Pilihan-6

1.8K 115 5
                                    

         (Namakamu) terus memejamkan mata erat-erat. Tangannya terus mengetukan pulpen yang Ia gengam pada meja hingga menimbulkan bunyi 'tuk tuk tuk'. Buku tulis di depannya masih putih bersih tak ada sedikit pun tinta yang menodai kertas putih itu, Sedetik setelahnya Ia melirik Zidny yang masih sibuk mencatat materi dari papan tulis.

Apa kurangnya gua dari Zidny sih?, Cantik? Gua gak kalah cantik dari dia. Pinter? Bahkan Gua lebih pinter dari dia. Baik? Ah entahlah. (Namakamu) menutup bukunya lalu beranjak dari bangku dan meminta Izin untuk pergi ke toilet sebentar, Kakinya terus melangkah keluar dari Gedung IPS menuju lapangan Utama yabg terletak di belakang sekolah.

Ia melangkah mendekati pohon beringin besar yanh terletak di tengah lapangan,Matanya tertuju pada bangku panjang yang terletak di bawah pohon beringin itu.

"Bolos lebih baik ketimbang harus terus-terusan lihat wajah Zidny" (Namakamu) menduduki kursi tersebut, Lapangan terlihat sangat sepi karena Matahari berada tepat di atas kepala Namun, Angin terus berlarian menerpa udara Hal itu membuat cuaca sedikit segar.

"Gua gak bisa kalo harus terus ngalah sama Zidny" Gumamnya lagi, jemarinya menggepal kuat-kuat, "Hei.." (Namakamu) menoleh, dan mendapati Iqbaal yang sudah berdiri percis disampingnya.

Mata (Namakamu) tak berhenti memandang wajah Iqbaal, Peluh keringat yang membasahi dahi pemuda itu membuat Ia semakin kharismatik. (Namakamu) tersenyum, lantas membalas sapaan Iqbaal beberapa detik yang lalu.

   "ngapain disini sendirian? Ini bukan waktu istirahat 'kan?" (Namakamu) menggeleng, "Nyari angin kak,Kakak jangan bilangin Raffy ya?"

Iqbaal tertawa kecil, lalu Ia duduk di samping (Namakamu) "kalo gua gak mau gimana?".

"Ya gua boongin Zee, kalo kakak ceritanya godain Gua,".

Keduanya berbincang dan saling bercanda, Angin dan daun yang akan menjadi saksi kebersamaan mereka. (Namakamu) bahagia, Ia terus tersenyum mematap Iqbaal yang juga tengah tertawa lepas seperti ini.

sementara itu Raffy menghentikan langkahnya ketika melihat mereka, Ia menyunggingkan senyumnya. "I know, Itu cukup sulit buat lu (Nam) tapi, gua bakalan dukung lu mesti jalan lu salah".

setelah mengucapkan kalimat itu Raffy membalikkan langkahnya dan kembali menuju Gedung Olahraga sekolah yang terletak 10 meter dari tempatnya berdiri.

* * *

      (Namakamu) membiarkan pulpen miliknya menari-nari di atas buku kecil berwarna merah. menceritakan segala yang sudah terjadi hari ini, bersama Iqbaal, tertawa dan bercanda bersama.

seperkian detik setelahnya, Ia meletakan pulpen di samping buku itu, lalu mengambil ponsel yang berdering diatas nakas.

"Zidny?" Gumamnya.

Ibu jarinya menggeser gambar berwarna hijau dalam layar, mengangkat telfon dari Zidny.

"(Nam), Gua kerumah lu ya?, Gabut banget gua" Suara Zidny terdengar cukup keras ketika (Namakamu) menghidupkan speaker nya. "ohh, Boleh-boleh tapi lu tau sendiri kan Raffy dirumah"

"Nope, Gua jalan sekarang".

"Okkey," Setelah Ia mematikan sambungan telfonnya (Namakamu) meletakan kembali benda pipih itu diatas nakas, lalu merentangkan tubuhnya diatas kasur.

pikirannya melayang, Ia memejamkan mata. Lelah, Hari ini Dirinya sungguh lelah namun, terselip rasa bahagia dalam hati kecilnya. Iqbaal mampu membuat dirinya tersenyum sepanjang waktu.

Pilihan [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang