Part 12

73 3 2
                                    

Drama Musikal

Bel istirahat kedua berbunyi. Semua siswa bergegas merapikan buku lalu memasukkannya ke dalam tas. Bersiap untuk makan atau sekedar duduk merefresh otak yang sudah sedari tadi terkontaminasi rumus fisika. Beberapa siswa terlihat sibuk memadati kantin. Hanya sebagian dari mereka lebih memilih untuk berdiam diri di kelas, membaca buku atau bermain ponsel. Sedangkan aku sedari tadi sudah selesai merapikan buku, bersiap keluar kelas untuk membeli latte.

"laa" panggil salah seorang temanku.

"yaaa.. " jawabku sambil menatap seseorang itu.

"tadi wakasek kesiswaan bilang, kalo kamu disuruh menemui beliau sekarang juga di aula." lanjut temanku.

"emang ada apa? " tanyaku kebingungan.

" ntah, aku kurang tau. Lebih baik sekarang kamu menemuinya saja. "

"Baiklah"

Dalam hati, aku masih bertanya tanya, sebenarnya apa tujuan wakasek memanggilku. Selama ini aku merasa tidak ada perbuatan buruk yang ku lakukan belakangan ini. Sekiranya hanya setahun yang lalu, aku terakhir masuk ruang BK. Pertama dan mungkin untuk yang terakhir kalinya, aku beradu mulut dengan teman sekelasku, sampai akhirnya saling memukul pun terjadi. Dan genggaman tangannya mendarat lepas di bagian rahangku.

"lo boleh hina gue tapi lo ngga bisa seenaknya ngehina temen temen gue. " kata seorang gadis berkucir kuda setelah mendengar lontaran kalimat menyakitkan yang menjurus ke teman temannya.

" diem lo. Nggak usah ikut campur dan sok jadi pahlawan! Gue nggak segan segan buat ngabisin lo " sergah seorang cowok yang berada kelas bagian belakang. Nada bicaranya terdengar tegas dan meninggi,  seolah memperingatkanku untuk diam.

" gue cuma nggak suka lo berlaku seenaknya kek gini.  Mereka semua temen temen lo! Dan sekalipun lo ngancem gue,  gue ngga takut. Mentang mentang ngga ada yang berani negur lo bukan berarti lo bisa seenak jidat sok berkuasa disini" kata gadis itu dengan tegas. Kalimatnya ia tegaskan bersamaan suara hentakan meja selang ia menggubrak keras benda itu. Kemudian gadis itu kembali duduk mengerjakan tugasnya.

Tak lama berselang,  sebuah pukulan mendarat hebat dibagian rahang gadis bernama vanilla. Kaget bercampur tak percaya,  pukulan untuk seorang cowok melayang diterimanya. Sakit. Gadis itu hanya meringis kesakitan. Suasana kelas yang tadinya sepi,  kini mendadak ricuh.  Sebagian anak laki laki berusaha menghalau dhannys agar tidak melanjutkan aksi brutalnya terhadap vanilla. Sedangkan sebagian anak perempuan justru berteriak histeris dan menahan vanilla yang juga kalut terbawa emosi,  hingga ia bersiap hendak menerkam dhannys.

"lepasin gue. Gue nggak terima ada cewek belagu yang nantangin gue." kata dhannys dengan gusarnya sambil meronta ketika sebagian anak laki laki menghalaunya.

"dasar cowok brengsek. Nggak ada kerjaan apa selain marah marah dan ngehina orang? " jawab vanilla menyaut ucapan dhannys yang masih berapi api diliputi emosi.

" lo nggak papa kan?  Itu bibir lo,  keluar darah."

"kenapa bisa gini sih la?  Ayok kita ke UKS aja. " kata beberapa teman vanilla. Gadis itu tak menyahut. Ia hanya diam sambil merasakan rasa sakit yang menjalar dibagian rahangnya.

Sunset di Tanah AnarkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang