Pilihan-7

973 71 4
                                    

'Jika Bumi memiliki Bulan yang mampu bersinar meski ada matahari yang cahayanya lebih terang, maka aku juga yakin aku mampu untuk memilikimu meski ada penghalang'

*

Iqbaal menahan langkah kakinya ketika mendapati Zidny yang kelaur dari ruang OSIS, gadis itu terlihat membawa sebuah map berwarna merah di tangan kanan.

"Zee, Gimana laporan hari ini? kamu udah ngajuin sama Waka kesiswaan tentang study tour kelas 11?" Zidny membuka map itu,lalu menyerahkan sebuah laporan pada Iqbaal,

"kakak aja yang ngajuin,kakak kan kelas 11 jadi lebih affdol" Iqbaal mengacak poni Zidny, setelahnya Ia mengambil laporan itu dari tangan Zidny.

"temenin yuk" Zidny mengangguk.

(Namakamu) menyaksikan segala yang baru saja terjadi, Ia menggeram dan juga tangan yang mengepal penuh amarah. Langkah kaki (Namakamu) mengikuti kedua remaja itu dengan hati-hati, tujuan awal untuk menemui Raffy sirna begitu saja ketika melihat Iqbaal yang sedang berduaan dengan Zidny.

keduanya masuk ruang kesiswaan membuat langkah (Namakamu) terhenti,
Ia menahan nafasnya lalu memejamkan matanya untuk menahan rasa iri. (Namakamu) mutuskan untuk berbalik, Ia harus menyiapkan banyak rencana yang akan Ia gunakan.

menemui Raffy adalah salah satu cara untuk berkonsultasi dengan pemuda itu. Meski (Namakamu) tidak terlalu menyukai kakaknya yang satu ini namun, ia masih membutuhkannya.

"kenapa?, ada masalah?" (Namakamu) tidak menjawabnya, bola mata hitamnya menatap Raffy dengan seksama.

"mau bantuin gua dapetin kak Iqbaal?", Raffy tercengang mendengar ucapan (Namakamu) Bukan,lebih tepatnya pura-pura tercengang. "Lu tau Iqbaal pacar Zidny?".

(Namakamu) beranjak dari kursi yang Ia duduki, Melirik ponsel di genggaman tangan kirinya. "saatnya gua dapetin apa yang harus gua punya!" Ujarnya.

"lalu, Gerald?" (Namakamu) tak bergeming, menahan rasa sesak didada dengan memejamkan mata.

"Gua Pengen Iqbaal! dan itu tugas lu buat dapetin Iqbaal buat gua!"

Raffy terlihat menahan nafas, menatap adiknya dengan seksama lalu mengangguk. (Namakamu) tersenyum melihat respon Raffy, tangannya terangkat untuk menepuk bahu kanan kakaknya itu.

"Gua pergi dulu, gak enak kalo jam pelajaran kaya gini ngobrol" dengan sepeninggalan (Namakamu), Raffy menghembuskan nafas berat. manik mata tak berhenti memandang punggung adiknya yang mulai menjauh.

"sekarang tugas gua bikin lu bahagia".

* * *

Jenjang langkah Gerald tampak terseret ketika memasuki pintu Utama rumah, dengan sebuah kunci mobil yang menggantung pada salah satu jari pemuda itu.

Brukk.

Ia menjatuhkan bokongnya tepat pada sofa putih di ruang keluarga, setelahnya dengan kasar Ia mengusap wajah yang terkihat begitu Kusam.

Tak ada satupun orang di rumah besar ini, karena Ia yakin jika kedua adiknya tengah berada di sekolah. Dengan langkah gontai Ia kembali berjalan menuju kamar yang berada tak jauh dari tempatnya sekarang.

"Bangsat!," umpatnya, ketika kakinya menyentuh sebuah gagang gitar yang tergeletak di lantai.

sementara itu, Seorang gadis tengah mengintip Gerald dari sebuah pilar besar. matanya sendu, tangannya gemetar Namun, Ia tak mampu menghampiri pemuda yang tengah dalam keadaan mabuk itu.

"Nona? ngapain disini?" Asisten rumah tangga berhasil mengagetkan (Namakamu).

Gadis itu tersenyum sebelum akhirnya berlari menaiki tangga.

Ini bukan yang pertama kalinya Gerald pulang dengan keadaan seperti tadi, Tangannya mendekap bantal kuat-kuat. (Namakamu) takut mengingat semuanya.

krekk

(Namakamu) menyibakkan Gorden jendela kamar dengan kasar, sorotan cahaya masuk menembus kaya bening di hadapannya. setelahnya, Ia membuka pintu balkon kamarnya dengan lebar, Matanya sembab Namun, Ia tak peduli.

Lantai yang tak begitu luas itu di jadikan alas duduk oleh (Namakamu), pikirannya melayang.

"Udahlah, lu gak perlu mikirin hal bodoh kaya gini! Hapus semua air mata lu, gua bakalan bantuin lu buat deket sama Iqbaal" entah sejak kapan pemuda itu sudah bertengger pada tiang pintu, Raffy menghembuskan nafas kasar seusai mengucapkan kalimat tersebut.

"Ganti baju lu, Cuci muka!, ikut gua kerumah Iqbaal sekarang, Gak ada penolakan". (Namakamu) hanya memandang Raffy sendu sebelum akhirnya Ia berdiri dan mengambil handung yang menggantung tepat disampingnya.

Celana jeans diatas lutut dan juga kaus oblong kini sudah menggantikan seragam lusuh (Namakamu), Gadis itu terlihat anggun dengan rambut yang Tercepol asal dan juga mata panda yang tak begitu terlihat.

"Ngapain kerumah kak Iqbaal?" ujar (Namakamu)

Raffy diam tak menjawab pertanyaan (Namakamu), Ia fokus pada mobil yang sudah mulai keluar pekarangan rumah.
hingga beberapa detik setelahnya (Namakamu) mencoba membuka mulut lagi.

"mulai besok Gua pengen lu jauhin Zidny dari Iqbaal" Raffy menoleh mendengar permintaan (Namakamu), lantas tersenyum pias.

"Gua mau bantu lu dek, tapi gua ingatkan. Zidny sahabat lu" Seru Raffy.

"Gua gak peduli Zidny siapa! ini udah saatnya gua egois!"

****

Sorry segitu dulu ya, maap Hiatus lama, soalnya sibuk sama sekolah

Pilihan [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang