Hari ini matahari memilih bersahabat dengan Jihoon. Sinarnya yang masuk ke bumi tidak terlalu menyengat. Ada awan-awan yang berbaik hati menghalangi sinar matahari memapar kulit Jihoon. Namja bermarga Lee itu memilih duduk di bawah pohon rindang dekat kolam lotus.
Di otaknya terdapat banyak hal yang harus ia pikirkan. Tugas kuliahnya, kompetisi Youth Music Festival, dan namja bermata sepuluh lewat sepuluh itu. Dari luar Jihoon memang terlihat tenang. Namun ia gelisah.
Sebuah helaan napas berat keluar dari bibir kucing Jihoon. Mata kecilnya memandang bunga-bunga lotus yang menghiasi kolam yang tidak terlalu luas.
Jihoon bersyukur siang ini tidak terlalu ramai. Pikirannya bisa berkelana jauh. Cukup jauh sampai ia menemukan sebuah nada baru.
Jihoon bersenandung kecil sambil menuliskan beberapa not nada di buku musik putihnya. Ah, Jihoon butuh gitarnya. Namun ia terlalu malas untuk berjalan ke kelasnya.
"Jihoonie, apa yang sedang kau kerjakan?"
Memang Jihoon tidak suka ada orang yang mengganggunya saat ketenangan sedang melandanya, namun untuk orang yang satu ini, Jihoon punya pengecualian.
"Hanya mencoba membuat lagu baru, hyung." Jawab Jihoon saat namja bernama Choi Seungcheol itu mendudukan dirinya di kanan Jihoon.
"Kau bisa membuat lagu? Cool!" Kali ini Seungcheol membawa temannya.
Namja itu berwajah western, namun Jihoon masih bisa melihat garis-garis asia di wajah tampannya.
"Mahasiswa jurusan musik pasti bisa membuat lagu, Vernon-ah." Ucap Seungcheol.
"Call me Hansol. I prefer if you call me with my Korean name, hyung."
Dan Seungcheol hanya mengganguk, lalu menoleh pada Jihoon. "Kenalkan dia Choi Hansol, dari jurusan yang sama dengan ku dan ia seumuran dengan mu."
Hansol, namja western ini mengulurkan tangannya pada Jihoon yang dengan senang hati menyambutnya. "Lee Jihoon imnida."
"Jadi, apa yang sedang anak DKV lakukan disini? Kalian sedang tidak ada kelas?" Jihoon menutup buku musiknya. Mungkin ia akan melanjutkannya nanti.
Seungcheol menggeleng, "Aku sudah janji dengan Junghan akan menemaninya makan siang. Sekalian aku mengajak Hansol berkeliling kampus."
Jihoon mengangguk mengerti. Sebuah pertanyaan muncul. Apakah sepasang kekasih harus janjian makan siang bersama? Dulu sewaktu sekolah menengah atas, Jihoon dan Seungcheol makan bersama, namun ada Wonwoo disana dan juga Jun. Oh, jangan lupakan Jisoo. Jadi seingat Jihoon, ia benar-benar tidak pernah makan siang hanya berdua saja dengan Seungcheol dan merasakan dunia hanya milik mereka berdua saja seperti pasangan kebanyakan.
"Jihoon-ah! Beri tahu Seokmin untuk tidak menaruh ponselnya sembarangan! Beruntung aku menemukannya di toilet, jika tidak, ponsel Seokmin akan diambil orang lain!" Suara Seungkwan yang hampir mencapai empat oktav itu mengganggu ketenangan di kolam lotus. "Pasti saat ini ia sedang mencari ponselnya kemana-mana!"
"Seungkwan-ah, bisa kau mengecilkan suaramu?"
"Seungcheol hyung! Mianhamnida!" Seungkwan tersenyum salah tingkah sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Wow! Ada namja western! Apakah ia temanmu hyung?"
Sebelum Seungcheol membuka mulut menjawab Seungkwan, namja western yang Seungkwan maksud sudah berdiri dan mengulurkan tangannya. "Annyeong! Vernon Choi imnida. Kau bisa memanggil ku Hansol."
Mata Seungkwan membulat mendengar logat Korea kental keluar dari mulut Hansol. "Kau orang Korea? Bahkan marga mu sama dengan Seungcheol hyung, apa kah kau sepupu Seungcheol hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (SoonHoon) (complete)
Fanfic"Hoshi bukan Kwon Soonyoung." Jihoon terjebak dalam kisah cinta pertamanya yang bernama Kwon Soonyoung. "Hanya mata mereka saja yang mirip." Namja yang bernama Hoshi datang dan menambah nada baru untuk Jihoon. SoonHoon couple. Boy x Boy. Seventeen c...