Rajen dan Raffy tengah sibuk memilih makanan-makanan di Atas Rak, Sampai tak menyadari jika (Namakamu) sudah melesat meninggalkan mereka menuju stand baju di Lantai tiga.
"Dasar, kalo mau ngadain pesta kenapa nggak mbak ima aja yang suruh belanja" Gumamnya, Ia sudah berkomat-kamit menyesal mengikuti kedua cowok tadi, Bahkan mereka terlihat sangat nyaman berada di lantai dasar untuk memilih bahan masakan seperti tadi.
(Namakamu) memilah Cardigan yang baginya cocok untuk gestur tububnya, Tak ada satu pun yang cocok untuknya. Ia menghela Nafas meninggalkan tempat itu, Berjalan ke tempat box foto yang berada tak jauh dari arena ia berjalan saat ini Namun, langkahnya terhenti kala.mendengar ponselnya berdering dan menampilkan nama 'Raffy' pada layarnya.
"Lu Dimana!?" Suara Raffy seketika mampu membuat telinga gadis itu berdenging, Ia menjauhkan ponselnya dari telinga untuk mengatur jantungnya akibat terlonjak kaget.
"Gak usah ngeGas njir, Apaan? Lu tunggu di mobil aja gua turun sekarang!" Ujarnya langsung menekan tombol merah dalam layar ponsel. Niatnya untuk bersenang-senang hanya sekedar melakukan foto pun terurung, Ia melangkahkan kaki berjalan menuju lift yang berada di ujung lantai tiga.
Raffu sudah bertengger di kap depan mobilnya, menyambut kedatangan (Namakamu), Deru nafasnya seperti orang yang menahan amarah. Ia melihat jam tangan hitam yang melingkar di lengannya, Sudah 15 menit Namun, Gadis itu belum juga sampai di parkiran.
"Sial, dia emang jago banget bikin masalah" Tukasnya, Raffy selalu sabar menghadapi adik semata wayangnya
"Gimana To? (Namakamu) belum sampai juga" Rajen memutuskan untuk keluar dari dalam mobil dan ikut bersender di samping Raffy. Mata keduanya bergantian menatap setiap pintu keluar yang berada di parkiran lantai dua.
"Aduuh, Maaf ya lama soalnya Gua tadi turun dulu buat beli ini" (Namakamu) datang dan menunjukan dua cone es krim Vaniila di tangannya. Raffy menghela Nafas puas, Tanpa menjawab ucapan (Namakamu) Ia kembali masuk kedalam mobil bagian kemudi dan di susul oleh (Namakamu) yang duduk di belakang.
(Namakamu) sibuk dengan kedua es krim di genggamanya, Sampai Ia tak menyadari bahwa Raffy sudah jengkel akibat perbuatannya sore ini.
"Raffy kok belanja banyak banget, Ikan semua lagi" (Namakamu) membuka salah satu paper bag yang berada di samping, Lalu Ia menyumpat lubang hidungnya sejenak "pantes dari tadi bau gak enak".
"Bacot lu, Anjing" Rajen terkikik pelan ketika mendengar umpatan Raffy ke pada adiknya, Manik Rajen melirik arah spion untuk melihat ekspresi perempuan yabg duduk di jok belakang itu.
"Nyebelin banget si Ih!"
* * *
Kamar Raffy menjadi markas utama ketiga remaja itu saat ini,Mereka tengah bergelut dengan Stick PS di tangannya masing-masing. Sementara itu (Namakamu) hanha memainkan ponselnya sambil melihat kedua pemuda itu dengan sangat bosan.
"Katanya temen-temen lu mau kesini? Lama banget dah" (Namakamu) angkat bicara Ia berdiri meraih Macbook Raffy di atas meja belajar. lalu membukanya hanya untuk sekedar melihat-lihat.
"Sabar, Lagian ini baru jam Lima" Jawab Raffy tanpa beralih pada layar Tivi 31 Inch di hadapannya, sesekali tangan kedua remaja putra itu mencomot kentang goreng di atas piring putih.
"mending lu ikut bantuin mbak Ima nyiapin semuanya di belakang" pangkas Rajen, (Namakamu) menajamkan tatapannya ingin sekali gadis itu menendang PS yang sedang mereka mainkan.
Dasar cowok, Kalo udah sama game aja semua di lupain. Awas aja kalian! Batin (Namakamu) sebelum Akhirnya Ia meninggalkan mereka dengan suara gebrakan pintu yang cukup keras.
Jam dinding di kamar (Namakamu) sudah menunjukan pukul Enam lewat empatpuluh lima menit, Ia membuka pintu kamarmya dan segera menuju pekarangan belakang rumah. Ia berhenti sebentar di dapur untuk menetralkan Detak jantungnya yang berpacu begitu cepat dan membuang pikiran Aneh dalam otaknya.
Ia berjalan mendekati Gazebo dekat kolam renang, lantas duduk di samping Dianty yang tengah mencampur bumbu-bumbu.
"Mau di bantu kak?" Tawar (Namakamu), Ia meraih beberapa piring lalu menuangkannya dengan bumbu yang sudah Dianty campurkan.
"Yang lain kemana kak?" Tanya-nya lagi ketika Ia tak melihat Raffy dan satupun temannya di sana termasuk Rajen.
"Lagi keluar bentar, Lu gak papa ikutan kelas 11 disini?" (Namakamu) tersenyum, Seharusnya dirinya yang menanyakan hal semacam itu, "Harusnya gua kak yang ngomong gitu, Hehe".
kedua gadis itu bercengkrama dengan nyaman layaknya seorang teman yang sidah cukup lama berteman, Sifat Dianty yang supel membuat (Namakamu) nyaman bercerita segalanya kepada Gadis dengan Jilbab Tosca yang membalut kepalanya.
"Kakak Udah deket lama sama Raffy?" Dianty tak menjawabnya, Ia masih sibuk dengan aktifitasnya, Laku tersenyum menatap (Namakamu).
"Udah kok, Biar keliatan akrab, panggilnya Danty aja" (Namakamu) menganggukan kepalanya, lalu tersenyum kearah dianty. Suara deru mobil dari garasi terdengar cukup nyaring dari pekarangan belakang Rumah (Namakamu), Dan tak beberapa lama kemudian Raffy, Rajen, Iqbaal, Fauzan dan juga Nadhif muncul dari pintu dapur. Hal itu membuat jantung (Namakamu) berdebar ketika melihat Iqbaal yang sangat tampan malam ini.
balutan kemeja kotak-kotak dan juga celana jeans selutut membuat Iqbaal sakin berkharisma di mata (Namakamu). Ia meneguk ludahnya sendiri ketika melihat Iqbaal berjalan menuju Gazebo.
"Ada yang bisa di bantu!?" (Namakamu) menunduk tidak berani meski hanya sekedar memandang mata Iqbaal, Ia masih pura-pura fokus membuat apapun yang tidak penting untuk di buat.
"Adiknya Rafto kan?, itu gak gitu caranya.." Iqbaal duduk percis disamping (Namakamu) lantas mengambil pisau yang dedang Gadis itu gunakan untuk mengupas bawang merah.
"Begini, Jadi kita gak bisa sekenanya gitu aja" Jelas Iqbaal.
"Tuh dengerin, Biar bisa" tukas Dianty, (Namakamu) hanya menunjukan deretan giginya menanggapi keduanya, "Hehe, abis gak ada yang ngajarin masak kak".
please kenapa gua jadi sok imut gini sih?. (Namakamu) meruntuki kebodohan dirinya, bagaimana bisa Ia seperti bocah saat didekat Iqbaal, Ia menghela nafasnya ketika melihat Dianty yang mulai beranjak dari tempat duduk "gua kesana, mau bantuin Nami" Ujarnya setelah Dianty bemar-benar berdiri dan meninggalkan (Namakamu) berdua dengan Iqbaal.
Hening, ada satu pun bahasan yang keduanya bicarakan. Iqbaal sibuk dengan kegiatannya mengupas bawang dan sekali-kali memainkan ponsel sambil tersenyum.
"Kak Iqbaal deket sama Zidny ya?" cukup banyak nyali yang (Namakamu) kumpulkan hanya untuk mengucapkan sederet kalimat itu. Iqbaal menoleh, dan hal itu membuat jantung (Namakamu) berdegup lebih kencang dari biasanya.
"Ya gitu, dia baik, care dan yang pasti dia Cantik" (Namakamu) tersenyum kecut Namun, Iqbaal tak menyadari hal itu.
(Namakamu) sakit mendengar segalanya tentang Zidny Namun, Iqbaal dengan senang Hati menceritakan segalanya tentang Zidny.
~Diansaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan [IDR]
FanfictionBukan hanya kehidupan yang membuat kita menghadapi sebuah Pilihan. begitu pula dengan Cinta. "aku mencintai Zidny, wanita yang sudah kupuja-puja sejak dulu. namun rasa cintaku padanya berbeda saat kehidupanku di Hadiri seorang Gadis cantik yang p...