerman bulan depan" Suara Rafto mengawali topik diantara kakak beradik tersebut. (Namakamu) hanya menatap Rafto malas, Bukan masalah besar jika (Namakamu) akan di tinggalkan oleh kedua orang tuanya dalam kurun waktu yang cukup lama Akan tetapi, Ia hanya Rindu ketika Wina--Maminya harus ikut Ardi setiap keluar negri.
"Mami aja boleh ikut, kalo kita ikut pasti gak boleh!" Jengkel (Namakamu), Rafto hanya tersenyum mendengar penuturan adiknya. Ia tahu percis bagaimana sifat manja dan Egois yang dimiliki oleh (Namakamu) "ngaco!, Kita sekolah Bego."
Mata Rafto melihat Iqbaal yang tengah sibuk dengan macbooknya, Ia berdiri lantas meninggalkan (Namakamu) dan mendudukan pantatnya di samping kursi dimana tempat Iqbaal duduk.
"Gimana bro? Aldo gak bisa ikut Final minggu depan. Lu udah cari penggantinya?" Iqbaal yang awalnya sibuk dengan macbook mengalihkan perhatiannya pada Rafto, lalu menghela nafas beratnya. Sebagai Ketua Futsal GIS Dan juga sekertaris OSIS iqbaal terlalu sulit untuk bergerak dengan leluasa.
"Gua ngerti lu sibuk, tapi secepatnya cari pengganti Aldo" seru Rafto lagi.
Sementara Itu, dari kejauhan (Namakamu) hanya memandang dua pemuda yang tengah berbincang dengan khusu'. Sesekali menyeruput jus alpukat miliknya, Pesona Iqbaal membuat hatinya terkunci saat ini.
***
Whats up gengs, gua kembali dengan cerita yang berbeda lagi...
Minta Vomentnya yaaaaa..
#Diansaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan [IDR]
FanfictionBukan hanya kehidupan yang membuat kita menghadapi sebuah Pilihan. begitu pula dengan Cinta. "aku mencintai Zidny, wanita yang sudah kupuja-puja sejak dulu. namun rasa cintaku padanya berbeda saat kehidupanku di Hadiri seorang Gadis cantik yang p...